Ini tidak benar. Maksudnya, pergi tanpa tujuan itu tidaklah efisien apalagi menggunakan kendaraan umum. Seharusnya tadi Sasuke menodong salah satu bawahannya agar meminjaminya kendaraan. Paling tidak motor atau apalah, tidak mungkin kan dia harus meminjam sepeda milik petugas patroli lalu lintas, sementara dia tidak bisa mengendarai benda itu.
Dengan kasar Sasuke mengambil ponsel dari sakunya, dia tidak mungkin hanya berdiri di halte bus menunggu kendaraan itu muncul, apalagi harus naik kereta. Merepotkan, jadi lebih baik dia menghubungi Kiba agar menjemputnya. Setidaknya anak buahnya itu punya motor.
Sasuke belum sempat membuka kunci layar benda tipis di tangannya saat tiba - tiba ponselnya berbunyi. Nama Kiba muncul disana. Sepertinya Tuhan sedang berbaik hati dengan Sasuke, karena tidak perlu menghubungi dulu.
"Cepat kemari. Aku perlu tumpangan!'' Tanpa basa - basi Sasuke langsung mengutarakan maksudnya. Tidak peduli kalau perintahnya pasti membuat Kiba bingung.
Dan Kiba memang kebingungan, Sasuke bisa menebak karena ada jeda cukup lama dan semakin membuat Sasuke tidak sabaran.
"Hei... kau hidup kan? Atau belum sikat gigi?'' Sembur Sasuke panda ponsel di tangannya.
"Maaf Ketua. Aku sedang ada di salah satu pos polisi. Ada sopir taksi yang mengaku dirampok di tengah jalan''
Sasuke memutar bola matanya, merasa laporan Kiba bukan urusannya. Bukankah sopir taksi itu sudah ada di pos polisi, jadi sudah ada yang menangani kan.
"Bukan urusanku Kiba. Lebih baik cepat kemari!''
"Masalahnya dia sebenarnya akan menjemput penumpang di rumahnya. Dan kata sopir taksi ini, penumpang yang harus dia jemput adalah tuan Ashura''
Dahi Sasuke mengeryit saat sesuatu yang buruk segera melintas di kepalanya begitu nama Ashura disebut. Kebetulan yang aneh. Kenapa harus berhubungan dengan orang itu.
''Tunjukkan foto Suigetsu padanya. Dan tanyakan apa orang itu yang sudah merampok taksinya''
Sasuke menutup telponnya, cepat. Kali ini jarinya dengan lincah mencari kontak orang yang paling tidak ingin dihubunginya, tapi memang harus dihubungi karena mendesak.
"Jangan bicara, sebelum aku meminta. Dengarkan saja'' Sasuke tahu kalau Naruto pasti akan bicara aneh - aneh makanya lebih baik diperingatkan dulu.
"Apa Ashura dan keluarganya baik - baik saja?''
"Ya. Aku rasa''
"Jangan cuma dirasa. Baik - baik saja atau tidak?'' Sentak Sasuke pada ponselnya, tepatnya pada orang yang berbicara di seberang sana, entah dimana.
Terdengar helaan napas panjang, mungkin Naruto tengah memutar bola matanya, merasa sudah sangat biasa dengan sikap Sasuke yang tidak pernah ramah dengannya.
"Aku tidak tahu. Yang kudengar mereka akan pergi ke Swiss hari ini...''
Tut.
Sasuke langsung menutup sambungan telponnya. Dugaannya benar. Karin pasti tidak baik - baik saja. Penjahat itu menculiknya. Matanya melebar begitu ingat sesuatu, sekaligus ponselnya menampilkan pesan masuk. Pesan dari Kiba yang mengkonfirmasi kalau memang benar yang sudah merampok sopir taksi itu adalah orang yang sedang dicarinya, juga pesan dari kantor yang akhirnya menemukan lokasi orang yang menelponnya beberapa saat lalu.
"Apa Haku berada di tempat itu bersama Suigetsu?'' Gumam Sasuke pada dirinya sendiri. Dia masih tidak paham perkataan Haku tentang 'membereskan masalah'. Apa maksudnya dia akan meminta Suigetsu menghentikan aksinya, atau justru membunuh semua targetnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARKNESS OF HEART
FanfictionSasuke harus berkejaran dengan waktu untuk menemukan pembunuh gila yang berkeliaran di kotanya. Belum lagi hidupnya yang mendadak harus direcoki seorang Uzumaki Naruto yang mendadak selalu ditemuinya. Sasuke yakin pria itu sebenarnya penguntit. A N...