Sasuke berjalan dengan langkah cepat sembari mengunyah roti yang rasanya seperti kardus. Beberapa langkah di belakangnya tampak Kiba yang masih mengantuk. Rambut coklatnya mencuat melawan gravitasi karena belum disisir.
Kiba bahkan bahkan belum mandi, setelah pagi tadi dibangunkan oleh telpon dari Sasuke agar segera bersiap karena ada kasus yang terjadi. Hanya sikat gigi dan ganti baju, lagipula hari ini dia seharusnya libur tapi kenapa dia malah harus lembur, kadang Kiba menyesal sudah memilih jadi polisi yang jadwal kerjanya benar - benar tidak teratur. Atau mungkin dia pindah saja ke divisi lalu lintas, sepertinya hanya mengatur kendaraan lebih menyenangkan dibanding harus mengurusi kasus kriminal.
Menggeleng kepala, mencoba memfokuskan diri, Kiba berlari kecil mendekati Sasuke yang kini sedang berbincang dengan seorang wanita berambut biru pendek. Wanita itu terlihat shock, wajahnya pucat. Beberapa kali harus menenggak air mineral di tangannya hanya sekedar untuk menenangkan perasaannya.
Kiba tidak terlalu mendengarkan apa yang dikatakan Sasuke, dia lebih tertarik melihat mayat seorang wanita yang sedang dimasukan ke dalam kantong jenazah. Kiba juga memperhatikan sebuah lubang tempat dimana wanita itu terkubur tadinya.
Kembali memperhatikan sosok mayat wanita itu. Cantik, tapi mengerikan. Bagaimana Kiba tidak ngeri saat melihat mayat wanita dengan luka menganga di leher, nyaris putus dan mulut dijahit rapat. Mata wanita itu melotot, sepertinya sangat ketakutan. Ada tanda dipergelangan tangannya yang kemungkinan bekas ikatan.
Tidak ada tanda perampokan atau apapun. Tas milik wanita itu ditemukan tidak jauh dari lokasi penememuan mayat. Pakaiannya masih utuh dan lengkap. Pakaian kantor dan rapi.
"Jangan memandanginya terlalu lama, nanti kau jatuh cinta?''
Kiba melompat kaget begitu merasakan hembusan napas hangat menerpa tengkuknya. Suara tawa cekikikan seorang wanita menarik tubuhnya untuk berbalik dan matanya mendapati seorang wanita dengan rambut merah muda tengah menutup mulut menahan tawa yang hampir menyembur keluar.
"Kau membuat jantungku hampir keluar. Kupikir arwah wanita ini yang berbicara padaku'' Kiba mengelus dada sembari menarik napas dalam, menghilangkan rasa kagetnya.
Sakura si dokter forensik semakin tertawa keras. Kiba selalu bisa membuatnya tertawa meski sedang menghadapi situasi terburuk sekalipun.
"Berhenti tertawa, atau kujahit mulutmu seperti mayat ini''.
Sakura langsung mencibir begitu Sasuke menghampirinya, lebih tepat mendekati mayat wanita yang ada di dalam kantong jenazah. Pria raven itu mengamati sebentar, meneliti apa yang bisa dijadikan petunjuk untuk mengetahui apa yang terjadi dengan wanita berambut hitam pendek itu. Sakura sudah sangat hapal bagaimana sikap Sasuke jadi dia tidak terkejut dengan ucapan kasar pria itu.
"Menurutmu apa yang terjadi?'' Tanya Sasuke tanpa mengalihkan perhatiannya pada sosok mayat di depannya, sikapnya biasa saja seolah tidak pernah mengucapkan kata - kata kasar tadi.
"Aku belum bisa memberi keterangan apapun jika belum dilakukan autopsi. Tapi kemungkinan besar, luka di leher adalah penyebab kematiannya'' jawab Sakura.
Sasuke mengangguk pelan. Dia juga tidak berharap mendapat jawaban sekarang karena memang belum ada pemeriksaan, tapi dari keadaan mayat, sepertinya tidak ada tanda kekerasan yang kentara, jadi mungkin korban ini mengenal pelakunya jadi tidak terlalu bersikap waspada.
"Identitasnya?'' Sasuke berjongkok di samping mayat saat seorang petugas polisi menyerahkan sesuatu pada Kiba.
"Kami menemukan tas kerja korban. Namanya Mitarashi Anko, seorang pengacara'' jelas petugas polisi yang tadi menyerahkan beberapa barang bukti yang sudah dimasukan ke dalam plastik bening. Diantaranya kartu identitas dan ponsel sementara tas kerja berisi dokumen di serahkan pada Sasuke untuk diperiksa.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARKNESS OF HEART
FanficSasuke harus berkejaran dengan waktu untuk menemukan pembunuh gila yang berkeliaran di kotanya. Belum lagi hidupnya yang mendadak harus direcoki seorang Uzumaki Naruto yang mendadak selalu ditemuinya. Sasuke yakin pria itu sebenarnya penguntit. A N...