Suara ketukan jari dengan permukaan meja terdengar pelan. Mengisi kesunyian bersama dengan dengung halus mesin pendingin ruangan. Naruto duduk di kursinya, dengan satu tangan menumpu dagu dan satu lainnya berada di atas meja. Pikirannya melayang pada kejadian malam tadi. Dia merasa tahu siapa orang itu, orang yang kemungkinan menjadi dalang semua kekacauan ini. Hanya saja kenapa Sasuke diserang, apa karena dia adalah penyidik kasus ini. Tapi kalau dugaan Naruto benar seharusnya dia sudah tahu sejak lama jika Sasuke mendapat tugas menyelidiki kasus ini, tapi kenapa baru sekarang. Apa dia merasa khawatir karena Sasuke semakin dekat.
"Aku tidak tahu sekarang kau berniat menjadi detektif''
Suara pintu terbuka mengalihkan pikiran Naruto. Seorang pria dengan rambut panjang memasuki ruangannya, melenggang dengan santai sambil membawa beberapa kertas di tangannya.
"Cepat juga. Apa yang kau dapat Neji'' Naruto menyuruh Neji duduk, tanpa menanggapi ucapannya tadi.
"Sebenarnya ada masalah apa sampai kau menyuruhku mencari informasi tentang orang ini?''
Naruto tidak menjawab, dia justru merebut kertas yang ada di tangan Neji. Membuka pelan lembar demi lembar dan membaca isinya.
"Kau sudah merepotkanku dan sekarang tidak mau memberitahuku. Teman macam apa kau'' Neji menyilangkan kaki dan menyandarkan punggungnya. Matanya memicing curiga pada sahabatnya.
"Tidak ada. Aku hanya penasaran'' Naruto meletakan kertas - kertas ke meja.
Neji menatapnya tidak percaya. Jelas ada sesuatu yang disembunyikan Naruto. Pria pirang ini bukan tipe orang yang akan melakukan sesuatu hanya karena penasaran. Apalagi mengurusi urusan orang lain yang tidak menguntungkannya.
"Kau tidak punya niat buruk kan?'' Neji mencondongkan tubuhnya.
"Aku bukan penjahat, jangan melihatku seperti itu'' protes Naruto.
"Kau memang bukan penjahat, tapi pria licik''
Naruto mendengus, tidak merasa tersinggung dengan perkataan Neji yang mengatainya pria licik. Naruto sudah terlalu biasa mendengarnya.
"Aku dengar kematian pengacara Anko menguntungkanmu?''
Satu alis Naruto naik, meminta penjelasan atas ucapan Neji ''Kau bisa mendapatkan lahan yang kau inginkan untuk membangun gedung baru sekarang'' Seringai di wajah Neji membuat wajah Naruto mengerut.
"Aku sudah tidak minat'' Naruto mengibaskan tangannya.
"Yang benar? Kau tidak asal bicara kan?'' Giliran Neji yang dibuat kaget. Jarang - jarang Naruto melepaskan apa yang diinginkannya.
"Apa aku terlihat bercanda?''
"Itu tempat strategis, kau akan dapat banyak keuntungan jika bisa memilikinya'' Neji masih kurang percaya Naruto menyia - nyiakan kesempatan bagus ini.
"Kalau kau mau ambil saja''
Neji mengedikkan bahu, Naruto jika sudah memutuskan sesuatu tidak akan bisa diubah lagi. Neji sendiri juga tidak berniat mengikuti saran Naruto, tapi mungkin saja dia bisa menawarkan lahan itu ke orang lain, pasti banyak yang menginginkannya. Seringai di wajah Neji kembali tampak, sepertinya pria ini lupa kalau itu bukan lahan miliknya yang bisa seenaknya ditawarkan pada orang lain.
"Terserahmu saja'' Neji membenarkan posisi duduknya, sedikit mencondongkan tubuh ke depan ''Semalam kau tidak datang. Ayah menanyakanmu?''
Naruto memasang wajah menyesal kali ini ''Ada urusan mendadak dan aku lupa memberitahu. Katakan pada Paman aku akan datang minggu depan'' ujarnya penuh penyesalan.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARKNESS OF HEART
FanfictionSasuke harus berkejaran dengan waktu untuk menemukan pembunuh gila yang berkeliaran di kotanya. Belum lagi hidupnya yang mendadak harus direcoki seorang Uzumaki Naruto yang mendadak selalu ditemuinya. Sasuke yakin pria itu sebenarnya penguntit. A N...