2. Perpustakaan Sekolah

60 12 12
                                    

Jika takdir adalah pilihan.
Menyelipkan namamu adalah keinginan.

🌺 Dalam Tasbih 🌺

Bel pelajaran ke delapan berdering dari lima menit yang lalu. Setan-setan kembali menjalankan misinya dengan membuat siapapun terlelap saat pelajaran.

Siang ini terasa panas karena listrik mati satu jam yang lalu, semua AC di dalam kelas-kelas otomatis juga mati. Banyak mulut-mulut yang merapalkan doa agar guru berhalangan hadir sehingga mereka bebas untuk pergi ke manapun, jika tidak ketahuan guru piket.

Radit si ketua kelas mengumumkan jika Bu Dina, guru matematika berhalangan hadir. Tidak ada tugas yang dititipkan. Sungguh, surga dunia bagi mereka anak SMA tingkat akhir. Rupanya doa-doa dari teman kelas Zahra terkabul. Ya, siang yang menumpahkan banyak peluh kali ini terselamatkan dengan tidak adanya pelajaran.

“Ra.. perpus yuk!” ucap Rika sembari berancang-ancang berdiri.

“Ngapain? Tidur?”

“Terserah mau ngapain. Di sini panas, di perpus AC lebih banyak terus dingin.”

Zahra sedikit berpikir dan Rika dengan peka mengerti apa yang ada dalam pikiran Zahra.

“Aliran listriknya perpustakaan beda sama di kelas-kelas, gak mungkin ikutan mati kayak sekarang. Udah ayo! Mumpung masih sepi!”

Zahra beranjak menuruti permintaan Rika, mereka berjalan keluar kelas. Kebetulan kelas mereka berada di sisi kiri pojok lantai tiga, melewati koridor kelas yang kosong dan sepi seperti tak berpenghuni.

Belok ke kanan dan menuruni anak tangga satu persatu. Hingga sampai dipijakan terakhir mereka berjalan lurus dan belok sedikit ke kanan.
Sampailah mereka di perpustakaan sekolah SMA Bina Bangsa.

BUKU ADALAH JENDELA ILMU

Itulah kalimat sebagai penyambut siapapun yang memasuki perpustakaan.

Suasana perpus yang tenang, hening, sunyi, ditambah ruangan luas dengan banyaknya rak buku berjejer, dingin pula, siapa yang tidak betah jika berada di sini.

Rika dan Zahra duduk di tempat membaca paling pojok. Sehingga tak kasat mata oleh penjaga perpus jika tidur di sini. Sebenarnya dilarang tidur, tapi ada saja trik yang dipakai untuk mengelabuhi petugas.

Benar, bukan hanya Zahra dan Rika, hampir seluruh siswa juga melakukan ritual pengungsian ke perpustakaan sekolah. Memang perpustakaan adalah tempat ternyaman. Terlihat beberapa menit kemudian sebagian penghuni kelas memutuskan nomaden.

“Ra.. Rika tidur dulu ya. Jangan dibangunin kecuali bel pulang,” pesan Rika bersiap untuk tidur dengan melipat kedua tangan di atas meja. Tidak lupa di bawahnya tersedia buku sebagai alas, lebih tepatnya, sebagai alasan jika saja nanti ada petugas yang memergokinya tidur di perpustakaan.

“Hem.. kebiasaan!”

“Yaudah sana cari novel atau apa gitu, jangan ganggu princess tidur.”

Karena lupa tidak membawa novel dari rumah, Zahra berjalan ke arah rak buku bagian “NOVEL DAN SASTRA”.

Zahra berjalan antusias mengitari rak yang penuh dengan novel berbagai genre. Mulai dari genre romance, horror, spiritual, fiction, non fiction, dan masih banyak lagi yang berbaris rapi mirip seperti Gramedia.

Zahra terus meneliti satu persatu novel yang menarik hati untuk di baca. Lima menit, enam menit, sebelas menit berlalu, namun masih belum menemukan novel yang menarik hatinya.

Dalam TasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang