“Every struggle requires sacrifice.”
🌺 Dalam Tasbih 🌺
Seperti biasa aktivitas pagi hari dalam keluarga adalah sarapan bersama. Berbagai macam hidangan telah tersedia dengan rapi. "Makanan ini spesial karena di masak dengan bumbu cinta", begitulah kata Hanum ibu rumah tangga di rumah ini. Ia selalu ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya, terutama jagoan-jagoannya.
"Zidan, Hardi mana? Masih di kamar?" tanya Hanum sambil mengaduk teh untuk Hamid yang telah duduk di meja makan. Tidak lupa ditemani Zidan dan Fatih yang baru saja sampai di Surabaya kemarin sore. Fatih menyempatkan diri untuk pulang dari padatnya perkuliahan di Jakarta. Ia merindukan masakan mamanya jika teman-temannya bertanya.
"Mungkin masih tidur kali ma. Apa aku yang panggilin dia?" tawar Zidan.
Hanum tersenyum, "Ah jangan-jangan. Kamu duduk aja, makan yang banyak, biar mama aja yang panggil Hardi."
Lantas ia berjalan menapaki tangga menuju lantai dua di mana kamar Hardi berada.
Tok.. tok.. tok..
"Nak, buka pintunya. Ayo sarapan bareng-bareng, udah di tunggu papa loh. Hardi.."
Selama lima menit tidak ada sahutan dari dalam, biasanya jam segini dia sudah siap untuk ke sekolah. Sedikit takut Hanum membuka pintu kamarnya, "Nak, mama masuk ya."
Ditemukannya Hardi tidur dengan posisi menunduk di lantai bawah, tepatnya di atas sajadah. Hanum mencoba membangunkan, pikirnya mungkin Hardi kelelahan sampai tertidur seperti ini.
"Hardi bangun, ayo kita sarapan. Kamu gak sekolah?" ucap Hanum dengan menyentuh pundaknya.
Terdengar lengkuhan halus, Hardi mengerjapkan matanya lalu terduduk.
"Kamu sakit, nak?" Mencoba memastikan dengan menempelkan punggung tangannya menuju kening Hardi.
Hanum berdecak, "Agak panas sih, ya sudah kamu makan dulu aja. Gak usah sekolah. Kamu pindah tidur di kasur ya, biar mama ambilin sarapan."
Setelahnya Hanum turun menuju meja makan kembali dengan menuangkan sedikit nasi berserta lauk pauknya pada piring untuk Hardi.
"Dia gak turun ma?" tanya Fatih.
"Badannya sedikit panas, kayaknya demam. Makanya mama suruh dia tidur aja. Oh iya Zidan, minta tolong izinin Hardi ya,"
Zidan berhenti mengunyah sejenak, "Siap ma, nanti Zidan bilangin ke kelasnya. Lagian udah gak ada pelajaran formal sih, cuma buat persiapan kelulusan aja."
Saat semuanya masih sarapan, wanita paruh baya itu mencoba untuk menyuapi Hardi. Ia tidak sampai hati melihat anak-anaknya jika sakit, meskipun Hardi bukan darah dagingnya, tapi ia menyayanginya.
🌺🌺🌺
Hari bergulir begitu cepat, candaan mulai berkurang, keseriusan mulai diperhitungkan. Pasalnya empat hari lalu pertaruhan dengan apa yang di dapat selama hampir tiga tahun di sekolah ini.
Berbagai macam kekalutan, ketegangan, kelelahan akan terbayar begitu ujian selesai. Ya, telah berakhir lah pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer. Semua wajah terlihat lega, bersama-sama mereka ucapkan hamdala setelah keluar ruangan dingin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Tasbih
SpiritualStory of Life Awal pertemuan di perpustakaan sekolah dengan sosok lelaki yang menyebalkan, membuat kesal akan tingkahnya. Lambat laun hati Aathifa Azzahra yang kerap disapa Ara oleh temannya merasakan hal aneh menyelimuti hatinya. Mungkin Zahra tela...