6. Aathifa Azzahra

43 7 13
                                    

Tertawa boleh, tapi sewajarnya.
Sedih boleh, tapi jangan putus asa.
Berharap boleh, tapi pada-Nya.
Mencintai boleh, tapi harus meminta kepada-Nya.

🌺 Dalam Tasbih 🌺

"Ra. Kenapa sih? Dari tadi gak fokus gitu."

Dua menit berlalu tanpa ada sepatah jawaban dari Zahra, ia sedang bertopang dagu dengan tangan kanannya.

"Ara!"

Zahra menoleh, menarik paksa sudut bibirnya, "Eh iya Rik, ada apa?"

Rika memutar tubuh menghadapi Zahra, "Tuhkan, aku dari tadi ngajak ngomong tapi dikacangin. Kamu kenapa sih Ra, ada masalah? Cerita dong."

"Hehe, gak kok. Gak ada masalah sama sekali," jawab Zahra sembari merapikan kerudungnya.

Rika melipat kedua tangan di dada, "Bohong. Abis dari perpus kok aneh gitu, kayak abis ketemu setan aja."

Bukan setan Rik, malaikat malah, eh apaan sih, batin Zahra menggema.

"Apa sih, enggak kok. Ayo ke bawah. Lima menit lagi bimbel dimulai," tegas Zahra mengalihkan perhatian.

Akhirnya mereka berdua menuju lantai dua–kelas bimbel, disusul teman-teman lainnya. Sesuai jadwal, siapapun yang piket, harus membersihkan papan tulis sebelum guru datang. Oleh sebab itulah Zahra berdiri menghadap papan tulis yang penuh coretan spidol untuk dibersihkan.

"Rika, boleh tanya sesuatu?" ucap Zahra yang telah kembali duduk di tempatnya.

"Tanya apa?" Rika menyimpan hp di tas, lalu menyimak Zahra.

"Rasanya jatuh cinta itu gimana sih?"

Tawa Rika pecah, Zahra mengernyitkan dahi tanda tidak paham. Zahra rasa, ia tidak melucu saat ini.

"Jangan bilang kamu jatuh cinta. Makanya tadi aneh gitu." Rika melanjutkan tawa dengan menutup mulut.

"Enggaklah! Siapa juga yang lagi jatuh cinta, akukan cuma tanya," jawab Zahra sekenanya dan mulai salah tingkah.

"Aku udah kenal kamu dari kelas 10. Kita udah sahabatan dari lama. Segala tingkah laku kamu aku hafal. Emang, siapa sih cowok itu?"

Zahra menampilkan mimik tenang seyakin mungkin, "Gak ada. Kan tadi udah bilang, cuma tanya."

"Terserah kalo gak mau ngaku. Yang penting aku yakin kalo dugaanku itu benar."

"Ya udah, gimana?" tanya Zahra mulai tak sabar.

"Okelah. Aku akan jawab menurut apa yang telah aku alami." Rika menarik napas dan mengembuskannya.

"Orang jatuh cinta menurutku gak bakal awet kebahagiaannya. Namanya aja jatuh, pasti ujungnya sakit. Beda lagi kalo bangun cinta, otomatis yang dia lakukan itu hal positif. Gak gampang terbawa nafsu, tapi itu semua sedikit orang yang memahami."

Zahra mengangguk, "Terus, menurut kamu orang yang bangun cinta itu gimana?"

"Semakin dewasa orang berpikir, ia akan mempertimbangkan baik buruk ke depannya, gak gegabah. Misal, ada cowok yang suka sama kamu, tapi dia bilang serius dengan ngajak kamu pacaran. Aku jamin dia itu gak beneran seriusin kamu, cuma mainin kamu aja."

"Tapikan dari pacaran itu bisa tahu sifat satu sama lain, dia juga tadi bilangnya seriuskan jadi apa salahnya?" sanggah Zahra.

"Cari tahu sifatnya calon pasangan bisa lewat ta'aruf, di situ juga melibatkan keluarga dari kedua belah pihak, gak harus pacaran buat tahu sifat satu sama lain. Lebih percaya kata manusia apa kata Allah? Padahal Allah sudah berfirman dalam surah Al Isra' ayat 32:

Dalam TasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang