3. Hari Pertama

50 9 14
                                    

Tidak ada hasil tanpa perjuangan.
dan
Sekecil perjuangan pasti ada hasil.

🌺 Dalam Tasbih 🌺

Bel pulang sekolah berdering lima menit yang lalu. Bagi kelas 10 dan 11 adalah surga dunia untuk merehatkan pikiran dan jasmani. Pulang adalah tujuan mereka, tapi tidak dengan kelas tingkat akhir di SMA.

Kelas 12 adalah masa akhir yang penuh perjuangan di SMA, di samping banyak ujian, bimbel, tryout, dan beberapa simulai UNBK di bulan mendatang. Akan banyak hal yang menjadi sebuah kenangan di akhir masa sekolah, sebelum terjun ke 'dunia  nyata'.

Namanya juga hidup, pasti banyak rintangan dan perjuangan untuk survive. Ibarat mendaki gunung, pasti menemui berbagai medan untuk bisa sampai puncak dan melihat keindahan semesta.

Di sore yang cerah ini Zahra masih berada di kelas bersama teman-temannya. Mereka semua menyimak pengumuman yang disampaikan Radit, si ketua kelas bahasa. Bahwasannya, hari ini tepatnya pukul empat sore akan diadakan bimbel perdana. Ya, perjuangan kelas 12 untuk belajar lebih fokus akan dimulai.

Rapat telah usai, mereka semua berjalan keluar kelas untuk melaksanakan salat asar terlebih dahulu, sebelum berkenalan dengan guru bimbel yang memberikan banyak latihan soal.

“ARA! TUNGGUIN DONG! MASIH NGELEPAS SEPATU, NIH!!”

Zahra yang merasa namanya terpanggil memilih menunggu di depan kelas. "Rika, cepetan dikit! Biar tenang salatnya."

Tidak lama kemudian Rika pun muncul, "Sorry, Radit tuh rese, gangguin terus."

"Yaudah yuk!"

Zahra dan Rika berjalan menuruni anak tangga dengan memakai sandal sampai menuju tempat wudu perempuan di aula sekolah. Aula sekolah memiliki tempat yang luas dan disediakan tempat salat yang cukup luas pula di sisi kanan aula.

Di sekolah ini ada dua tempat yang disediakan untuk salat, yaitu masjid dan aula. Siswa dan siswi SMA bisa salat di masjid atau aula sesuai jadwal yang ada.

Kebetulan hari ini jadwal kelas 12 salat di aula. Rika, Zahra dan teman yang lainnya langsung mengenakan mukena dan bersiap untuk salat berjamaah.

Allahu Akbar..

Ucapan takbir tanda salat dimulai, semua khusyuk untuk menghadap Allah. Melepaskan sejenak masalah dan apapun yang berhubungan dengan duniawi. Fokus berkomunikasi menghadap Allah, karena manusia sejatinya adalah makhluk kecil tidak berdaya, yang tanpa kuasa Allah tidak akan menjadi apa-apa. Lantas, mengapa masih ada saja sifat sombong yang melekat? Itulah kita harus membentengi diri dengan bersyukur dan terus muhasabah diri.

Suara merdu bacaan ayat Alquran membuatnya terenyuh. Tak sadar, air mata menetes saat mendengarnya. Salat berjalan dengan khusyuk, Zahra merasakan kedamaian dalam hatinya hingga rakaat terakhir.

"Rika, tau gak? Siapa tadi yang jadi imam?" tanya Zahra disela memakai sepatu di kelas setelah selesai berjamaah salat.

"Kenapa?"

Zahra mengembuskan napas, "Ya, gapapa hehe. Tanya aja."

"Mana aku tahu, kan itu di saf cowok. Tanya aja sama yang lain. Um.. eh Hardi, tau nggak tadi siapa yang jadi imam salat di aula?" tukas Rika pada Hardi saat membersihkan papan tulis.

Hardi mendekat pada bangku Zahra dan Rika, "Kenapa?"

Rika melengos, "Gapapa, ini nih Ara kepo."

"Oh, Zidan." Kemudian Hardi melanjutkan tugas piketnya yang sempat tertunda.

Rika melirik Zahra penuh arti, bersiap melempar pertanyaan yang bertubi-tubi. Tapi urung saat Radit mengumumkan untuk pindah kelas bimbel di lantai dua sebelah tangga.

Dalam TasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang