Saat Seorang Pria Dermawan, Kadar Keseksiannya Meningkat

6.5K 433 29
                                    


Hai hai hai saya kembali lagi bersama dokter Arya. Sebelumnya saya mau mengucapkan banyak terimakasih buat yang sudah komen dan like chapter sebelumnya, chapter ini saya buat sambil curi-curi waktu ngerjain RPS dan kesibukan di kantor lainnya. Semoga pada suka dan ngasih like serta komen yang lebih banyak dari chapter kemaren ya ^^

εΐзεΐзεΐз

Laras sedang mengerjakan tugas kuliahnya, tetapi tiba-tiba dia merasakan haus. Saat melihat gelasnya yang kosong, Laras mau tidak mau bangkit dari duduknya dan beranjak menuju dapur yang ada di lantai dasar.

Kondisi lantai dasar sudah sepi, hanya tinggal lampu di living room saja yang menyala, itu juga hanya lampu duduknya saja yang menyala. Pasti Bik Tum sudah beristirahat di kamarnya. Laras melirik kamar Arya yang tertutup rapat, lelaki empat puluh tahun itu belum juga kembali. Pasti kesibukannya di rumah sakit yang membuat lelaki itu tidak bisa pulang.

Saat Laras baru selesai menuangkan air dingin ke dalam gelasnya, dia mendengar ada suara pintu ruang depan ditutup. Tak lama Laras bisa mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya.

"Belum tidur, Ras?"

Laras menoleh melewati bahunya dan mendapati Arya sudah berdiri tak jauh darinya. "Dokter Arya tumben baru pulang jam segini," ujar Laras sambil menghampiri Arya.

"Iya, tadi ada pasien gawat yang butuh penangan cepat," jawab Arya pelan.

Laras bisa melihat ada gurat lelah di wajah Arya. Hatinya merasa tidak nyaman, "Dokter mau saya buatkan minuman hangat ngga? Kelihatannya dokter lagi capek banget," ucap Laras.

"Boleh, Ras," jawab Arya cepat.

"Dokter tunggu di living room nanti saya bawain minumannya ke sana," Laras langsung kembali ke dapur membuatkan minuman hangat untuk Arya. Tak lama Laras menghampiri Arya yang sedang menonton tayangan berita CNN di living room, dengan membawa segelas minuman hangat untu Arya.

"Ini minumannya, dok," Laras menyerahkan gelas ditangannya pada Arya.

"Apa ini?" tanya Arya sambil menghirup uap yang keluar dari gelas ditangannya.

"Coklat hangat dan marshmellow," jawab Laras. Dia lalu duduk di salah satu sofa yang berada tak jauh dari tempat Arya duduk.

"Ehm... Manis..." komentar Arya setelah coklat panas menelurusi tenggorokannya. Laras tersenyum senang saat melihat Arya menikmati minuman buatannya.

"Katanya coklat bisa memperbaiki mood yang lagi jelek, dok, makanya saya buatkan minuman coklat hangat untuk dokter."

"Thanks," kata Arya. Setelah itu mereka berdua diam. Arya kembali menonton tayangan berita sambil menikmati coklat buatan Laras. Sedangkan Laras memperhatikan Arya dalam diam.

"Kamu tahu bagian terberat menjadi seorang dokter, Ras?" tanya Arya setelah mereka diam cukup lama.

"Ehm... Menyembuhkan penyakit pasien?" tebak Laras.

Arya tersenyum kecil. "Bagian terberat adalah saat kita harus menyebutkan waktu kematian pasien, dan menyampaikan berita buruk tersebut pada keluarga pasien," ujar Arya. Laras bisa merasakan perkataan itu sarat akan beban. Sepertinya tadi Arya baru mengalami hari yang berat.

"Walau sudah lama menjadi seorang dokter, tapi tetap aja, saat melihat wajah sedih bahkan tangisan dari keluarga pasien pas saya bilang tentang kematian pasien, hati saya ikut hancur dan merasakan sedih yang sama."

Laras melihat mata melankolis Arya berkaca-kaca. Apakah tadi Arya baru mengalami death table?

"Saya tahu hal itu pasti sangat berat buat dokter, tapi saya yakin dokter sudah melakukan yang terbaik untuk pasien tersebut, dan semuanya sudah ditentukan oleh Allah. Manusia bisa merencanakan, tetapi Tuhan yang menentukan hasil akhirnya," ujar Laras sambil menggenggam tangan Arya.

Puber KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang