Pertemuan Pertama dengan Keluarga Besar Mahendra

7.7K 419 18
                                    

"Kamu yakin ngga milih kuliah di tempatnya Aiden aja?" tanya Arya saat Laras sudah memberitahukan pilihannya untuk kuliah di mana.

"Yakin, dok. Lebih baik saya mengambil kuliah di akademi pariwisatanya saja, toh letak kampusnya masih sama, kan dok?" jawab Laras mantap.

"Tapi kan kampusnya punya akreditas yang bagus, kenapa ngga di kampusnya aja?" Arya masih meragukan pilihan Laras.

"Kalau saya pilih kampusnya, saya harus kuliah dari pagi sampe sore, dok."

"Terus kenapa kalau kuliah dari pagi sampe sore? Kamu bisa dianterin dan dijemput sama Pak Ujang kayak Abi dan Didit."

"Tapi kalau saya kuliah dari pagi sampe sore, saya ngga bisa jadi pengasuhnya Abi dan Didit, dok," ujar Laras. "Bukannya dokter Arya minta saya untuk jadi pengasuh anak-anaknya dokter, ya?"

Perkataan Laras barusan berhasil membungkam mulut Arya. Dia memang meminta Laras untuk menjadi pengasuh Abi dan Aditya, tetapi itu hanya sambilan saja. Niat awal Arya adalah ingin menguliahkan Laras di tempat yang bagus, sekaligus memberi uang pada Laras, tanpa harus menyinggung perasaannya. Sehingga muncullah tawaran menjadi pengasuh anak-anaknya sebagai kamuflase.

"Pagi-pagi saya bisa mengantar Mas Abi dan Didit ke sekolahnya, setelah itu siangnya saya pulang bersama Didit dan menemani Didit di rumah. Sore harinya saat Mas Abi sudah pulang sekolah, saya bisa berangkat kuliah sampai malam hari," jelas Laras.

"Okay kalau itu mau kamu, tapi kamu berangkat dan pulang kuliah harus dijemput sama Pak Ujang. Saya ngga mau kamu pakai kendaraan umum," putus Arya yang lagi-lagi membuat hati Laras senang. Arya selalu saja memperhatikannya seperti ini.

"Besok saya ngga ada jadwal operasi, jadi saya bisa nganterin kamu ke kampus untuk daftar," ucap Arya. "Dan saya ngga mau terima penolakan, ya Ras," kata Arya cepat saat dilihatnya Laras ingin menolak perkataannya barusan. Sedangkan Laras hanya tersenyum kecil. Baru beberapa hari tinggal di rumah Arya, lelaki itu sudah tahu gelagatnya. Dan itu benar-benar membuat rasa cinta Laras pada Arya semakin besar saja.

"Pa, kita berangkat sekarang aja yuk, takutnya macet," Abi anak sulung Arya sudah muncul di living room. Di bahunya sudah bertenger tali tas besar yang berisi perlengkapan baseball-nya. Sedangkan si kecil Aditya sudah menggandeng tangan kirinya Abi.

"Ayo kita berangkat, Ras," Arya mengajak Laras dan kedua anaknya menuju mobil Hyundai Santafe-nya yang sudah terparkir di halaman depan rumah.

Hari ini si sulung Abi ada latihan baseball seperti biasanya dan setelah itu Arya mau mengajak Laras ke rumah besar, karena kebetulan hari ini adalah hari pertemuan keluarga rutin yang biasa dilakukan oleh keluarganya.

εΐзεΐзεΐз

Saat sampai di tempat Abi latihan baseball, Laras bisa melihat ada Tita duduk di salah satu kursi yang ada di tribun penonton.

"Sendirian aja nih, Ta?" tegur Arya sambil menepuk pelan bahu Tita.

"Hai, Om," balas Tita sambil membuka sunglasses-nya dan meletakkan di atas kepala. "Sendirian aja, Om?" tanya Tita.

"Ngga," jawab Arya. "Om sama Laras dan Didit."

"Ras, kenalin ini yang namanya Tita keponakan saya yang paling bawel," Arya mengenalkan Laras pada Tita.

"Hai, kenalin Tita," Tita mengulurkan tangannya pada Laras.

"Larasati," Laras balas menjabat tangan Tita.

"Om Arya pernah cerita-cerita soal Mba ke aku, tapi baru sekarang ya kita bisa ketemu dan kenalan," ujar Tita dengan senyum ramah.

"Sebenernya saat di rumah dokter Arya beberapa waktu yang lalu, saya sudah melihat Mba Tita, tapi sepertinya Mba Tita sedang buru-buru, jadi kita belum kenalan," balas Laras.

Puber KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang