Cemburu akan Membuatmu Bagaikan Anak Kecil

8.2K 448 33
                                    

"Ras!"

Mendengar ada yang memanggil namanya, membuat Laras yang sudah hampir masuk ke dalam kelas mengurungkan niatnya. Dia menoleh melewati bahunya dan mendapati Aiden berada di sana.

"Ada apa, ya Pak?" tanya Laras. Aiden sempat mengernyit saat mendengar panggilan Laras barusan, tapi dia ingat kalau saat ini mereka berdua sedang berada di kampus. Tidak mungkin Laras akan memanggil namanya begitu saja.

"Lo tahu ngga kabarnya Elang?"

Laras mengerutkan keningnya. Sejak kejadian Bu Winda masuk rumah sakit, dia hampir tidak pernah berhubungan lagi dengan Elang. Lelaki jangkung itu seperti hilang begitu saja.

"Hampir dua minggu ini saya ngga ada kontak-kontakan sama dia, Pak. Emangnya ada apa, ya?"

Aiden mendengus saat mendengar jawaban dari Laras tadi. "Udah tiga hari ini Elang ngga masuk kerja, gue coba hubungin ponselnya ngga pernah aktif, gue takut dia kenapa-kenapa, makanya nanya sama lo, siapa tahu aja lo tahu keadaannya dia."

Seketika itu juga Laras dilanda kecemasan. Tidak biasanya Elang menghilang seperti ini tanpa kabar sama sekali. Dia harus memastikan sendiri keadaan Elang.

"Nanti kalau saya udah beres kuliah, saya coba ke kosannya deh, Pak," ujar Laras. Dia ingat sore ini kuliahnya tidak begitu padat, jadi dia bisa mampir sebentar ke kosan Elang.

εΐзεΐзεΐз

TOK... TOK... TOK...

Laras menggedor pintu kamar kosan Elang dengan cukup keras. "Lang! Elang! Lo ada di dalem, kan?!" ucap Laras sambil terus menggedor pintu kamar Elang. Beruntung saat ini kondisi kosan Elang sedang sepi, jadi Laras tidak perlu khawatir akan menjadi bahan tontonan.

"Lang! Elang! Buka pintunya!" Laras masih terus berusaha membuat Elang membuka pintu kamarnya. Laras nyaris putus asa, saat akhirnya pintu kamar Elang terbuka.

"Akhirnya lo bu..." kalimat Laras terputus saat dilihatnya wajah Elang yang pucat. "Ya ampun, Elang! Kenapa lo pucet gini?" Laras langsung menyerbu masuk ke dalam kamar Elang.

"Lo sakit?" Laras menempelkan tangannya di kening Elang, dan panas langsung menyengat tangannya.

"Lo itu kalau sakit kok ngga bilang sama gue sih?" omel Laras sambil memukul bahu Elang.

"Gue ngga mau ngerepotin lo," jawab Elang dengan suara yang parau.

"Ngerepotin apaan sih? Lo ngga usah asal deh, mendingan sekarang lo tiduran lagi," Laras lalu menyuruh Elang untuk kembali berbaring di tempat tidurnya.

"Lo udah makan?" tanya Laras yang dijawab gelengan oleh Elang.

"Kalau minum obat?" tanya Laras lagi. Elang kembali menggeleng. Laras mendengus pelan. Sahabatnya ini memang paling bisa membuatnya khawatir.

"Palingan abis tiduran gue bakal baikan kok, Ras," jawab Elang yang sukses membuat Laras mendelik.

"Baikan apaan? Lo udah tiga hari ngga masuk kerja, berarti sakit lo ini tergolong parah," omel Laras. "Lo tunggu di sini, gue mau cariin makanan sama obat dulu buat lo," tanpa menunggu jawaban dari Elang, Laras sudah pergi meninggalkan Elang sendirian di kamar kosannya.

Tiga puluh menit kemudian Laras kembali dengan membawa satu tas plastik berisi bubur dan juga obat penurun panas.

"Lo harus makan udah gitu minum obat," Laras membantu Elang untuk duduk bersandar di tempat tidurnya, dan menyuapi Elang bubur yang tadi dia beli. Mendapat perhatian dari Laras seperti ini, Elang merasa hatinya menghangat. Dulu saat dia sakit, Laras akan melakukan hal yang serupa.

Puber KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang