Tawaran Itu

12K 573 13
                                    

Maaf rada lama mempost lanjutannya, ini semua karena saya sedang bingung dalam menggarap ide untuk cerita ini, saya butuh saran dari para pembaca semuanya agar saya bisa semangat dalam melanjutkan cerita ini. Saya tunggu vote dan komentarnya ^^ *kalau vote untuk part ini mencapai angka 10 maka saya akan post part selanjutnya secepatnya*

εΐзεΐзεΐз

Malam itu Hyundai Santafe hitam milik Arya baru saja ke luar dari gerbang rumah sakit Santosa, saat Arya memutar stir ke arah kiri, tanpa sengaja Arya melihat Laras sedang berdiri di depan sebuah mini market sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Tanpa pikir panjang, Arya mengarahkan mobilnya mendekati Laras.

"Laras!" panggil Arya dari dalam mobil. Saat ini sedang gerimis, sehingga Arya hanya membuka kaca jendela mobilnya saja.

Laras memicingkan matanya memastikan siapa yang baru saja memanggilnya. Saat mengenali wajah Arya, tanpa sadar bibirnya mengulas sebuah senyuman. "Dokter Arya."

"Kamu ngapain di sini?" tanya Arya.

"Saya lagi nunggu teman saya yang mau jemput, dok. Tapi, sampai sekarang teman saya belum datang," jawab Laras sambil merapatkan jaketnya, dia tidak begitu tahan dengan udara dingin dan angin malam.

Arya melirik jam yang ada di pergelangan tangan kanannya. Pukul 19.00. Memang belum terlalu malam, tetapi bagi seorang perempuan seperti Laras, tidak baik jika dia terus berdiri sendirian di jalanan seperti sekarang ini. "Gimana kalau saya aja yang ngantar kamu pulang?" Arya menawarkan diri.

Kedua mata Laras yang besar semakin membesar saat mendengar tawaran dari Arya tadi. Sebenarnya dia ingin sekali pulang bersama dengan Arya, tetapi bagaimana dengan Elang? Lelaki jangkung tersebut pasti akan mengomelinya jika tahu Laras pulang lebih dulu.

"Di jalan nanti kamu bisa ngehubungi teman kamu, dan bilang saja kamu pulang duluan sama saya," ujar Arya. "Lagipula sekarang hujan, ngga baik kalau kamu berdiri lama-lama di tengah hujan, bisa sakit," tambahnya saat melihat Laras sedikit ragu.

Laras kembali menimbang tawaran dari Arya tersebut. Memang apa yang sudah dikatakan oleh Arya tadi ada benarnya juga. Kalau dia terlalu lama menunggu Elang di sini, dia bisa masuk angin. Sepertinya, tidak ada pilihan lain. Maka tanpa berpikir lebih lama lagi, Laras mengarahkan tangannya membuka pintu mobil Arya dan melompat masuk ke dalamnya.

"Terima kasih sebelumnya, ya dok," ucap Laras saat Hyundai Santafe milik Arya sudah berjalan pelan meninggalkan mini market tempatnya bekerja. "Saya jadi merepotkan, dokter."

Arya tersenyum kecil. "Ngga ngerepotin kok, kebetulan ketemu sama kamu," jawab Arya santai.

"Lebih baik kamu hubungi teman kamu aja dulu," Arya mengingatkan Laras.

Cepat, Laras mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan menghubungi Elang. Pada nada sambung kelima baru terdengar jawaban dari Elang.

"Ras, sorry gue rada telat nyampenya, soalnya ada yang harus diberesin dulu," suara Elang terdengar menyesal.

"Ngga papa, Lang. Lo ngga usah jemput gue, karena sekarang gue udah di jalan mau pulang," jawab Laras.

"Lo pulang sama siapa?" tanya Elang dengan suara menyelidik.

"Dokter Arya," jawab Laras pelan namun berhasil membuat Elang memekik.

"Nanti kita ngobrol lagi kalau lo udah nyampe aja, bye Lang," Laras buru-buru mengakhiri teleponnya sebelum Elang mengomelinya habis-habisan.

"Kamu ngapain malem-malem berdiri di depan mini market deket rumah sakit?" tanya Arya saat melihat Laras sudah memasukan ponselnya ke dalam tas.

"Saya kerja di sana, dok," jawab Laras pelan.

Puber KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang