Mungkin ini Rasanya Menjadi Seorang Ibu

7.7K 513 46
                                    


BRRRAAKKK!!!

Laras yang baru saja selesai memasukan buku-buku untuk kuliahnya ke dalam tas, terkejut mendengar suara berisik di luar kamarnya. Perlahan, Laras membuka pintu kamarnya dan mendapati Abimanyu melempar tasnya ke lantai. Wajahnya tampak kesal.

"Mas Abi kenapa?" tanya Laras hati-hati.

"Ateu Laras, emangnya badan Abi bau ya?" tanya Abi sambil berjalan mendekati Laras.

Laras mengendus. Memang harum parfum yang Abi kenakan tadi pagi sudah sedikit memudar, tetapi sama sekali tidak membuat tubuh remaja itu jadi bau.

"Emang udah ngga seharum tadi pagi sih, Mas. Tapi ngga bau juga kok," jawab Laras.

"Huh! Emang dasar aja dia yang aneh," gerutu Abi.

Mendengar gerutuan Abi tadi mau tidak mau membuat Laras tersenyum kecil. Pasti ini masalah lawan jenis. "Emangnya ada yang bilang Mas Abi bau?"

"Ngga secara langsung, sih Ateu. Cuma pas tadi Abi deketin dia, dia langsung nutup hidungnya gitu," gerutu Abi.

"Siapa? Cewe yang waktu itu ada di GOR?" tanya Laras. Pikirannya langsung melayang pada gadis yang tempo hari pernah dilihatnya di GOR Lodaya saat Abi berlatih baseball.

"Maksud, Ateu itu Gisel?" ujar Abi.

Laras mengangkat bahunya. "Mana Ateu tahu namanya, Mas, kan Ateu ngga kenal, yang pasti Ateu lihat dia pas pertama kali nganterin Mas Abi latihan di Lodaya," jelas Laras.

"Oh, kalau itu beneran Gisel yang Ateu lihat," ucap Abi. "Bukan dia Ateu, tapi anak baru, namanya Ayana."

"Mas Abi suka sama yang namanya Ayana?" tebak Laras. Dalam hati dia ingin tertawa sendiri, mengingat jaman dulu saat masih seusia dengan Abi. Dulu dia juga sudah mulai tertarik pada lawan jenis.

Abi mengerutkan keningnya sebelumnya akhirnya menggeleng. "Belum sampai ke sana sih, Ateu. Cuma..." Abi menggantungkan kalimatnya.

"Cuma apa, Mas?"

"Ngga tahu, ah. Abi ngga ngerti," jawab Abi sambil meringis. "Abi ke kamar, ya Ateu, mau ganti baju dulu," pamit Abi menuju kamarnya.

"Abi situ jangan lupa makan siang, ya Mas," pesan Laras.

"Beres, Ateu," jawab Abi sebelum menutup pintu kamarnya.

Laras kembali tersenyum melihat pintu kamar Abi yang tertutup. Dia kembali teringat masa-masa saat dia dan Elang masih SMA. Dulu juga Elang sering bercerita mengenai rasa sukanya pada lawan jenis, begitu juga dengan dirinya. Tetapi, Elang jauh lebih sering jatuh cinta dibandingkan dirinya. Laras merasa senang karena Abi mau menceritakan sedikit masalah percintaannya di sekolah pada Laras. Seketika itu juga hatinya terasa menghangat.

εΐзεΐзεΐз

Saat di dalam kamar, Abi merasa sedikit lega karena sudah bisa bercerita pada Laras mengenai kejadian tadi di sekolah. Biasanya dia hanya bisa memendam semua kejadian di sekolahnya tanpa bisa mencurahkannya pada siapapun. Bukan karena kesibukan Papanya yang seorang dokter, tetapi Abi merasa malu kalau menceritakan soal ketertarikannya pada lawan jenis pada sang Papa. Dia hanya menceritakan bagaimana pelajaran dan latihan baseball-nya saja. Sebenarnya dia bisa bercerita pada Tita kakak sepupunya, tetapi dia takut kalau Tita akan mengejeknya saat kumpul keluarga. Dia tidak mau Eyang Putri mengetahui hal tersebut. Bisa-bisa nanti dia diomeli oleh Eyang Putri-nya yang terkenal cerewet itu. Dia juga tidak mau membuat sang Papa kecewa karena dia malah memikirkan hal lain, selain pelajaran dan baseball. Tetapi, sekarang semuanya berubah, semenjak ada Laras, dia jadi bisa menceritakan tentang ketertarikannya pada lawan jenis, tanpa harus takut atau malu. Keputusan Papa membawa Laras ke rumah ini memang keputusan yang benar.

Puber KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang