Sebenarnya Diterima atau Ditolak?

6.9K 430 64
                                    


"Kalau kamu suka sama Om Arya kenapa ngga bilang langsung aja sama orangnya?"

Pertanyaan Tita siang tadi terus terngiang di telinga Laras. Apa bener gue harus ngomongin soal perasaan gue ini ke dokter Arya? Iya kalau diterima, kalau ditolak? Terus lebih buruknya lagi gue malah diusir dari sini gimana?

Laras bergidik ngeri dengan pikirannya sendiri. Dia tidak siap kalau sampai harus diusir dari rumah Arya. Bukan karena dia tidak mau lagi kembali tinggal di panti, tetapi lebih kepada dia pasti akan sangat merindukan Arya. Terbiasa tinggal bersama selama beberapa bulan membuat Laras jadi ketergantungan oleh wajah Arya. Sehari saja dia tidak melihat Arya, dia pasti akan uring-uringan. Hal itu terbukti saat Arya sedang ada seminar selama beberapa hari di luar kota, Laras mendadak uring-uringan dan Elang yang menjadi sasarannya. Sebegitu besarnya rasa kecanduan Laras pada Arya, maka sampai saat ini dia sengaja menyembunyikan perasaannya. Tetapi, perkataan Tita siang tadi mau tidak mau membuat Laras berpikir bahwa kemungkinan perasaannya bisa tersampaikan pada Arya.

Laras menarik napas panjang dan memantapkan langkah kakinya untuk mencari Arya, belum sampai masuk ke dalam rumah, sosok Arya muncul di halaman belakang dan sukses membuat Laras terkejut.

"Kamu kenapa kelihatan kayak yang kaget gitu?" tanya Arya heran.

"Huh?!" Laras masih belum bisa menjawab karena jantungnya masih berdebar cepat karena kemunculan Arya di depannya.

"Kamu kenapa kayak yang kaget gitu pas lihat saya?" Arya mengulang pertanyaannya.

Laras kembali menarik napas panjang sebelum akhirnya menjawab, "Tadi saya mau cari dokter, eh ngga tahunya malah ketemu di sini, jadi saya kaget."

"Cari saya? Ada yang mau kamu omongin sama saya?"

Laras mengangguk.

"Ada apa?"

"Em... S-saya... S-saya..." Laras bingung mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan pada Arya.

"Saya kenapa, Ras?"

"Sayasukasamadokter," Laras mengatakan tanpa terputus membuat kening Arya berkerut.

"Kamu bisa pelan-pelan ngga ngomongnya? Saya ngga ngerti kamu ngomong apa barusan."

Laras menggigit bibir bawahnya sebentar, sebelum akhirnya mengatakan, "Saya suka sama dokter Arya."

Arya tercenung dan terjadi keheningan yang membuat Laras tidak tenang. Tapi tak lama kemudian terdengar kekehan Arya.

"Kamu bercanda, kan Ras?" tanya Arya disela-sela kekehannya.

Hati Laras mencelos. Kenapa Arya malah menertawakan pernyataannya? Dia sedikit tersinggung.

"Saya ngga bercanda, dok. Saya serius suka sama dokter," ucap Laras dengan wajah sangat yakin.

"Lebih baik sekarang kamu istirahat aja, Ras. Udah malem, saya juga mau istirahat," Arya menepuk kepala Laras lembut sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Laras sendirian di halaman belakang.

"Terus jawaban atas pernyataan gue barusan apa?" gerutu Laras.

εΐзεΐзεΐз

"Saya suka sama dokter Arya."

Pernyataan Laras tadi kembali muncul di benak Arya dan entah kenapa saat mendengar pernyataan barusan jantungnya berdetak lebih cepat. Banyak dokter-dokter muda di rumah sakit yang sering mengatakan hal serupa pada Arya, namun jantungnya tidak pernah seperti ini. Tetapi, kenapa berbeda dengan Laras?

"Something wrong with my heart, kayaknya gue harus nyempetin ketemu sama Papih nih buat cek EKG siapa tahu ada yang salah," gumam Arya sambil mengusap-usap dadanya.

Puber KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang