Jatuh Cinta dengan Pria berusia seperti Ayahmu

10.7K 475 31
                                    

Hello semua... Sebelumnya saya ingin meminta maaf dulu pada reader semua, karena saya lama sekali mempost part ini ㅠ_ㅠ mood menulis saya sedang naik turun macem rollercoaster gitu dan hari ini saya coba meneruskan cerita ini. Saya tunggu vote dan komentarnya

εΐзεΐзεΐз

Sebelum turun dari Hyundai Santafe milik Arya tadi, Laras sempat melirik jam digital yang ada di dashboard hampir pukul 23.00, pasti semua penghuni panti sudah berada dibalik selimut mereka masing-masing, karena keadaan panti saat ini sudah gelap. Untung saja Laras membawa kunci cadangan, sehingga dia tidak perlu membangunkan Bu Winda atau Elang untuk membukakan pintu.

"Jadi ini yang dibilang ngga ke mana-mana, ya?" sebuah pertanyaan yang meluncur dari seorang lelaki membuat Laras terkejut bukan main. Perlahan, Laras berjalan memasuki pelataran panti dan dia melihat Elang sedang duduk di salah satu kursi santai yang ada di sana.

"Elang! Lo bikin kaget gue aja!" gerutu Laras sambil memungut kunci panti yang tadi tidak sengaja dia jatuhkan.

"Katanya ngga ke mana-mana, kenapa jam segini baru balik? Mana jalannya mindik-mindik segala, udah kayak maling aja," cecar Elang. Lelaki jangkung itu sudah bangkit dari duduknya dan sekarang berdiri di hadapan Laras. "Pake gaun sama high-heels segala, dari mana, Neng? Undangan?"

Laras mendengus kencang, dia sudah tahu Elang pasti akan mencecarnya seperti saat ini, makanya tadi dia malas menceritakan perihal dinner-nya bersama Arya.

"Lo dari mana sih, Ras? Terus itu gaun punya siapa? Lo ngga mungkin minjem punyanya Bu Winda, kan? Modelnya terlalu kekinian," cerocos Elang tanpa akhir.

"Gue abis makan malam sama dokter Arya," jawab Laras sambil membuka pintu panti.

"Apa!" pekik Elang.

"Ssssttt!" Laras buru-buru menutup mulut Elang dengan tangannya. "Berisik banget sih? Udah malem!"

Elang menepis tangan Laras dari mulutnya. "Bisa-bisanya lo dinner sama tuh dokter, dalam rangka apaan? Terus gaunnya punya lo?" lelaki jangkung ini masih belum menyerah mengintrogasi Laras.

"Gue heran deh kok bisa sih lo bawelnya sama kayak perempuan?" gerutu Laras.

"Dalam rangka apaan lo dinner sama tuh dokter?" Elang menghiraukan gerutuan Laras dan tetap melontarkan pertanyaan.

Laras kembali mendengus, Elang tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan jawaban, maka dengan berat Laras menjawab, "Dalam rangka ucapan terima kasih karena waktu itu gue udah nganterin anaknya yang kesasar ke rumah sakit dengan selamat."

Elang mengangguk-angguk. "Terus gaun yang lo pake ini?"

"Dokter Arya yang kasih."

Elang sudah hampir memekik, tetapi Laras buru-buru menutup mulut Elang dengan tangan kirinya. "Sekali lagi lo nanya-nanya, gue sumpel mulut lo pake ini," Laras mengasungkan heels sepuluh senti pemberian Arya di depan wajah Elang.

"Yaelah! Galak banget sih! Gue kan cuma penasaran aja, Ras," ucap Elang. "Terus lo ngga mau cerita-cerita soal acara dinner lo tadi sama gue?" pancing Elang.

"Males! Gue udah ngantuk! Mau tidur," jawab Laras sambil menjulurkan lidahnya pada Elang.

"Yaelah! Gue pengen tahu, Ras," pinta Elang dengan wajah memelas.

Laras terkekeh pelan. Sahabatnya ini seorang lelaki, tetapi rasa ingin tahu dan bawelnya sama seperti perempuan. "Besok aja! Sekarang gue mau tidur," tanpa banyak omong lagi, Laras berjalan meninggalkan Elang menuju kamarnya.

Puber KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang