"Kamu gak papa Jeongin?." Samuel menatap Jeongin khawatir.
"Gak papa muel, aku gak papa. Ayo kita harus cepet-cepet ke Lab." Jeongin menarik pelan tangan Samuel.
Sesampainya di Laboratorium, anak-anak kelasnya dan kelas XI TKJ 2 sudah memasuki ruangan Lab.
Sebelum memasuki Lab, mereka harus melepaskan sepatu mereka, dan menaruhnya disamping pintu Laboratorium.
Jeongin dan Samuel bergegas membuka sepatu dan menaruhnya. Mereka masuk ke dalam Laboratorium.
Suasana sangat ramai, sesekali Jeongin terdorong ke arah depan karena anak-anak berdesakan.
Ruangan Laboratorium sangat besar dan panjang, jadi memungkinkan dua kelas untuk mengisinya.
Untuk kelas XI TKJ 2 mereka mengisi bagian belakang Laboratorium, dan untuk kelas X Multimedia 3 mereka mengisi bagian depan Laboratorium.
Meja panjang didalam Laboratorium digunakan untuk tanda batasan mereka.
Tidak ada meja atau bangku, hanya ada karpet warna biru untuk mereka duduk lesehan.
Jeongin menatap sekitar, suasana tidak pernah hening, selalu ramai. Apalagi kakak kelasnya itu tengah membuat keributan.
Ada yang bermain game, tidur, bercanda, berteriak, bahkan ada yang membawa gitar. Jeongin menatap datar sekawanan anak-anak bar-bar itu.
Tapi, mata foxy nya menatap kearah pojok Lab, disamping papan tulis. Seorang anak laki-laki, berkulit pucat, rambutnya dicat berwarna pirang, tengah memakai earphone dikedua telinganya.
Mata foxy dipertajam, menyipit imut. Sampai akhirnya seseorang menghalangi pandangannya.
Dia, Hwang Hyunjin yang menghalangi pandangannya, tengah mengobrol dengan anak laki-laki berkulit pucat tadi.
Jeongin menatap anak laki-laki yang memiliki bibir bervolume lebih.
"Ada ya manusia setampan dia?." Jeongin memeringkan sedikit kepalanya, menatap Hyunjin lebih dalam.
Jarak dia berdiri dengan Hyunjin yang duduk tidak terlalu jauh. Jeongin bisa melihat dengan sangat jelas.
Kakak kelasnya itu tidak memakai almameter, baju seragamnya dikeluarkan, lengan seragamnya digulung hingga menontonkan ototnya.
Hyunjin melarikan jemari panjangnya kesetiap helai rambutnya, dan setiap Hyunjin melakukan itu.
Jeongin selalu menahan nafas.
"Jeongin! Ayo duduk, kenapa berdiri? Apa yang kamu lihat?." Samuel berdiri disebelah jeongin.
"Oh, jadi kamu sedang memperhatikan kak Hyunjin? Awas nanti jatuh cinta." Menatap Jeongin dengan pandangan tengilnya.
"Tidak muel, aku hanya melihat kakak yang berkulit pucat itu, sepertinya aku pernah melihatnya." Jeongin mengalihkan pandangannya, dan memandang samuel.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐬𝐞𝐩𝐚𝐭𝐮.
Fanfiction[COMPLETED ON OCT 2019] 𝘀𝗸𝗲𝗻𝗮𝗿𝗶𝗼 𝘂𝗻𝗶𝗸 𝗺𝗶𝗹𝗶𝗸 𝘁𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗽𝗮𝘁𝘂, 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘁𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗱𝘂𝗮 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝘀𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝘆𝗮𝘁𝘂. mentioning : local , ooc , baku/nonbaku 📌 © 2019 , quixoteffy