Duapuluh.

3.4K 504 44
                                    

"Ketemu kak Taehyung ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketemu kak Taehyung ya?." Dengan nada mengajak Hyunjin bertanya pada Jeongin yang sedang melahap buburnya dimeja dapur.

Jeongin memberhentikan suapannya, menatap Hyunjin penuh dengan tanya.

"Kak Tehyung itu siapa?."

Hyunjin tersenyum, mengusap punggung tangan Jeongin dengan lembut. "Seseorang yang berbeda DNA dengan milikku, tapi ia berhasil menjadi seseorang yang berharga dihidupku." Usapan tidak berhenti.

Tangan Jeongin dibawa kebibirnya, untuk ia kecup dalam. Meninggalkan rasa yang tidak pernah hilang di Jeongin.

"Mau ya, Ketemu kak Taehyung?." Suaranya terdengar hati-hati, tidak ingin merusak suasana nyaman.

Jeongin mengangguk heboh, tersenyum hingga menampilkan behel yang sangat pas digigi mungilnya.

"Habiskan buburnya, lalu siap-siap. Kita akan langsung ke rumahku."

"Kak Taehyung itu gimana orangnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Taehyung itu gimana orangnya?." Jeongin berbicara sedikit berteriak, karena terpaan angin yang kencang dan kecepatan motor diatas rata-rata.

"Sempurna." Hyunjin membelokan kuda besinya ke dalam perkarangan rumah.

Mereka turun dari motor besar, keduanya berlari kecil untuk langsung masuk kedalam rumah. Hyunjin takut jika dirinya terlambat untuk mengenalkan si kecil dengan kakak besarnya itu.

Taehyung orang yang sibuk, ia tidak akan ada dirumah saat matahari melaksanakan tugasnya. Dan ia akan berada dirumah saat burung hantu menjelajahi waktu mainnya.

Untuk mengenalkan si kecil pada kedua orangtuanya itu hal yang mudah. Asalkan Taehyung mengatakan iya dan mendukung, kedua orangtuanya pun tidak masalah.

Hyunjin yakin bahwa Taehyung ada dirumah. Mobil hitam arang dengan lambang bulat kecil berwarna putih biru itu terparkir rapih didalam garasi.

"Kak Tae dimana?." Memberhentikan pelayan yang sedang membawa nampan bekas cangkir kopi dan sepiring roti gandum.

"Ada apa mencariku?."

Kacamata baca membingkai wajah tegasnya dengan sempurna. Kemeja sutra licin berwarna kelabu membungkus tubuh besar itu dengan sangat pas.

𝐬𝐞𝐩𝐚𝐭𝐮.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang