Duapuluh tiga, tamat.

4.3K 408 25
                                    

Uno lagi, dimeja pojok kantin hanya ada Hyunjin yang sedang merapihkan setumpuk kartu uno sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Uno lagi, dimeja pojok kantin hanya ada Hyunjin yang sedang merapihkan setumpuk kartu uno sendirian.

"Aku balik ke kelas ya Jeong, udah ditunggu Chan soalnya." Seungmi menepuk sekilas pundak Jeongin sebelum meninggalkannya.

Mata rubah itu bertemu telak dengan mata elang kesukaanya, berjalan pelan kearah Hyunjin dan ia dudukan pantatnya dihadapan sang pacar.

"Kalah lagi kak?"

"Kata laginya diilangin coba, ini baru yang pertama kalinya Kakak kalah. Jangan jadi mateng deh kamu." suaranya yang cetus menandakan bahwa pemuda tinggi itu sedang kesal.

Jeongin tertawa, menggulung lengan cardigan cokelat mudanya dan membantu Hyunjin yang belum selesai merapihkan kartu.

Dengan lihai Jeongin menyusun kartu menjadi satu, dan tidak lupa ia ikat dengan karet rambut kecil berwarna ungu. Ia geserkan kartu ke samping dan ia genggam kedua tangan Hyunjin dengan erat.

Senyuman tidak luntur diwajahnya, menatap Hyunjin dengan mata rubah berbinar membuat si dominant menahan geram agar tidak menyusuri bibir tipis itu dengan bibir tebalnya.

"Biasa aja kali liatin akunya. Aku gak kemana-mana kok, sayang." Tutur Hyunjin membuat Jeongin memerah.

Tawa kecil Jeongin menghiasi kantin yang sepi, mengabaikan desiran ditubuh karena ibu jari Hyunjin mulai mengusapi punggung tangannya.

"Mahal kita."

Bisikan kecil dari sang pacar membuat Hyunjin menghela nafas lega, bohong kalau ia tidak menunggu Jeongin untuk menyatakan rasanya.

Bukannya ragu, hanya saja Hyunjin tidak ingin tersakiti lagi. Mendengar Jeongin menyatakan 'Aku Cinta Kamu' dalam bahasa Tagalog membuat dirinya menggenggam tangan Jeongin lebih erat.

"Kita memang mahal, tidak bisa dibeli dengan uang." Candaan garing yang dilontarkan sukses membuat si kecil mencebikkan bibir tipisnya.

Hyunjin membawa jari lentik milik sang pacar untuk ia kecup dengan pelan, dan ia letakkan jari-jari kurus itu dipipinya.

"Aku juga cinta kamu, sangat." suara sang visual yang berat membalas bisikan dengan hangat, memasuki dan memenuhi rongga dada si kecil dengan gampangnya.

Jeongin kembali merasakan perasaan asing yang begitu menggetarkan, terlalu kuat sampai-sampai dibuat lemas olehnya.

Terlalu beruntung mendapatkan Yang Jeongin, pemuda manis dengan sejuta aura keceriaan itu membuat hari-hari kelam Hyunjin menjadi berwarna.

Mungkin bagi dua anak adam itu menyatakan cinta setiap harinya tidak akan membuat mereka bosan, dan juga tidak akan merasa jengah dengan adanya kata aku cinta kamu atau kata-kata cheesy lainnya.

Hyunjin berdiri, membawa Jeongin meninggalkan kantin dengan tangan yang saling bertautan. Mengabaikan siulan jahil dari penjaga kantin.

Melenggang jalan dengan santai, sesekali Hyunjin melontarkan celoteh garingnya yang ditanggapi dengan tawa lumba-lumba khas Jeongin.

𝐬𝐞𝐩𝐚𝐭𝐮.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang