Sudah sejak lima hari yang lalu kejadian Hyunjin membuat Guanlin pingsan. Mereka — hyunjin & jeongin — juga belum bertatap muka, belum juga bertemu untuk melepas rindu.
Dengan tiba-tiba Jeongin susah dikabari dan Hyunjin yang sibuk merawat perusahaan kecil pemberian kak Taehyung. Hitung-hitung untuk mengisi kekosongan di hari libur.
Karena sekarang kelas XII yang sudah mulai bertarung dengan ujian praktek begitupun kertas soal yang banyaknya semakin menjadi.
Hyunjin juga sudah mengirim pesan dengan jumlah yang tidak sedikit. Tapi tetap saja tidak ada balasan dari si rubah.
"Apa gue ke rumahnya aja ya?".
Hyunjin menempelkan kepala dimeja kerjanya. Menyumpahi dirinya karena sampai saat ini ia tidak tahu alamat rumah Jeongin.
Melirik sebentar notif Bangchan yang sedang ribut sendiri dikolom chat grup teman-temannya. Mengingat Seungmin yang sedang berlibur bersama keluarga diluar kota, mungkin si vampire lagi sedang dilanda galau.
"Bangchan ya.."
"Bangchan.."
"Bangchan.."
"Wah! Anjing! Kan rumah Adek satu Komplek sama Bangchan. Duh."
Dengan tidak lambat ia menyambar kunci motor, dan segera melaju tanpa rem menuju rumah si manis.
Setelah sampai dikomplek yang tidak kecil ini, sudah hampir satu jam ia mengitari jalanan sepi. Ingin mengabari Bangchan untuk menanyakan rumah Adek, tapi dengan beribu otak datarnya. Benda yang sangat penting itu tertinggal dengan nyaman dimeja kantornya.
Hyunjin duduk lesehan dipinggir jalan, dengan trotoar sebagai alas. Pot tumbuhan yang lumayan besar dijadikan sandaran untuk punggungnya yang mulai terasa pegal akibat terlalu lama mengendarai motor.
"Duh, dek. Jangan duduk dipinggir jalan. Nanti di usir sama satpam depan, kamu bisa disangkain pengemis loh."
Bapak-bapak yang sudah terlihat seperti ber-kepala empat itu menegur Hyunjin, kedua tangannya tidak berhenti untuk menahan gerobak sayur.
Hyunjin mendelik, lagi pula siapa yang akan menganggap dirinya sebagai pengemis? Tidak lihat motor hitam besarnya yang terpampang dengan sangat angkuh?.
Berdiri dan menepuk-nepuk celana, membersihkan batu kerikil yang ikut menempel dibahan halus mewah itu.
"Gini Pak, saya nyasar. Bukan, lebih tepatnya saya tidak tahu dimana rumahnya kelurga Yang. Kalo Bapak tahu, boleh kasih tahu saya?."
Hyunjin menatap harap bapak-bapak yang mengalungi sapu tangan putih itu, tangannya yang keriput mengibas-ngibaskan sayuran untuk mengusir lalat penganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐬𝐞𝐩𝐚𝐭𝐮.
Fanfiction[COMPLETED ON OCT 2019] 𝘀𝗸𝗲𝗻𝗮𝗿𝗶𝗼 𝘂𝗻𝗶𝗸 𝗺𝗶𝗹𝗶𝗸 𝘁𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗽𝗮𝘁𝘂, 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘁𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗱𝘂𝗮 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝘀𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝘆𝗮𝘁𝘂. mentioning : local , ooc , baku/nonbaku 📌 © 2019 , quixoteffy