Sehabis dari kelas Hyunjin ia mampir ke kantin untuk membeli jus alpukat kesukaan Ryujin, menepati janjinya pada perempuan berambut pendek itu.
Lagi asik menunggu jus selesai, tiba-tiba sudah ada pengumuman bahwa upacara dalam sepuluh menit lagi akan di mulai.
Jeongin dengan mata ingin menangisnya, memerintah ibu kantin agar cepat-cepat membuat minuman berbahan buah itu.
Saat jus sudah ditangan, Jeongin kembali berlari ke lantai dua, lantainya jurusan Multimedia. Karena Ryujin sekelas dengan Jisung dan Seungmin. Membuat Jeongin tidak kesulitan mencari ruangan.
Dan parahnya, kelas Ryujin sudah kosong melompong, mendengar suara guru kesiswaan yang sedang mengatur barisan dilapangan, membuat Jeongin dengan terburu menaruh jus alpukat disembarang tempat.
Tidak lupa ia merobek kertas kecil sobekan buku yang tidak tahu punya siapa, menulis kata — untuk kak Ryunjin — dan ditempel diatas menutup gelas plastik.
Kembali lari ke kelasnya untuk mengambil almameter miliknya. Disekolah Jeongin selain dasi, dan ikat pinggang, almameter juga menjadi salah satu yang terpenting. Karena alamameter berguna untuk mempertontonkan identitas sekolah.
Mendobrak pintu kelas, Jeongin mematung ditempat. Almameternya hilang, tidak ada di bangkunya.
Matanya bergerak gelisah, kembali lari keluar kelas untuk mencari Samuel atau teman-teman lainnya. Tapi tidak ada, koridor sudah sangat sepi.
Tidak mungkin almameternya di ambil sama siswa yang lain, setiap almameter mempunyai nama pemilik dibagian kirinya.
Ditambah Pemimpin Upacara sudah memasuki lapangan, dirinya pasrah untuk dihukum dan masuk ruang Osis. Melangkahkan kakinya dengan perlahan, Jeongin tidak berhenti berdoa di dalam hati. Semoga hukuman tidak seberat apa yang ia bayangkan.
Tidak bohong, Jeongin takut setengah mati. Selama Jeongin bersekolah ia tidak pernah melanggar peraturan. Mendengar cerita teman kelasnya yang sudah pernah masuk dan berurusan dengan anggota Osis, membuat dirinya gugup dan keringat dingin.
Melihat guru kesiswaan sedang memeriksa kelas-kelas, Jeongin semakin memperlambat langkahnya.
"Hei! Ke sini kamu!".
Lengannya ditarik dengan tidak santai. Ditekan dan diseret secara paksa, langkah guru yang menggebu-gebu membuat Jeongin sedikit berlari kecil.
Pemandangan barisan, dan ratusan murid terpampang dengan jelas dimata, Jeongin ditarik dan ditempatkan didepan barisan kelas X sampai XII jurusan Multimedia dengan jarak hanya beberapa meter.
Bukan hanya dia seorang, ada beberapa siswa yang ikut dihukum karena tertangkap saat ingin bersembunyi untuk tidak mengikuti upacara.
Malu, tentu saja. Sinar matahari yang tidak kalah teriknya mengharuskan matanya untuk menyipit agar bisa melihat wajah-wajah yang ia kenali.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐬𝐞𝐩𝐚𝐭𝐮.
Fanfiction[COMPLETED ON OCT 2019] 𝘀𝗸𝗲𝗻𝗮𝗿𝗶𝗼 𝘂𝗻𝗶𝗸 𝗺𝗶𝗹𝗶𝗸 𝘁𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗽𝗮𝘁𝘂, 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘁𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗱𝘂𝗮 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝘀𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝘆𝗮𝘁𝘂. mentioning : local , ooc , baku/nonbaku 📌 © 2019 , quixoteffy