Enambelas.

3.2K 534 50
                                    

Sehabis dari kelas Hyunjin ia mampir ke kantin untuk membeli jus alpukat kesukaan Ryujin, menepati janjinya pada perempuan berambut pendek itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehabis dari kelas Hyunjin ia mampir ke kantin untuk membeli jus alpukat kesukaan Ryujin, menepati janjinya pada perempuan berambut pendek itu.

Lagi asik menunggu jus selesai, tiba-tiba sudah ada pengumuman bahwa upacara dalam sepuluh menit lagi akan di mulai.

Jeongin dengan mata ingin menangisnya, memerintah ibu kantin agar cepat-cepat membuat minuman berbahan buah itu.

Saat jus sudah ditangan, Jeongin kembali berlari ke lantai dua, lantainya jurusan Multimedia. Karena Ryujin sekelas dengan Jisung dan Seungmin. Membuat Jeongin tidak kesulitan mencari ruangan.

Dan parahnya, kelas Ryujin sudah kosong melompong, mendengar suara guru kesiswaan yang sedang mengatur barisan dilapangan, membuat Jeongin dengan terburu menaruh jus alpukat disembarang tempat.

Tidak lupa ia merobek kertas kecil sobekan buku yang tidak tahu punya siapa, menulis kata — untuk kak Ryunjin — dan ditempel diatas menutup gelas plastik.

Kembali lari ke kelasnya untuk mengambil almameter miliknya. Disekolah Jeongin selain dasi, dan ikat pinggang, almameter juga menjadi salah satu yang terpenting. Karena alamameter berguna untuk mempertontonkan identitas sekolah.

Mendobrak pintu kelas, Jeongin mematung ditempat. Almameternya hilang, tidak ada di bangkunya.

Matanya bergerak gelisah, kembali lari keluar kelas untuk mencari Samuel atau teman-teman lainnya. Tapi tidak ada, koridor sudah sangat sepi.

Tidak mungkin almameternya di ambil sama siswa yang lain, setiap almameter mempunyai nama pemilik dibagian kirinya.

Ditambah Pemimpin Upacara sudah memasuki lapangan, dirinya pasrah untuk dihukum dan masuk ruang Osis. Melangkahkan kakinya dengan perlahan, Jeongin tidak berhenti berdoa di dalam hati. Semoga hukuman tidak seberat apa yang ia bayangkan.

Tidak bohong, Jeongin takut setengah mati. Selama Jeongin bersekolah ia tidak pernah melanggar peraturan. Mendengar cerita teman kelasnya yang sudah pernah masuk dan berurusan dengan anggota Osis, membuat dirinya gugup dan keringat dingin.

Melihat guru kesiswaan sedang memeriksa kelas-kelas, Jeongin semakin memperlambat langkahnya.

"Hei! Ke sini kamu!".

Lengannya ditarik dengan tidak santai. Ditekan dan diseret secara paksa, langkah guru yang menggebu-gebu membuat Jeongin sedikit berlari kecil.

Pemandangan barisan, dan ratusan murid terpampang dengan jelas dimata, Jeongin ditarik dan ditempatkan didepan barisan kelas X sampai XII jurusan Multimedia dengan jarak hanya beberapa meter.

Bukan hanya dia seorang, ada beberapa siswa yang ikut dihukum karena tertangkap saat ingin bersembunyi untuk tidak mengikuti upacara.

Malu, tentu saja. Sinar matahari yang tidak kalah teriknya mengharuskan matanya untuk menyipit agar bisa melihat wajah-wajah yang ia kenali.

𝐬𝐞𝐩𝐚𝐭𝐮.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang