Empat.

4.4K 768 151
                                    

Brak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak!

Hwang Hyunjin menendang pintu kelas dengan tidak elitnya.

"Santai aja dong, mentang-mentang anak yang punya sekolah. Rusakin fasilitas sekolah seenaknya aja." Jeno, ketua kelas XI TKJ 2. Menatap geram Hyunjin.

"Bacot lo!." Hyunjin menabrakan bahunya ke bahu Jeno. Jeno hanya bisa meringis. Hyunjin akan menjadi dua kali lipat lebih seram jika moodnya sedang hancur.

Dan si ketua kelas, bisa menebak dengan mudah. Bahwa anak pemilik sekolah itu sedang mode senggol bacoknya.

Hyunjin melempar sepatu converse hitam itu kearah bangku pojok kelas, tempat duduknya.

Mendudukan diri, dan segera menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan. Walaupun matanya terpejam, tapi pikirannya masih tetap berjalan.

"Woi! Yah elah, malah tidur nih anak."

Hyunjin mengangkat wajahnya, dan menatap datar Minho.

"Berisik setan! Gue lagi pusing nih." Kembali menenggelamkan wajahnya.

"Kenapa sih lo? Ditungguin sama Changbin, Bangchan dikantin tapi lo nya ga dateng-dateng. Pas gue susulin ternyata malah tidur."

Minho memutarkan bangku didepan meja Hyunjin kebelakang. Agar dia bisa berhadapan dengan Hyunjin.

Minho melirik kearah kolong meja dan mendapatkan sang pentolan XI TKJ 2 itu sedang tidak memakai sepatu.

"Pake sepatu sih, kaya anak gembelan lo ga pake sepatu." Minho menatap geli Hyunjin.

"Gembelan? Ga salah tuh. Yang tiap hari traktir anak-anak juga siapa." Hyunjin tertawa remeh.

"Si bangsat gaya nya, kayak disini yang paling kaya lo doang!. Lo ga liat Changbin noh? Masih jauh banget lo kalo sama dia." Minho menginjak kaki Hyunjin.

"Akhh! Bangsat!! Kaki gue jangan diinjek juga dong setan!!." Hyunjin meneriaki Minho yang sudah lari keluar kelas.

Diantara Changbin, Bangchan dan Minho. Yang paling kurang ajar memang Minho. Mereka bertiga pun yang tidak takut sama Hyunjin.

Mereka sudah berteman dari sekolah dasar. Tapi tidak untuk Minho, Hyunjin dan Minho berteman saat mereka pertama kali memasuki playgroup.

"Sumpek banget gue disini, nyebat enak nih." Hyunjin berdiri, sesekali merapihkan rambutnya.

Dan membawa dirinya keluar kelas tanpa memakai sepatu.

Dan membawa dirinya keluar kelas tanpa memakai sepatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sendal siapa?." Samuel merobek sedikit roti melon milik Jeongin, memasukan roti manis berwarna hijau itu kedalam mulut dan mengunyahnya dengan pelan.

"Sendal kak Jisung, tadi aku minjem sama dia. Minggir ah, aku mau kekamar mandi."

Samuel berdiri dari bangku, memberi jalan untuk Jeongin lewat.

Jeongin menaruh roti melon dimeja, dan segera berlari kecil untuk keluar kelas.

Menuruni tangga, berbelok kearah kiri untuk mencapai kamar mandi.

"Rubah!"

Jeongin berhenti dengan kaku disekujur tubuhnya, tiba-tiba ia keringat dingin.

"Rubah!"

Tidak ingin menoleh, Jeongin melangkah cepat agar sampai kekamar mandi.

Grepp.

"Kalo dipanggil nengok dong. Masa harus dipanggil sayang dulu baru nengok."

Masih membelakangi silawan bicara, Jeongin berbicara dengan suara bergetar.

"Lepasin tangan adek kak, adek mau kekamar mandi."

Apa tadi? Adek? Ya ampun makan ini anak boleh gak ya. Suara batin Hwang Hyunjin menjerit.

Tubuh Jeongin diputar, sekarang mereka sudah berhadapan. Jeongin menunduk, menatap sepasang sendal berwarna kuning cerah milik Jisung.

"Kok pake sendal? Sepatunya kemana dek?."
Hyunjin menatap bingung adik kelasnya.

Enggan untuk menjawab, Jeongin masih asik menatap sepasang sendalnya.

"Adek takut sama kakak?."

Jeongin mengangkat kepalanya, menatap obsidian hitam segelap malam.

"Kakak kok panggil aku Adek?."

"Lah, tadi kamu sendiri yang manggil diri kamu Adek. Yaudah kakak ikutin."

Saat ini Jeongin sedang merutuki mulutnya sendiri, dia punya kebiasaan memanggil dirinya sendiri Adek, saat sedang berbicara dengan yang lebih tua.

"Kakak tanya sama kamu, kamu takut sama kakak?."

Jeongin memasang wajah mikirnya, dahinya mengkerut, bibirnya maju beberapa senti, tangan rampingnya tidak berhenti meremat almetnya.

Jeongin berhasil membuat Hyunjin merasa gemas.

"Kalo iya adek takut sama kakak. Kakak boleh minta sesuatu sama adek?."

Jeongin terpaksa menganggukan kepalanya, takut-takut kakak kelasnya itu mengamuk saat Jeongin tidak mengiyakan permintaan itu.

"Kakak cuma pengen adek jangan takut lagi sama kakak. Kakak itu gak gigit. Lagipula mulai detik ini Adek udah resmi jadi milik kakak." Hyunjin tersenyum tampan.

Jeongin menggeserkan sedikit badannya kearah kanan, mulai berlari kembali kekelasnya. Dan berteriak mengeluarkan suara lumba-lumbanya.

"AAAAA.. BUNDAA JEONGIN MALUU."

Hyunjin tertawa girang, sampai mengeluarkan air mata.

"Duh, gak salah jadiin dia milik gue. Imut banget sih tuh bocah."

Berjalan santai kembali ke kelas sesekali bersiul riang. Dirinya tidak sabar untuk pamer pada teman-temannya.

Bahwa dirinya sudah memiliki kekasih cantik anak Multimedia.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐬𝐞𝐩𝐚𝐭𝐮.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang