"Sana cepet ganti baju, sekalian istirahat dulu sebentar. Kakak mau buat makan siang, nanti kakak panggil kalo makanannya udah siap." Menggulung lengan bajunya, Felix langsung menuju dapur menyiapkan bahan-bahan masakan.
Jeongin hanya mengiyakan, menyeret langkah kakinya kekamar.
Sesampainya dikamar, Jeongin melempar tasnya ke meja belajar, membanting dirinya ke kasur.
Sedikit bisa bernafas nyaman. Jeogin terlalu tertekan, merasa sangat terintimidasi dengan aura anak laki-laki berbibir plum itu.
Tapi Jeongin juga tidak bisa berbohong, dirinya juga menikmati setiap perlakuannya, belum seberapa memang, tapi Jeongin sudah berhasil dibuat kepayang.
Tidak dipungkiri, bahwa hatinya sudah berhasil mengenggam erat nama Hwang Hyunjin.
Tangan kanannya meremas dada kirinya sendiri, rasanya sesak. Tapi menyenangkan. Ada rasa tidak sabar untuk melihat sang kakak kelas besok hari.
Dan, sepertinya dirinya berhutang penjelasan dengan Hyunjin.
Dulu, sebelum bertemu Hwang Hyunjin, Jeongin sama sekali tidak pernah berpikir keras. Untuk pelajaran pun otaknya lancar-lancar saja.
Tapi semenjak mata elang itu menatap mata rubahnya lebih dari 5 detik. Jeongin sudah memikirkannya dengan keras.
Jeongin tidak benci, ia menyukainya. Sensasi saat jantungnya dipompa dengan hebat, disaat pikirannya selalu memikirkan nama Hyunjin.
Ada sedikit rasa takut memang, tapi Jeongin akan lawan itu dengan segenap rasa senangnya.
Tok
Tok
Tok"Dek! Makanannya udah jadi, makan dulu. Kakak tunggu bawah."
Setelah mendengar suara langkah Felix menjauhi kamar, Jeongin langsung keluar kamar dan berlari kecil.
Sedikit keheranan, setelah melihat Felix yang sedang merapihkan tas dan memakai jaket abu-abunya.
"Kakak mau kemana?."
"Mau pulang lah, sana makan dulu. Bunda tadi telpon kakak, bunda gak pulang dulu malam ini, kamu gak apa-apa kan sendiri dulu?."
Jeongin tersenyum getir, menganggukan kepala kelewat cepat. Dirinya sudah terlalu biasa untuk ditinggal-tinggal.
Tapi, untuk malam ini. Jeongin boleh sedikit egois? Boleh dirinya berharap bahwa Felix akan menemaninya malam ini?
"Kak Felix gak bisa nemenin adek ya?." Jeongin bertanya hati-hati.
"Gak bisa dek, kakak mau rapihin berkas untuk masuk sekolah besok." Merapihkan anak rambut Jeongin yang sudah basah akan keringat.
"Jangan lupa kunci pagar sama pintunya, kakak pulang ya."
Jeongin hanya mengikuti Felix dari belakang, sampai Felix sudah mengeluarkan vespa maticnya dan menjauhi rumah.
Pagar tidak bisa menutup dengan sendirinya, memakai sendal rumahan, Jeongin berjalan menuju pagar rumah.
"Jeongin?."
Baru saja berbalik ingin masuk rumah, niatnya sudah terpotong karena seseorang memanggil namanya.
"Hng..??"
Kepalanya dimiringkan, memperhatikan wajah yang tidak begitu asing dimata.
"Bangchan, pacarnya Seungmin."
Bola mata kecil itu membola, saat pacar temannya itu sedikit melangkahkan kaki mendekat.
"Kok bisa disini kak?."
Ada rasa gemetar, saat mendengar tawa kecil laki-laki pucat didepannya itu.
"Kamu baru tau? Kita kan satu komplek."
Bangchan masih tetap berdiri santai didepan pagar, sesekali tangannya mengetuk sebungkus rokok yang masih tersegel rapih.
Jeongin gelagapan, matanya melirik ke segala arah, giginya tidak berhenti menggigit bibir bawahnya.
"Santai aja, aku tau kalo kamu jarang keluar rumah. Udah dulu ya, aku udah ditunggu sama anak-anak dirumah Hyunjin."
Mendengar nama Hyunjin, Jeongin langsung menatap Bangchan.
"Kenapa? Mau titip salam?."
Jeongin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedikit meringis karena membenarkan ucapan sipucat.
"Iya kak, kalo boleh."
"Boleh dong, nanti aku salamin. Udah sana masuk jangan lupa kunci pintu."
Jeongin mengangguk senang dan tidak lupa mengucapkan kata terimakasih. Masuk kedalam rumah dengan riang, dan langsung mengunci pintu rumahnya.
Dirinya seketika mematung, menyadari bahwa Bangchan mengucapkan 'aku-kamu' ketimbang 'lo-gue'.
Tidak ingin berfikir yang negatif, Jeongin mengabaikan fikiran anehnya itu dan segera menuju meja makan untuk menyantap makanan buatan Felix yang sempat ia abaikan.
Tanpa Jeongin sadari, lelaki pucat itu tidak akan sama sekali menyampaikan pesan yang ia titip kepada sipujaan hati.
Dengan wajah datar, Bangchan menjauhi rumah bercat cokelat itu dan mengeluarkan sebatang rokok putih beserta pematiknya.
"Gak lagi, udah cukup Hyunjin sakit hati selama tiga tahun berturut-turut tanpa adanya istirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐬𝐞𝐩𝐚𝐭𝐮.
Fanfiction[COMPLETED ON OCT 2019] 𝘀𝗸𝗲𝗻𝗮𝗿𝗶𝗼 𝘂𝗻𝗶𝗸 𝗺𝗶𝗹𝗶𝗸 𝘁𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗽𝗮𝘁𝘂, 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘁𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗱𝘂𝗮 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝘀𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝘆𝗮𝘁𝘂. mentioning : local , ooc , baku/nonbaku 📌 © 2019 , quixoteffy