•Chapter 2•

62K 3.1K 100
                                    

-( بِسْمِ اللّٰةِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ )-


Bagian kedua

_______________________
[SHERLY IN MULMED]
✌✌

#Edisi Revisi

Sherly's pov

Pernah gak sih ngerasain kalau lagi pengen cepet-cepet, waktu itu berasa lama. Tapi kalau pengen lama-lama, waktu tuh berasa cepet. Iya gitu, dan opsi kedua sedang berpihak padaku saat ini.

Besok aku akan dikirim Ayah ke pesantren -Kaya barang aja ya dikirim. Kata Ayah nama pondok nya salaman. Ekh, Salim. Ekh apa ya? Tau akh lupa.

Setelah Ayah bilang kalau aku akan pesantren, aku langsung mohon-mohon sama ayah juga Bunda. Kak Angga? Boro-boro mau bantu. Dia malah tertawa terbahak-bahak sampai perutnya sakit. Azab ngetawain adek.

Segala usaha penolakan telah dilakukan dibantu teman-teman ku. Caca dan Anggun sudah akting nangis dihadapan Ayah, Alan dan Gilang sudah cerita ini itu ngegambarin kesengsaraan tinggal di pesantren, sedangkan Adit dia malah ngegombalin Bunda.

Aku bahkan udah coba nekat kabur dari rumah, tapi Ayah udah gercep duluan. ATM atas namaku di blokir semua termasuk kartu kredit. Alhasil aku yang waktu itu cuma kabur ke rumah Caca pun pulang dengan perasaan dongkol.

"Sherly, barang-barang udah di masukin ke koper semua belum?" Tanya Bunda yang sedang berdiri di pintu kamarku.

"Udah." Jawabku ogah-ogahan dengan intonasi yang paling ketus.

"Yaudah kamu tidur ya. Good Night my dear and have a nice dream."

Setelah pintu benar-benar tertutup aku menghela napas berat. Kenapa nasib jadi gini-gini amat sih.

Toktoktok...

"Gue tidur disini ya, besok gue bakal kangen ama cerewet lo." Ujar Kak Angga sambil nyelonong kedalam tanpa disuruh masuk pas abis ngetok pintu, tumbenan itu juga ngetok, biasanya nyelonong aja kayak kamar gak ada pintunya.

"Iya sini dong medusa, gue nanti bakal lama gak liat muka dekil lo ini." Ujarku so' dramatis. Tapi memang faktanya gitu sih, aku pasti bakal kangen sama human yang satu ini.

"Dekil apanya? Gue mantan the most wanted di SMA Angkasa disebut dekil?? Mata lu rabun." Sanggah Angga dengan tangan yang memeluk guling kesayangannya. Aku hanya terkekeh sebab yang dibilang Kak Angga itu benar adanya. Tentang aku yang menyebut dia dekil itu hanya candaan saja.

Angga lalu langsung naik ke kasur dan tidur disamping kiri ku. Tak butuh waktu lama, aku yang membenamkan wajah ke dada bidangnya Angga sambil dipeluknya pun tertidur pulas. Nyaman.

-o0o-

Tiga jam berada dalam mobil membuat ku meregangkan otot karena pegal. Aku membuka mata, ternyata sudah hampir sampai.

'معهد السّلام'

Itulah tulisan yang kulihat diatas pintu gerbang pesantren ini. Tapi entahlah, hurufnya sangat asing bagiku.

Ustadz, I LOVE YOU [ℂ𝕆𝕄ℙ𝕃𝔼𝕋𝔼𝔻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang