Warning Typo
Selamat Membaca
Semoga Suka Ya...***
Dimas Memasuki cafe dengan perasaan kesal dan terburu-buru. Alya yang melihat itu mengernyitkan kening dan mengikuti langkah lebar suaminya dari belakang.
"Wow... Lihatlah siapa yang datang..." sambut Chiko ketika Dimas sudah mendudukkan dirinya dikursi tinggi depan bar.
"Woi... Kenapa lu? datang-datang bukannya kasih salam malah cuek gitu. Gak kangen lu sama gua?" lanjut Chiko ketika tak ada tanggapan apapun sama sekali.
"Ck... Jangan makin ngerusak mood gua deh lu! mau gue cincang tu mulut buat makanan ikan dibelakang? " jawab Dimas tak santai.
"Buseeett... Galak amat sih laki lu Al, kesambet setan apa dia pas US dulu.?" tanya Chiko ketika Alya ikut duduk di kursi samping Dimas.
Alya hanya mengangkat kedua bahunya pertanda tak tahu, sedangkan dimas menatap Chiko dengan tajam. Tapi dasarnya Chiko tak akan pernah terintimidasi oleh sahabatnya itu.
"Kamu gak kekantor?" Alya berusaha mengajak Dimas bicara.
"Gak." singkat dan cuek. Yang membuat Alya dan Chiko semakin mengernyitkan dahinya.
"Al, semalam gak lu kasih jatah ya? Galak amat kayak suami gak dikasih jatah setaun aja." bisik Chiko pada alya namun masih dapat di dengar Dimas.
Alya melotot mendengarkan bisikan Chiko sedangkan Dimas turun dari kursinya untuk menghampiri Chiko dibalik meja bar.
"Lu benar-benar ya Ko... Awas lu gue cincang daging lu sekarang juga."
Melihat hal tersebut membuat Alya dengan sigap menahan suaminya. Sementara Chiko telah menjauhkan berbagai macam pisau yang ada di meja bat itu untuk antisipasi.
"Hei... Hei... Kamu kenapa ya?" Alya memegang lengan atasnya Dimas sambil dielus lembut.
Melihat nafas Dimas yang masih memburu karena menahan emosinya membuat alya menarik tubuh Dimas ke dalam pelukannya. Memanjakan Dimas dan bersikap masih adalah obat paling ampuh untuk meredakan amarahnya.
"Kenapa sayaanngg? Mmm?" berhasil, Dimas berhasil mengendalikan emosinya.
"Ya elah... Ingat woi! masih ada gua di sini." sembur Chiko dan itu membuat dimas menatap tajam kembali ke arah Chiko.
"Udah... Udah... Kalian apaan sih kayak anak kecil mulu." Alya menengahi sebelum masalah semakin rumit.
"Sayang... ayo duduk dulu!" Alya melepaskan pelukannya dan menuntun Dimas untuk duduk kembali di kursinya.
"Kenapa?" Alya berdiri diantara kedua paha dada Dimas sambil mengusap rahang kokoh suaminya itu.
Chiko melihat pasangan di depannya dengan jengah. Untung saja cafe belum buka dan para karyawan belum datang jadi kemesraan mereka tidak menjadi tontonan umum.
"Aku kesal sama si semut rangrang itu, berani-beraninya dia bicara seperti itu sama aku."
"Semut rangrang?" tanya Chiko dengan mengerutkankan kening mereka dalam mendengar keterangan Dimas begitupun dengan Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle
General Fiction5/02/2019 #rank 67 in anak. Warning!! Cerita mengandung beberapa adegan Dewasa. Harap Menjadi Pembaca Bijak! --------------------------- Haruskah hidup kami selalu diataur mereka? Haruskah kami selalu menjadi wayang dalam hidup kami sendiri? Ha...