Part 12 : Pagi Pertama

18 1 0
                                    

Selamat Membaca...
Semoga suka.

***

Alya perlahan membuka matanya menyesuaikan dengan pencahayaan kamar. Sejenak ia terpaku melihat ke sekeliling kamar merasa kalau ruangan yang ia tempati bukan kamar miliknya. Alya merasa adanya sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya memeluk tubuhnya secara posesif dari belakang, seketika Alya memingat bahwa sekarang ia tidak tinggal dirumahnya yang lama.

Jam masih menunjukkan pukul setengah enam dan yah, ini adalah jamnya Alya bangun untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan anaknya. Berhubung sekarang Alya tinggal dirumah yang tak hanya Jio membutuhkan bantuannya secara perlahan melepaskan lingkaran tangan di pinggangnya dan bangkit menuju kamar mandi. Menyelesaikan rutinitas pagi dengan membersihkan dirinya sebelum keluar membuat sarapan untuk penghuni rumah.

Setelah berada di ujung anak tangga terakhir Alya membawa langkah kakinya menuju dapur. Pandangan Alya langsung tertuju pada sosok perempuan paruh baya yang sibuk dengan peralatan dapurnya. Alya kembali membawa langkahnya menuju sosok tersebut.

"Bik, masak apa?" Suara indah Alya mengagetkan sosok tersebut.

"Astaga naga suara lembut siapa itu, eh itu... eh..." ucap bik Asih dengan latahnya membuat Alya terkekeh. "Eh mbak Alya... Maap mbak habisnya pagi-pagi mbak udak ngagetin bibik."

"Hehe... Iya bik, Alya juga minta maaf kalau Alya ngagetin bibik." kata Alya sambil terkekeh. "Bibik Masak apa?"

"Panggang roti mbak, Pak Dirga tidak biasa sarapan yang berat-berat." Jelas bik Asih yang kembali sibuk berkutat dengan pemanggang roti otomatis.

Alya mendengar hal tersebut sambil manggut-manggut paham, ini adalah hal pertama yang harus Alya ingat. Alya berjalan ke arah kulkas untuk membantu Bik asih mengeluarkan beberapa buah seperti pisang, jeruk, dan alpukat yang sangat baik untuk sarapan.

"Bik biar Alya yang nyiapin sarapan, bibik kerjakan yang lain aja!"

"Tapi mbak ini pekerjaan bibik, kalau mbak Alya kerjakan nanti mas Dimas marah lagi sama bibik." jawab bik Asih dengan sungkan.

"Gak apa-apa bik, Alya hanya mau menyiapkan semua kebutuhan suami dan anak Alya, dan... Papa mungkin." Alya menurunkan nada suaranya ketika pada kalimat terakhirnya.

Bi Asih sangat mengerti akan hal itu, ia paham bagaimana hubungan antara mertua sama menantu itu. Perlahan bi Asih mengalah untuk membantu Alya mengambil hati sang mertua. Bi Asih pamit ke belakang menyelesaikan cuciannya hari ini.

"Kalau begitu bibik ke belakang aja mau menyelesaikan cucian." Bi Asih melangkah meninggalkan dapur namun kembali terhenti kala ia mengingat sesuatu yang harus di ketahui Alya.

"Oh ya mbak, pak Dirga juga terbiasa sarapan dengan teh hijau dengan irisan lemon tanpa gula." Alya tersenyum dan mengangguk pada bi Asih yang telah memberinya informasi yang sangat berharga ini.

Sepeninggal bi Asih, Alya melanjutkan pekerjaan yang yang akan ia kerjakan. Mengoreng beberapa butir telur dengan sedikit minyak untuk menjadi teman roti yang telah bi Asih siapkan tadi. Menaburkan sedikit garam dan merica sebagai perasa, Alya sangat menikmati kegiatan ini, menjadi ibu rumah tangga yang baik adalah cita-citanya sedari dulu.

Lama berkutat di dapur akhirnya Alya menyelesaikan semua pekerjaannya. Diatas meja makan kaca tersebut telah terhidang berbagai macam jenis makanan seperti roti gandum panggang, beberapa butir telor ceplok, buah-buahan, sereal dan juga selai kacang sebagai pilihan kain untuk teman memakan roti. Sengaja Alya belum menyiapkan minuman karena takut nanti jadi dingin di saat semua telah berkumpul untuk sarapan.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang