Warning Typo
Selamat Membaca...
Semoga Suka...***
Dimas bangun ketika jam menunjukan pukul 6 sore. Setelah menemukan kesadarannya dimas memasuki kamar mandi untuk membersihkan dan menyegarkan tubuhnya.
Dengan ponsel yang melekat ditelinga Dimas perlahan menuruni tangga untuk mencari keberadaan Jio. Terakhir yang ada diingatkan dimas, Jio pamit untuk bermain bersama Opanya.
"Hallo sayang?" ketika sambungan panggilan telfon yang ia lakukan di terima.
"Kamu sudah dimana?"
"Aku masih dirumah papa, kamu udah mau pulang?"
"Iya, kamu jemput aku ya sekarang!"
"Iya aku jemput sekarang ya? aku panggil Jio dulu."
"Jio..." langsung Dimas menyerukan nama anaknya ketika sambungan ditutu.
"Jio..." Dimas kembali berseru sambil melangkah menuju tempat yang memungkinkan keberadaan dua orang itu.
"Jio... Papa... Jio..." Dimas berteriak kepenjuru rumah.
"Jio... Sayang... Jii dimana nak?" lagi-lagi tak ada sahutan.
Sebangunnya Dimas dari tidur siangnya, ia mendapiti kondisi rumah yang telah sepi. Yang ia tahu jam segini bibi yang bekerja sebagai ART sudah pulang karena jam kerja telah habis. Mang Ujang, ya tiba-tiba terlintas dalam pikiran Dimas lelaki itu. Mang Ujang adalah supir Papanya.
Dimas berlari kearah paviliun tempat Mang Ujang tinggal. Mang ujang memang diminta Papanya untuk tinggal di rumah itu selain karena ia butuh supir kapan aja, Mang Ujang juga sebagai teman papanya untuk tinggal di rumah besar itu.
"Mang... Mang Ujang..." Dimas mengetuk pintu paviliun.
Tok... Tok... Tok..
"Mang Ujang..." sesekali Dimas menegok kedalam melalui jendela kaca.
Beberapa kali panggilan tapi tak ada sahutan. Kondisi di dalam paviliun juga terlihat sepi.
Tak ingin patah semangat Dimas berlari menuju garasi mobil. Disana Dimas tak menemukan satu mobil yang biasa papanya pakai tidak ada ditempat. Dari sana Dimas menyimpulkan bahwa papanya membawa Jio pergi menggunakan mobil itu.
Dimas kembali berjalan memasuki rumah sambil berusaha menelfon nomor Dirga. Beberapa kali di coba namun hasilnya sama, tak ada jawaban. Rasa cemas dan khawatir di hati Dimas semakin menjadi.
"Aaaagggg..." erang dimas frustasi.
"Kemana papa bawa anakku? Awas saja kalau papa sampai berani menyakiti anakku, kali ini tak akan aku maafkan." monolog dimas.
Dimas menghempaskan tubuhnya kasar ke sofa ruang tamu. Kembali menelfon sang istri intuk mengatakan kalau dia tak dapat menjempiynu.
"Hallo..."
"Kamu sudah sampai mana? Kok lama bangat sih?" terdengar jawaban dari seberang.
"Aku masih di rumah, kamu pulang minta anterin sama Chiko aja ya?!"
"Loh kenapa?"
"Aku gak bisa jemput kami sekarang, Jio gak ada di rumah. Sudah aku cari-cari tapi gak ada, kayaknya Jio pergi keluar sama papa." jelas Dimas tanpa berniat membuat Alya cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle
Narrativa generale5/02/2019 #rank 67 in anak. Warning!! Cerita mengandung beberapa adegan Dewasa. Harap Menjadi Pembaca Bijak! --------------------------- Haruskah hidup kami selalu diataur mereka? Haruskah kami selalu menjadi wayang dalam hidup kami sendiri? Ha...