Chapter 3

4.6K 477 57
                                    

Singto membawa sebaskom air hangat dan sebuah handuk kecil untuk di bawa ke kamar. Ia berjalan dan duduk di samping ranjang. Memasukan handuk kecil itu ke dalam baskom air hangat dan memerasnya lalu menempelkan ke dahi pemuda yang sedang tidur di ranjangnya.

"Mae... hik.... Mae.... hik..." seru pemuda itu dalam tidurnya. Badannya panas mencapai 39,7 C. Singto menghela nafas lalu mengambil handphonenya dan menelepon seseorang.

"Panasnya tidak turun ?" Kata Singto tanpa basa basi 'Halo' ketika panggilannya di angkat.

".........."

"Sudah ku beri obat juga."

".........."

"Kau datang kemari dan periksa dia." Kata Singto dengan nada memerintah.

".........."

"Ku tunggu dalam waktu 15 menit." Singto tak mau tahu dokter pribadinya ada dimana. Yang pasti dokter pribadinya itu harus cepat sampai dirumah Singto.

Singto meletakan handphonenya di atas nakas sebelah ranjangnya. Ia mengulurkan tangannya memeriksa dahi pemuda yang sedang tertidur itu.

"Cepat sembuh Krist...."

Flashback On

Krist terkulai lemas setelah di gempur oleh Singto. Tangisan Krist tak berhenti dari sebelum Singto menyentuhnya sampai setelah Singto menyentuhnya.

"Berhenti menangis." Kata Singto yang beranjak duduk di pinggir ranjang hotel. Krist masih terisak, rasa bersalah dan tak berdaya membuat ia semakin membenci dirinya sendiri.

"Kau adalah budakku. Kau cukup melakukan apa yang ku perintahkan." Kata Singto yang mengalihkan wajah Krist menghadapnya dengan paksa.

"Ini salah P... ini salah...hik..." Air mata terus mengalir di pipi putih Krist.

"Apa yang salah ? Kau menjual dirimu dan aku membelinya." Tanya Singto.

"P adalah tunangan Wayo. P'Singto telah berselingkuh dari Wayo." Kata Krist marah. P'Sinto tak berhak mendapatkan pasangan sebaik dan seimut Wayo.

"Itu urusanku dengan Wayo. Bukan urusanmu." Jawab Singto santai seakan hal ini bukan masalah besar.

"Kau mengkhianati sahabatku!!!"

"Yang tidur denganku adalah kau." Kata Singto menunjuk jari telunjuknya ke dada Krist. " jadi kau juga pengkhianat bukan ?" Singto menampilkan senyum kemenangannya. Memang benar apa yang dikatakan Singto. Apa pun alasannya Krist telah bersalah terhadap Wayo.

"Apa... apa... kau mencintai Wayo ?" Tanya Krist gugup. Ia sungguh berharap Singto akan bilang bahwa ia mencintai Wayo. Setidaknya Krist akan menganggap ini kekhliafan semata.

"Itu urusanku!!" Bentak Singto. "Urusanmu adalah melayaniku." Kata Singto yang segera menindih kembali tubuh Krist. Singto mulai mengecup bibir bawah Krist, mengulum dan menyesapnya. Krist yang terkejut atas perlakuan Singto segera mendorong dan memukul-mukul punggung Singto.

"Jalang, kita lakukan sekali lagi!!" Singto terus memaksakan keinginannya  dengan sengaja walau ia tahu Krist merasakan sakit baik tubuhnya maupun hatinya. Krist pingsan di tengah kegiatan mereka.

Singto merasa tak leluasa jika di hotel dengan keadaan Krist yang pingsan dan suhu tubuh Krist mulai panas. Akhirnya Singto memutuskan untuk membawa Krist pulang dan memanggil dokter pribadinya.

Flashback Off.

***

Ini hari minggu. Wayo sedang bosan dirumah, ia ingin berbelanja sekalian membeli baju untuk Krist. Walau Krist mungkin tak mau menerima pemberiannya tapi Wayo akan memaksa sampai Krist menerimanya.

11. THE SECOND (BAHASA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang