Beam dari pagi sibuk mengurus kedua bocah yang akhirnya lulus juga.
"Pakai dasimu yang benar Yo... Krist makan yang cepat.." teriak Beam yang sudah biasa menghiasi setiap pagi.
"Forth... cepat nanti kita terlambat. Singto jangan ngaca terus!" Forth bangun dan mengambil kunci mobil, hari ini ia bertugas menjadi supir mengantar kedua bocah yang akan lulus itu.
"CEPAT KELUAR SEKARANG!" Beam sudah naik 5 level teriakannya. Ketiga orang yang di teriakinya segera keluar dan menuju mobil.
***
"Siswa nomor 0206, Krist Rojnapat lulus." Krist berjalan menuju kepala dosen.
"Siswa nomor 0305, Wayo Panitchayasawad lulus." Wayo berjalan menuju kepapa dosen.
Beam tersenyum bangga, tak sia-sia usahanya mengembleng kedua bocah itu.
"Anak-anak kita telah lulus." Kata Forth di samping Beam.
"Siapa anak kita ? Mereka itu pelayan dirumah kita." Kata Beam tertawa, di ikuti oleh Forth dan Singto.
***
Krist duduk di tepi kolam sendirian setelah makan malam yang ricuh sebagai hadiah kelulusan mereka.
Krist mengingat kejadian kebelakang beberapa bulan ini dimana membuat hidupnya bergejolak naik turun secara drastis.
Dimulai dari perusahaan ayahnya bangkrut, ayahnya bunuh diri, bertemu Singto, bertemu P'Beam, balas dendam, mengetahui fakta bahwa ayahnya adalah pembunuh, dll.
Krist memandang bintang di langit, mengapa hidupnya begitu sulit, ia hanya berusia 17 tahun dan beberapa bulan lagi 18 tahun.
"Krist..." panggil seseorang di samping Krist.
"P'Sing..." jawab Krist. Masih ada rasa bersalah jika melihat Singto. Mungkin ini dulu yang di rasakan Singto sebelum semuanya terungkap.
"Kenapa disini sendirian ?" Tanya Singto uang masih memandang lekat.
"Tak apa P. Hanya mencari angin malam." Jawab Krist.
"Angin malam ? Kenapa tak mencari kegiatan malam saja. Aku bersedia menemani." Kata Singto bercanda.
"P'SING!!" Teriak Krist lalu mencubit Singto.
"Aw.. aw... maaf..." kata Singto yang tubuhnya habis di cubiti sama Krist. Singto menahan kedua tangan Krist agar tidak mencubitinya lagi.
"Krist..." panggil Singto pelan. " Apa kau membenciku ?" Krist mengalihkan wajahnya ke arah lain.
"Aku tahu aku bajingan. Sudah sepantasnya kau membenciku." Singto menjawab pertanyaannya sendiri. Ia melepas kedua tangan Krist dan menatap jauh ke dasar kolam.
"Untuk seterusnya, aku tak akan menganggu. Aku.. aku hanya ingin kau bahagia seperti dulu." Lanjut Singto.
"Benci ? Benci karena apa?" Krist menjawab tapi masih tak memandang Singto. Di hati Krist kata benci itu ibarat kata terlarang. Ia sudah membuang jauh-jauh kata itu hari hatinya.
"Itu.. karena P merenggut keperjakaanmu. Dan P sudah menidurimu berkali-kali walau P suka juga sih." Jawaban Singto membuat Krist menoleh ke arahnya dan memukulinya berkali-kali.
"Aw.. Aw... Krist Stop!!." Sekejap perbuatan Krist berhenti. " Kau masih hutang padaku jadi wajar kalau aku minta servicemu." Canda Singto yang langsung berlari menjauh daripada kena amukan Krist.
"P'SING!!!" Teriak Krist mengejar Singto. Ia bertekad memukulinya hingga sekarat. Mereka berlari mengelilingi kolam.
Wayo melihat kegiatan mereka dari dalam dan cemburu. Jika mau bermain kenapa ia tak di libatkan ? Dan ini Krist lagi mengejar Singto dengan wajah marah. Pasti P'Sing melakukan kesalahan.
"Krist!!! Aku bantu gigit!!" Teriak Wayo yang membuka pintu dan ikut-ikutan mengejar Singto. Singto terdesak, Krist ada di kanan dan Wayo ada di kiri.
"Er.. kita bicarakan baik-baik." Bujuk Singto.
"Gak! Kau harus dihukum!" Kata Krist tegas.
"Benar.!" Kata Wayo membuat gerakan mengigit berkali-kali.
Singto mundur perlahan-lahan dan terpeleset, tanpa sengaja ia menarik tangan Krist dan Wayo hingga mereka ikut jatuh ke kolam.
Teriakan Krist dan Wayo mengelegar hingga membuat Beam penasaran. Beam berlari menuju suara itu malah mendapatkan tiga bocah bermain air di kolam renang malam-malam.
"Aku ikutan!!" Beam segera berlari loncat dan bergabung bersama mereka. Gelak tawa menghiasi indahnya malah itu. Semua rasa gundah, benci, kesal dan marah seakan terhapus bersama air kolam.
Besoknya...
"Huachi!"
"Huachi!!"
"Huachi... huachi!!"
"HUACHI!!!"
Forth menghela nafas, hari ini dia ijin libur merawat istri, adik ipr dan anak-anaknya yang sakit flu akibat main air di kolam renang kemarin malam.
"Kalian itu sudah tua, sadar diri. Jangan seperti anak-anak." Kata Forth kesal sambil menaruh satu per satu minuman lemon hangat di meja. Mereka sudah memakai kaos lengan panjang dan menutup diri dengan selimut.
"Bawel..." kata Beam kesal. Jika saja ia tak sakir pasti ia bisa membalas Forth..
"Maaf P'Forth." Kata Singto diiringi bersin-bersin.
"Yang tua itu P bukan kami. Kami baru lulus sekolah, masih imut dan segar. Ya kan Krist."
"Benar. P'Forth yang tua."
"Kalian!!" Forth kesal dengan tingkah mereka dan pergi ke dapur untuk memasak bubur hangat. Tawa meledak menertawakan Forth.
***
Wayo bolak balik gelisah di kamarnya, hatinya resah. Ia ingin curhat tapi menunggu moment yang tepat.
Ketika Krist pulang, Krist segera di tarik ke kamarnya oleh Wayo.
"Ada apa Yo ?" Tanya Krist bingung. Tak seperti biasanya Wayo seperti ini. Biasa Wayo itu cuek, jika ia gelisah pasti ada masalah berat.
"Aku... ada masalah Krist." Adu Wayo.
"Kau kenapa ? Ada masalah apa ? Perlu lapor P'Beam ?" Tanya Krist bertubu-tubi. Melihat Wayo bungkam ia malah jadi tambah khawatir.
"P'Be...hmphmm..." mulut Krist di sumpal pakai bakpao yang ada di meja Wayo.
"Jangan bilang P'Beam. Nanti dia di kebiri." Krist tersentak kaget.
"Di kebiri ? Siapa ?" Tanya Krist penasaran.
"Dia."
"Dia siapa?"
"P'Pha." Jawab Wayo pelan. Krist melebarkan matanya. Siapa yang berani kebiri dokter itu ? Ku rasa tak ada.
"Apa hubungannya dengan Dokter Phana ?"
"Ada hubungannya."
"Apa ?"
"Itu... itu.." jawab Wayo ragu-ragu.
"Itu apa ? Jawab yang jelas. Pelan-pelan perkata."
"Dia..."
"Dia..." Krist mengulangi kalimat Wayo.
"Dia... bilang..."
"Bilang apa ?" Krist makin greget.
"Dia bilang... mau menikahiku."
"APA!!!" Teriak Krist kencang. Wayo kembali menyumpal mulut Krist dengan bakpao.
BRAK!! Suara pintu terbuka
"SIAPA MAU MENIKAHI SIAPA !!" Krist dan Wayo terkejut bagai melihat hantu. Sang monster menunjukkan ekspresi marah.
"P'BEAM...."