"Wayo!! Kemari!!" Teriak Beam entah dari mana. Wayo dan Krist berlari menuju asal suara Beam. Mereka memasuki ruangan yang kau tahu seperti kamar operasi, lengkap dengan peralatan kedokteran yang tak di mengerti dan tak ingin mengerti oleh Wayo dan Krist.
"WOAHHH... Ada ruang operasi disini. Keren!!" Kata Wayo menatap sekeliling denga kagum. Krist juga tak menyangka, di dalam rumah P'Beam ada ruangan seperti ini.
"Siapa dokter disini ?" Tanya Krist ke Wayo namun di kagetkan oleh suara Beam.
"Aku!! Kau ada masalah ??" Wayo dan Krist mengeleng dengan cepat daripada kena amukan Beam.
"Wayo, tidur disana." Perintah Beam yang membuat Wayo pucat. Ia berlutut dan menangis memegang salah satu kaki Beam.
"P... jangan operasi aku. Jantungku berdetak lambat, hatiku sudah patah menjadi retak-retak, ginjalku juga rusak. Tak ada yang bisa di jual... huhu..." pukulan cantik mendarat di kepala Wayo.
"Kita mau cuci darah, bukan mau menjual organ tubuhmu." Kata Beam kesal. Apa image Beam seburuk itu di mata mereka ?
"Siapa yang sakit P?" Tanya Krist. Beam menunjuk ke Wayo.
"Yo sakit apa ?" Krist penasaran selama ini Wayo tak pernah bercerita tentang penyakitnya.
"Ginjalnya bermasalah, ia harus cuci darah 2 minggu sekali. Ini sudah mendekati jadwalnya." Jelas Beam. Krist shock, ia tak pernah tahu bahwa Wayo mengalami penyakit yang berat.
"Hanya ini yang bisa kita lakukan sambil menunggu donor ginjal." Tambah Beam. "Cepat naik anak bandel!!" Beam menarik Wayo yang masih berlutut untuk berbaring di tempat operasi.
"Tunggu!!" Tahan Wayo. " P'Beam yang melakukannya ?" Beam mengangguk.
"Yakin P'Beam bisa. P'Beam tak seperti seorang dokter." Canda Wayo. "Aku bingung kenapa P'Forth mau menikah dengan P'Beam ?"
"Benar, sudah pemarah, judes, galak pula. Aku juga binggung apa yang dilihat P'Forth dari P'Beam ?" Krist memang sehati dalam mengoda orang bersama Wayo.
"Coba kau lihat P'Beam, kulit ? Krist lebih putih. Tampang ? Aku lebih imut. Apa bagusnya dari P'Beam yang membuat P'Forth jatuh cinta ?" Beam sudah geram ke ubun-ubun.
"CEPAT TIDUR!!! ATAU KU SUNTIK MATI SEKARANG JUGA!!" Jika sudah begini, mereka menurut dengan patuh. Beam melaksanakan tugasnya dengan cepat, lalu membiarkan mereka menunggu proses cuci darah yang memakan waktu kurang lebih 1 jam.
"Lama-lama, aku bisa mati muda!!" Gerutu Beam menaruh gelas minumnya agak kencang. Forth yang sedang membaca koran, menaruh koran di meja dan mendekati istrinya yang sedang mengamuk.
"Wayo dan Krist ?" Forth tahu kalau Wayo dan Krist masih muda, jiwa keisengan mereka sedang di puncak tertinggi seumurannya. Tapi berkat mereka pula rumah ini menjadi ramai setiap harinya. Walau sebagaian besar, ramai karena suara teriakan Beam.
"Siapa lagi kalau bukan para anak bandel itu. Ingatkan aku agar membeli formula biar ku suntik mati suri mereka." Beam mengoceh kesal.
"Hahaha... sudahlah. Mereka masih anak-anak ?"
"Anak-anak katamu. Mereka sudah 17 tahun. Bukan anak bayi ataupun balita." Lebih baik Forth diam saja daripada makin runyam nantinya. Forth menyuguhkan segelas air putih hangat untuk Beam. Beam meminumnya sampai habis.
"Besok, kau daftarkan mereka berdua di home schooling. Aku tak ingin mereka putus sekolah." Kata Beam setelah amarahnya reda. Bagaimana Forth tak jatuh hati dengan Beam jika begini, pemarah tapi perhatian.
"Roger bos!".
***
Pertunangan antara kedua keluarga pengusaha menarik perhatian para media. Media berbondong-bondong untuk meliput acara pertunangan anak dari dua pebisnis besar yaitu Singto Suthiluck dengan Phana Kongtinam.
Singto dan Phana saling bertukar cincin di hadapan para tamu. Mereka saling memandang penuh arti. Para tamu undangan bersorak ria menyaksikan hal itu. Meskipun para gadis kecewa dua pemuda tampan bertunangan satu sama lain sehingga mereka tak mendapat kesempatan menggoda salah satunya.
Acara berlangsung lebih dari 3 jam, dengan alasan lelah Singto dan Phana menarik diri.
"Apa yang kita laku...hmph...." Singto membekap mulut Phana. Awalnya Phana meronta-ronta berpikir bahwa Singto mau membunuhnya namun sebuah bisikan dari Singto membuat Phana terdiam.
"Diam." Singto mengetikan sesuatu di handphonenya menunjukkan ke Phana lalu menghapusnya.
Cincin ini ada alat penyadapnya.
Phana terkejut tak menyangka sampai seperti itu mereka di awasi. Paham akan situasinya, Phana mengikuti cara Singto untuk berkomunikasi.
Lalu apa yang harus kita lakukan ?
Kau punya headset ?
Tidak. Kenapa ?
Aku akan menyetel suara adegan orang yang sedang bercinta agar mereka menganggap kita melakukan hal itu juga.
Serius ?
Yup.
Tapi aku tak punya headset.
Itu deritamu.
"Phana sayang... aku mandi dulu. Nanti kau boleh menyusul jika mau." Kata Singto bangkit menuju kamar mandi sementara Phana merasa mual ingin muntah mendengar kata 'sayang' dari mulut Singto.
Phana membaringkan tubuhnya dan memikirkan dimana Wayo sekarang.
Semoga kau baik-baik saja Yo.