Nekat Mencari

6K 441 14
                                    

Lama nggak update cerita ini. Pasti banyak yang udah lupa sama cerita sebelumnya. Semoga suka. Ditunggu vote n comment nya yah😘😘

_________________

"Sebaiknya jangan sekarang Nak Reza. Ini sudah hampir gelap, risiko adanya binatang buas sangat mengkhawatirkan. Kami juga khawatir tersesat, karena keadaan hutan akan menjadi sangat berbeda saat malam hari." Pak Karjo menasihati berharap Reza membatalkan niatnya.

Pria paruh baya itu menoleh pada warga yang berkerumun di depan rumah Mbah Pringgo. Menyembunyikan fakta yang sebenarnya tentang hutan larangan yang akan dikunjungi Reza. Bagaimana mengerikannya hutan itu saat matahari telah terbenam. Banyak hal tidak terduga yang bisa saja mengancam nyawa.

"Jujur, kami tidak berani," ujar kepala dusun itu mewakili pendapat warga.

"Benar, Nak Reza, besok pagi saja kita lanjutkan mencari Nak Wildan."

"Kita tunggu pagi hari saja...."

"Betul. Kami akan membantu besok."

"Ki, nasihati Nak Reza," pinta salah satu warga.

Mbah Pringgo duduk diam di samping rumahnya. Menyendiri, berusaha menghadapi masalah yang saat ini semakin rumit sungguh membuatnya tersiksa lahir batin. Kakek tua itu menghela napas dalam lalu menyahut.
"Biarkan saja. Nak Reza itu sudah gede, terpelajar. Ia pasti bisa berpikir lebih masuk akal daripada kita yang cuma wong ndeso," ucap Mbah Pringgo malas.

Reza diam. Ia tahu itu hanya sindiran. Berjalan malam-malam di dalam hutan, tanpa penerangan ditambah suasana yang sedang kacau seperti ini, jika dipikir-pikir memang tidak masuk akal. Hanya orang nekat dan bodoh saja yang mau melakukan itu.

Ia menatap warga dengan sorot putus asa.
Kedua tangannya mengepal. Jika lebih lama lagi, ia takut Wildan akan mati konyol dimakan binatang buas atau mungkin kelaparan. Pemuda itu memejamkan mata sekilas, ia membulatkan tekatnya. Ia tidak akan menyerah begitu saja.

Persetan dengan binatang buas, ia tidak takut. Bukankah akan terlihat sangat buruk jika ia hanya berdiam diri di sini, menunggu Nara dan Martha sadar atau hanya berharap Wildan yang tiba-tiba pulang. Bukankah itu lebih konyol.

"Saya akan tetap mencari Wildan, Pak. Warga tidak perlu ada yang ikut. Saya akan melakukan pencarian sendiri." semua orang terkesiap. "Saya yakin Wildan sedang membutuhkan pertolongan. Doakan saya agar selamat kembali ke sini," ucapnya membuat warga saling berbisik. Ada yang mengecam tindakan sembrono Reza. Ada yang memuji, ada pula yang simpati tapi tidak berani ikut masuk ke dalam hutan.

Reza berdiri. Suara kasak kusuk masih terdengar di telinga pemuda itu. Ia menghela napas lalu mulai melangkah meninggalkan halaman rumah Mbah Pringgo.

"WILDAN!"

Suara teriakan Reza menggema di dalam kesunyian hutan. Burung terbang menjauh dan suara jangkrik yang semula riuh menjadi sunyi senyap.

Reza masih berjalan menyusuri hutan rimbun itu.
Peringatan dari warga sama sekali tidak ia pedulikan lagi, biarlah ia mencari sendiri. Jika warga sudah ketakutan ketika Reza mengatakan ingin mencari Wildan ke dalam hutan, hal itu tidak menyurutkan tekat Reza untuk bisa menemukan Wildan. Tidak ada rasa takut sedikit pun. Yang ia inginkan hanya menemukan Wildan secepatnya. Ia yakin sahabatnya itu sedang menunggu pertolongannya.

Suara deru angin senja mengiringi langkahnya yang tersandung-sandung tanaman liar. Tangannya tak henti menghalau tanaman merambat yang berduri. Ia masih terus berjalan sambil berteriak memanggil nama Wildan, berharap keajaiban menemukan keberadaan teman baiknya.

SREK!

Suara daun kering yang bergeser membuat langkah pemuda itu terhenti disertai suara tercekat dari napasnya sendiri. Ia menelan ludah gugup sambil menatap kejauhan yang sudah remang-remang. Jarak pandang mulai berkurang karena kabut yang mulai menyelimuti kawasan hutan.

SREK!

"Wildan, lo kah itu?" Reza bertanya sambil melangkah pelan. Ia mendelik waspada.

"Wildan ... ini gue Reza. Lo nggak apa-apa kan, Wil?"

Sunyi.

Reza melanjutkan langkahnya. Ia menyibak pelan dedaunan yang menghalangi langkahnya.
Keringat menetes dari pelipisnya. Napasnya memburu disertai gemuruh debaran jantungnya yang semakin cepat.

"Wil...."

Ia menoleh ke belakang. Ia sudah jauh berjalan memasuki hutan. Ia tahu risikonya.

"Wil, lo jangan ngerjain gue...."
Reza kembali berkata. Berharap ada jawaban.

"R-Re-Reza...." suara tersendat-sendat terdengar lirih, tidak jauh dari tempat pemuda itu berdiri.

Reza semakin panik.
Kausnya sudah dibanjiri keringat, rambutnya juga berantakan. Napasnya juga sudah menderu seiring detakan jantungnya yang semakin gencar.

"Siapa itu?" tanyanya waspada.

Hening. Pemuda itu kembali berjalan, kali ini lebih pelan. Ia yakin mendengar seseorang tadi memanggil namanya.

Dan suara itu seperti suara....
Tidak. Pemuda itu mulai lemas.

"WILDANNN!"

Sepi.

"Wil... lo di mana? Plis jawab gue...." Reza duduk bersimpuh di tanah lembab. Di naungi kegelapan pekat yang semakin menguasai hutan.

KRETAK!

Reza tersedak napasnya sendiri ketika terkejut dengan suara dahan patah.

Tangan gemetarnya bergerak mengusap air yang menetes di dahinya.

Mendongak. Mata pemuda itu seketika melebar saat melihat pemandangan mengerikan di atas sana.

Seseorang tampak lunglai dengan potongan dahan yang mencuat keluar dari dadanya. Mata orang itu terbuka lebar, menatap ke arah Reza penuh ketakutan.

Reza terhuyung. Ia terkapar di atas semak-semak lalu kesadaran perlahan raib, menyisakan kegelapan yang damai.

***

Pendek banget. 790 word😂😂.
Gimana ... Gimana ... Wildan kenapa, astaga.😲
Bab selanjutnya, Reza harus menerima kenyataan pahit. Apa itu? Tunggu next partnya. Jangan lupa untuk klik bintang, dan bantu share di media sosial kamu.

Terima kasih. 🤗

Misteri Seruni (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang