Dahi Reza mengernyit. Tatapannya menyorot fokus pada kakek renta yang duduk beberapa meter di depannya. Ia merasa ada kejanggalan mengenai permintaan Mbah Pringgo. Keluarganya? Apa hubungannya kejadian ini dengan keluarganya di kota. Semuanya terasa semakin membingungkan bagi remaja uang sedang berurusan dengan makhluk gaib pencabut nyawa.
Mbah Pringgo masih menatap Reza sendu. Ia masih menunggu pemuda itu membuka suara.
"Apa hubungannya dengan keluarga saya, Mbah?" akhirnya Reza bertanya.
Pak Karjo duduk di dekat Mbah Pringgo. Mbah Pringgo menoleh lalu tersenyum simpul. Ia kembali menatap Reza, kali ini lebih lembut.
"Tidak ada yang tidak memiliki penjelasan, Nak Reza. Dalam hidup kadang tanpa kita ketahui atau kita menyadari, ada beberapa hal yang memiliki keterkaitan. Terhubung oleh benang merah yang sudah tersamarkan seperti warna tanah seiring berjalannya waktu."
Reza kembali mengernyitkan dahi. Ia tidak mengerti, Mbah Pringgo terlalu berbelit-belit dalam menjelaskan sebuah persoalan genting.
"Maksudnya apa, Mbah? Saya tidak mengerti sama sekali. Keterkaitan? Benang merah yang terhubung?" Reza menggeleng kebingungan. "Saya benar-benar tidak mengerti, pikiran saya tidak sampai sejauh itu jika harus menerka-nerka,"
Mbah Pringgo batuk-batuk, lalu ia tersenyum kecil, mata sayu itu menatap tanpa fokus. Ia seperti sedang berpikir atau membayangkan sesuatu jauh bertahun-tahun lalu, atau mungkin sedang mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan pada Reza. Kata sederhana yang bisa dimengerti oleh pemuda kota yang sedikit banyak pasti tidak memercayai hal semacam tahayul seperti kejadian saat ini yang sebetulnya sangat nyata.
"Yah, semuanya memang terlalu rumit, Nak Reza. Bahkan Mbah pun kadang ingin menyerah apabila mengingat semua kegetiran yang pernah kami alami puluhan tahun silam,"
Reza berkedip. Ia semakin bingung sekaligus penasaran. Pemuda itu menatap Pak Karjo yang menunduk dalam. Tampak kesedihan terpancar jelas dari wajahnya.
"Saya tidak tahu harus menjawab apa, Mbah. Tapi semua ini seperti tidak masuk akal. Saya percaya dengan hal ghoib. Tapi semua ini terlalu membingungkan bagi saya," Reza menyandarkan kepalanya pada kusen pintu yang terbuat dari bambu. Ia memejamkan mata lelah.
"Kalau begitu mulailah bercerita, Nak Reza," Mbah Pringgo bicara lebih lembut membujuk.
Reza masih diam. Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa dirinya terlihat seperti yang menyebabkan bencana ini? Atau mungkin keluarganya? Tapi bagaimana bisa? Reza menghela napas lelah. Memikirkan hal aneh ini membuatnya stres pelan-pelan.
Tubuh pemuda itu terasa remuk setelah yang terjadi beberapa hari ini. Pikirannya semrawut, bahkan ia sudah tidak ingat nama marganya sendiri. Ia terlalu syok dengan semua yang dialaminya dengan tiba-tiba.
"Sepertinya Nak Reza kelelahan, Mbah. Sebaiknya kita beri waktu istirahat lebih dulu," Pak Karjo mengusulkan saat melihat Reza tertidur. Ia merasa iba melihat wajah kusut pemuda itu. Wajah yang penuh kesedihan dan kelelahan.
"Apakah anak ini bisa melakukannya, Karjo?" tanya Mbah Pringgo pelan. Ia menatap lekat pemuda yang saat ini terlelap dengan posisi duduk bersandar kusen pintu.
"Hanya dia harapan kita," Mbah Pringgo terisak pelan.
Pak Karjo menoleh, lalu merangkul pundak renta di sampingnya. "Yakinlah, Mbah, saya yakin Nak Reza memang dikirim untuk mengubah keadaan di sini. Meskipun taruhannya nyawa,"
Mbah Pringgo semakin terisak. Hatinya semakin hancur. Ia sudah kehilangan segalanya. Dan kali ini ia mungkin akan kehilangan lagi.
Mbah Pringgo tertatih berdiri dibantu Pak Karjo, ia berjalan pelan mendekati Reza.
![](https://img.wattpad.com/cover/158865139-288-k530651.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Seruni (Tamat)
ParanormalKABAR GEMBIRA! Misteri Seruni part lengkap sudah tayang di Kwikku dan KBM APP (berbayar). Ada part yang tidak pernah dipublikasikan di manapun. Bab yang paling seru dan dinanti. Monggo untuk mampir baca. Dijamin bikin mikir keras. https://www.kwikku...