Part 6

3.5K 122 0
                                    


"Wajahmu pucat sekali", salah seorang temannya memandang Serena dengan cemasketika Serena mendudukkan diri di kursinya. Tadi dia hampir terlambat dan setengahberlari ke mesin absen.
Serena memegang pipinya, memang terasa agak panas, apakah dia demam? Dankepalanya juga pusing sekali. Tapi tetap dipaksakannya tersenyum,
"Engga apa-apa kok, mungkin karena belum sarapan, nanti setelah minum teh hangatpasti agak baikan."
Tapi ternyata tidak, rasa pusing itu makin menusuk nusuk di kepalanya terasa nyeri,bahkan untuk menolehkan kepalanya saja terasa sangat sakit, badannya juga samasaja, rasanya nyeri di sekujur tubuh seperti habis dipukuli. Serena bertahan dengan tidakbergerak di kursinya, tapi rasa sakitnya makin tak tertahankan,
"Serena coba kesini sebentar, lihat draft pemasaran ini bagaimana menurutmu?", salahseorang rekannya memanggilnya.
Dengan mengernyit Serena mencoba berdiri, tubuhnya limbung sejenak, tapi dia berdiridan bertahan sambil berpegangan di tepi meja.
Lalu setelah menarik napas dalam-dalam, dia melangkahkan kaki ke meja rekannya. Tapitiba-tiba rasa nyeri tak tertahankan menyerang kepalanya dan semuanya menjadi gelap.
*** "Pingsan??!"Damian setengah berteriak kepada Freddy yang menyampaikan kabar itu padanya,
"Kapan?! Dimana?!", Damian mulai berdiri dari balik meja besarnya.
Freddy hanya duduk santai di sofa kulit hitam di ruangan kantor Damian, "Tadi dalam perjalanan ke sini aku kan mengambil arsip di sebelah klinik, ada keributan di luar,gadis itu sedang digendong salah seorang rekannya ke klinik dan di antar beberaparekannya yang lain juga, dalam kondisi pingsan, dia pucat sekali seperti kelelahan ", tambah Freddy penuh arti.
"Digendong?", kali ini wajah Damian menegang karena marah, "laki-laki?"


Freddy tiba-tiba saja tidak bisa menahan tawanya,
"Simpananmu pingsan dan kau meributkan siapa yang menggendongnya?",
Tawa Freddy kembali terdengar tak peduli pada wajah Damian yang marah," Tentusaja laki-laki, mana mungkin perempuan?"
Damian mendengus marah dan hendak melangkah keluar ruangan, tapi Freddy berdiridan menahannya,
"Kau pikir kau mau kemana Damian?"
Damian menatap tangan Freddy yang menahan lengannya dengan marah, "Tentusaja melihat Serena!""Dan membuat kehebohan di luar? Seorang CEO perusahaan yang jarang terlihat sakingsibuknya, yang bahkan untuk berkonsultasi dengannya harus melalui perjanjian temuyang sulit, tiba-tiba saja turun menjenguk seorang staff biasa? Kuulangi seorang staffbiasa, yang tidak ada hubungan apapun dengannya",
Freddy menatap Damian tajam, "dan bahkan dengan wajah pucat pasi lebih pucat dari yang pingsan kalau boleh kutambahkan", Freddy mulai terkekeh geli.
Damian melotot marah padanya, tapi kemudian menarik napas dan tersenyum skeptis,
"Kau benar, aku tak bisa", dengan pelan dia melangkah dan duduk di sofa.
Freddy menuangkan minuman untuknya dari meja bar kecil dan memberikan kepadaDamian yang langsung menyesapnya.
"Kau tak pernah begitu sebelumnya Damian, dan tak kusangka kau sebegitu perhatiannyakepada gadis kecil ini, kukira kau hanya menganggapnya tubuh yang sudah kau beli?"
Damian meletakkan gelasnya, lalu menatap tajam Freddy
"Dan tubuh yang kau katakan itu yang sekarang terbaring pingsan." Freddytersenyum dan duduk di sebelah Damian,


"Kemarin aku baru saja bilang kalau gadis itu membuatmu lelah dan tidakberkonsentrasi, ternyata kau berbuat lebih parah padanya", Freddy tak dapat menahan diriuntuk tersenyum lebar, "Kau apakan saja gadis kecil itu Damian?"
Damian mengacak rambutnya bingung,
"Aku juga tidak menyangka bisa jadi begitu terobsesi kepadanya, kau tahu.....rasanya tidakingin berhenti, aku ingin terus menerus menyentuhnya, ingin terus menerusmerasakannya....jadi tiap malam aku..aku.."
"Kau bermaksud bilang tiap malam kau hampir tidak pernah membiarkannya tidur?", kaliini alis Freddy berkerut.
Damian menghindari tatapan Freddy,
"Aku baru beberapa hari bersamanya, aku masih belum merasa puas", gumamnya takJelas.
Freddy menarik napas dalam,
"Damian, aku tahu kau terbiasa dengan wanita dewasa yang berpengalaman, yangmungkin akan melayani marathon seksmu dengan senang hati kalau kau mau, tapi ini,seorang perawan, seorang gadis kecil tak berpengalaman, seharusnya kau lebih menahandirimu."
"Aku tahu!", Damian menyela dengan keras, frustasi kepada dirinya sendiri, "tapi...ah, kautidak tahu rasanya Freddy..."
"Betul aku tidak tahu, karena itulah aku tidak mengerti, kalau memang nafsumu sebegitubesarnya, kenapa kau tidak mencari wanita lain sebagai pelampiasan? Wanita lain yang lebih bisa mengimbangimu? Jadi kau tetap bisa menjaga kondisi tubuh gadis itu,tubuh yang kau beli seharga 100 juta", Freddy mengingatkannya.
"Ah ya...ya, bisakah kau jangan menyebutnya sebagai 'gadis itu atau 'tubuh itu..? Diapunya nama Freddy, namanya Serena."
"Baiklah, Serena ini, kalau kau tidak mau menyakitinya, seharusnya kau mencari wanitalain untuk mengimbangimu."
Damian mengernyit, wanita lain? Sepertinya itu ide yang bagus, kalau hasratnya membuattubuh Serena lemah, dia seharusnya menyalurkannya kepada wanita lain, tapi. Damiantidak bisa membayangkan wanita manapun, dia mau Serena, hanya Serena yang membuattubuhnya berhasrat sampai seperti ini,

A Romantic Story About Serena by Santhy AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang