Suster Ana benar, Damian memang menyesal. Tidak perlu waktu lama, hanya selang satujam dari kepergian Serena.
"Aku menerima kalian di sini hanya demi Vanessa," gumam Damian dingin, suasanahatinya benar-benar buruk saat itu.
Ketika sekertarisnya menelepon dan memberitahu bahwa Vanessa dan Freddy ada di ruangan depan, ingin bertemu dengannya, Damian hampir saja mengamuk seketikaitu juga. Dia sudah menegaskan pada sekertarisnya bahwa dia sedang tidak ingindiganggu. Tetapi Vanessa memaksa, dan seperti biasanya, paksaannya berhasil.
"Kami harus memberitahumu sesuatu yang penting." gumam Vanessa penuh tekad, tidak peduli akan tatapan membunuh yang berkali-kali dihujamkan Damian kepadaFreddy yang hanya duduk diam tanpa suara di belakangnya.
"Damian," Vanessa mencoba menarik perhatian Damian yang terus menerusmempelototi Freddy. "Ada suatu fakta penting tentang Serena yang harus kau ketahui."
Damian langsung tertarik. Fakta apa lagi? Sebuah kebohongan lagi yang belumdiceritakan kepadanya? Sebuah kepalsuan lagi yang akan menyulut kemarahannya?
Dia diam dan menunggu, bersiap-siap untuk meledak lagi, kepalanya terasa berdenyutdan mulai nyeri.
"Damian..." Vanessa mengernyit cemas ketika melihat Damian tampak kesakitan, "Kautidak apa-apa?"
"Aku tidak apa-apa! Cepat selesaikan yang ingin kau katakan, dan bawa dia pergidari ruangan ini!" Damian bahkan tidak mau repot-repot menyebut nama Freddy.
Vanessa menarik napas panjang.
"Kau...Kita...Mengambil kesimpulan yang salah tentang Serena." dengan cepatVanessa membentangkan artikel itu di meja Damian, "Baca ini."
Damian melirik artikel itu, semuala tidak tertarik, tetapi kemudian mengenali gambar diartikel itu sebagai Serena, lebih muda beberapa tahun, tapi dia tak mungkin salah.
"Apa yang.........Oh Tuhan!" baru separuh artikel yang dibacanya, tetapi dia pucatpasi. Dengan gemetar dia membaca artikel itu. Membacanya berulang- ulang kemudian,mencoba mencari kesalahan. Tapi kebenaran yang tertulis di sana tak terbantahkan lagi.
"Benar Damian, keluarga Serena, kedua orangtuanya terenggut pada kecelakaan yangsama di jalan tol, kecelakaan yang sama yang menewaskan Alfian", mata Vanessaberkaca-kaca ketika kenangan itu kembali.
"Oh Tuhan!" Damian berpegangan pada meja untuk menopang tubuhnya, Ini sebabnyaSerena selama ini sebatang kara dan sendirian?
"Kedua orang tua saya sudah meninggal dunia, saya hidup sendirian" itu jawabanSerena waktu gadis itu terpaksa menumpang mobilnya di pagi yang hujan.
Lalu uang tiga ratus juta dan hutang puluhan jutanya di perusahaan itu..... Sekali lagiDamian mengernyit.
"Tunangannya, Rafi, masih terbaring koma sejak kecelakaan itu. Serena berjuangmati-matian untuk mempertahankan hidupnya. Hutang-hutangnya di rumah sakitmungkin untuk membiayai biaya perawatan Rafi, dan hutangnya kepadamu tiga ratusjuta mungkin karena gadis itu putus asa," Vanessa memandang Damian, dan tiba-tibamerasa kasihan, Damian tampak hancur berkeping-keping, "Aku menelepon rumah sakit tempat Rafi dirawat Damian, Rafi saat itu harus menjalani operasi pengangkatan ginjalkarena salah satu ginjalnya rusak akibat obat-obatan yang terus menerus.......biaya operasi itu sangat mahal, hampir mencapai tiga atus juta rupiah...Mungkin itu alasan Serena menjual dirinya padamu, gadis itu putus asa."
Damian memejamkan matanya, mengingat hari berhujan dimana Serena membuatpenawaran gila itu padanya. Bagaimana mungkin dia dulu tak menyadarinya? Waktu ituSerena memang terlihat putus asa, panik dan putus asa.
"Freddy bercerita bahwa Serena hilang seharian di hari minggu dan kalian mencarinyakemana-mana," Vanessa mengedikkan bahunya pada Freddy yang hanya diam danmenundukkan kepalanya, "Itu hari di mana operasi Rafi dilaksanakan."
Sebuah hantaman lagi yang menerjang Damian. Dia mengernyit, rasanya berat sekaliketika dia sudah berpegang teguh pada suatu keyakinan bergitu lama tapi kemudiandihancurkan begitu saja.
Serena gadis baik-baik. Dia bukan gadis bermoral rendah seperti dugaannya selama ini.Pantas saja waktu itu dia masih perawan. Keperawanan yang seharusnya untuktunangan yang dicintainya dikorbankannya. Damian langsung disengat rasa cemburuyang tajam. Serena pasti begitu mencintai tunangannya kalau sampai berjuang mati-matian seperti itu.
"Kecelakaan itu terjadi hanya beberapa hari sebelum pernikahan mereka Damian," Vanessa menoleh secara terang-terangan kepada Freddy, "Biarkan Freddy yangmenjelaskan sisanya kepadamu."
Damian menoleh kepada Freddy dengan muram, masih terbayang adegan ciumanwaktu itu di matanya. Dan kemarahannya langsung membara, kalau begitu kenapaSerena ada di pelukan Freddy dan Freddy bilang Serena rela menjual diri padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic Story About Serena by Santhy Agatha
RomanceSinopsis : Dalam hidupnya, Impian Serena hanyalah ingin menjadi perempuan yang biasa-biasa saja. Dia ingin menikah dengan Rafi kekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise lainnya: bergandengan tangan di usia sen...