Part 20

3.2K 107 2
                                    

"Serena." dengan lembut Vanessa menggoyangkan pundak Serena yang tertidur pulas. Sementara Rafi mengikuti di belakangnya.
Dengan sedikit lemah Serena membuka mata dan agak waspada melihat wajah dokterVanessa yang pucat pasi, dengan segera dia duduk, gerakan tiba-tiba itu langsungmembuat kepalanya pening, tapi Serena menahannya sambil mengernyit,
"Ada apa dokter? Rafi kenapa?"
"Aku baik-baik saja di sini." gumam Rafi dalam senyum.



Serena menatap Rafi dengan lega, tapi lalu menatap dokter Vanessa yang begitu pucatpasi,
"Serena, aku.... Ah aku bingung bagaimana mengatakannya, tapi aku harus segera pergi,ini darurat... Tapi aku bertanya-tanya mungkin kau mau ikut.."
"Ada apa dokter?", Serena mulai tegang ketika dokter Vanessa tidak juga mengatakanmaksudnya.
"Damian, barusan kecelakaan di jalan tol, dia sudah dibawa ke rumah sakit, tapi kamibelum tahu kondisinya, Freddy juga sedang dalam perjalanan menuju kesana."
"Apa?" warna pucat mulai menjalar ke wajah Serena, lalu segera digantikan dengankepanikan luar biasa, "Ya Tuhan, aku ikut ke rumah sakit, dokter!!"
Rafi mengamati kepanikan Serena dari kejauhan, tapi dia hanya diam dan menatap.Serena tampak pucat pasi dan ketakutan luar biasa. Kenapa sampai begitu? Seolah-olahkondisi Damian benar-benar membuatnya cemas. Padahal Damian kan hanya atasannyadi perusahaan? Atau..... Jangan-jangan lebih dari atasan ? Pikiran buruk itu menyeruakdalam benak Rafi, dan dia cepat-cepat menyingkirkannya. Tapi ketika dia melihat betapa Serena mulai gemetaran karena cemas dan panik ketika bersiap-siapberangkat, mau tak mau pikiran buruk itu memenuhi benaknya, ada hubunganistimewa apa antara Damian dengan Serena?
Perjalanan ke rumah sakit berlangsung begitu menyiksa bagi Serena, dia terus menerusberdoa, seakan semua trauma masa lalu menghantamnya lagi keras- keras. Ini hampirsama dengan kecelakaan yang membunuh kedua orangtuanya dan melukai Rafi dulu. Dan Serena tidak akan kuat menanggungnya kalau sampai terjadi apa-apa kepadaDamian. Ya Tuhan!! Jangan sampai terjadi apa- apa pada Damian, dia belum sempatmengatakan... Dia belum sempat mengatakan dengan jelas, bahwa dia... Bahwa diamencintai Damian.
Serena berlari di depan menuju ruangan gawat darurat sementara Vanessamendorong kursi roda Rafi di belakangnya.
Dia melangkah memasuki ruang perawatan itu dan langsung bertatapan denganDamian.
Lelaki itu duduk di meja perawatan, telanjang dada, kepalanya terluka dan sudah ditutup perban, dokter sedang membalut luka di pundak dan lengannya. Banyak darah, tapi sudah dibersihkan. Selebihnya, Damian tidak apa-apa. Lelaki itu


masih hidup, masih untuh, dan ketika Damian memalingkan kepalanya lalu menatap Serena dengan mata birunya yang menyala-nyala.
Serena pingsan.
***
Damian berteriak memanggil Serena, begitu juga dengan Vanessa dan Rafi yang ada dibelakang Serena. Tapi Serena pingsan mendadak dan jatuh ke lantai.
Dengan kasar Damian menyingkirkan tangan dokter yang sedang membalut lukanyadan melompat turun, setengah berlari menghampiri Serena, perawat datangmenghampiri, tapi Damian menyingkirkannya,
"Biar aku saja." gumamnya serak, mengeryit sedikit ketika mengangkat Serenamenyakiti luka di lengan dan bahunya, tapi dia tidak peduli, dipeluknya Serena denganposesif dan dibaringkannya ke meja perawatan,
"Tuan, saya belum menyelesaikan membalut lukanya." gumam dokter di ruang gawatdarurat itu sedikit jengkel,
"Nanti saja." Damian bergumam tajam dengan arogansi yang sudah seperti pembawaanalaminya sehingga membuat dokter itu terdiam, mengangkat bahunya lalu pergi.
"Sayang," Damian menepuk pipi Serena, tapi perempuan itu begitu pucat pasi, denganpanik, Damian menoleh ke arah Vanessa di pintu, mengabaikan Rafi, "Dia tidak apa-apa?"
Vanessa mendorong Rafi mendekat, lalu menyentuh Serena,
"Dia demam Damian, dia sedang sakit ketika memaksa mengikuti aku kesini, terus tepuk pipinya pelan-pelan dan sadarkan dia, sepertinya dia shock," Vanessamenatap Damian tajam, "dan kau..kau tidak pernah kecelakaan selama hidupmu, apayang kau lakukan di jalan tol tadi sehingga berakhir di rumah sakit ini?? Apakah kaumabuk??"
Damian mengeryit,
"Aku tidak mabuk, aku hanya terlalu buru-buru ingin cepat sampai jadi kurang hati-hati." saat itulah Serena bergerak membuka mata, "ah, sayang.....sayang, kau baik-baik saja?"

A Romantic Story About Serena by Santhy AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang