Part 3

4.6K 128 0
                                    


Serena masih terkejut ketika tiba-tiba saja tubuhnya dibalik dan dicium habis- habisan,dia masih setengah tertidur tadi dan benar-benar tak berdaya, Damian sudah melampiaskan hasratnya tanpa ditahan-tahan, ciuman-ciumannya tanpa jeda seolah-olah lelaki itu tak tahan sedetikpun tidak berciuman dengannya. Ketika Damian mengangkat kepalanya, matanya berkabut, pupil matanya membesar terlihat kontras dengan iris matanya yang berubah menjadi biru pucat. 

"Aku ingin bercinta, aku ingin memasukimu...Ah kau tidak tahu betapa aku..." Suara Damian tersengal, lalu melumat bibir Serena lagi dengan membabi buta.

Kata-kata vulgar Damian itu membuat pipi Serena merona malu. Tidak terbayangkan, dia, perempuan yang tidak pernah intim dengan lelaki manapun, sekarang terbaring dengan jubah mandi yang sudah acak-acakan, ditindih oleh lelaki yang mungkin sampai beberapa hari yang lalu tidak dikenalnya dengan baik.

Tangan Damian menelusup di balik jubah mandinya, menemukan payudaranya yang hangat dan lembut, lalu meremasnya. Sedikit terlalu bergairah sehingga Serena mengerang. Damian menghentikan gerakannya, lalu menatap Serena lembut.

"Sakitkah?" Bisiknya parau Serena terpaku, suaranya seakan tertelan di tenggorokan, bagaimana dia harus menjawabnya?

Tetapi Damian tidak memerlukan jawaban, lelaki itu tersenyum, lalu menggerakkan tangannya lagi menyentuh payudara Serena, dengan ahli dia menyingkirkan jubah mandi Serena yang menghalangi, dan menemukan keindahan ranum di baliknya.

"Oh Indahnya" Bisik Damian serak, membiarkan Serena memalingkan muka dengan malu dibawah tatapan tajam dan memuja lelaki itu.

Lalu bibir Damian yang panas menelungkupi puting payudaranya, lidahnya bermain di sana terasa panas, membakar seluruh tubuh Serena, membuatnya terpaksa merintih. Bingung dengan gejolak yang menyebar di seluruh tubuhnya. Damian begitu ahli, sedang Serena sama sekali tidak berpengalaman dan lelaki itu tampaknya tidak merasa perlu menahan dirinya.

Entah kapan, mereka sudah telanjang bersama di atas tempat tidur itu. Tubuh Damian yang keras, melingkupi tubuh Serena yang mungil di bawahnya. Menggodanya, menggeseknya dengan kekuatannya, membawa gairah Serena makin naik, sedikit demi sedikit ke puncaknya.

Kemudian Serena merasakan kejantanan Damian, yang tidak terhalang apapun menyentuh pusat dirinya. Pelan, tapi membuatnya terkesiap. Serena membuka matanya yang terpejam, menatap Damian di atasnya. Lelaki itu menatapnya dengan tajam, matanya berkabut, napasnya terengah, dan sejumput rambut tampak jatuh di dahinya, membuatnya tampak begitu liar.

"Ah, ya manis... Kau pasti akan sangat menyukainya" Geram Damian pelan, lalu mulai mendorong, menekan dan menyentuh Serena. 

"Kau sudah siap" Erang Damian. 

"Kausudah basah dan panas, siap untuk diriku..."Lanjutnya.

Jantung Serena berdegup kencang, beriringan dengan detak jantung Damian yang bahkan lebih parah. Dengan perlahan, Serena memejamkan matanya, melepaskan hatinya. Demi kamu Rafi, bisiknya dalam hati bagaikan mantra yang menyelamatkan jiwanya.

Ini adalah sensasi baru bagi Serena, merasakan kejantanan seorang lelaki yang mencoba memasukinya, menyatu dengannya. Rasanya panas dan membuat seluruh saraf ditubuhnya menggila, membuatnya begitu sensitif oleh kebutuhan yang sampai saat ini tidak pernah diketahuinya, kebutuhan untuk mencapai puncak.

Hingga rasa sakit yang menyengat tiba-tiba menyentakkannya ke alam sadar, Serena mengerang kesakitan, tubuhnya mengejang, dengan panik dicengkeramnya pundak Damian dan menggeleng-gelengkan kepala ketakutan atas usaha Damian untuk menyatu semakin dalam dengannya.

***


Dan ketika merasakan sesuatu yang menghalanginya, mendengar erangan Serena yang jelas-jelas kesakitan serta pandangan ketakutan yang membayangi mata Serena, Damian sadar bahwa semua prasangkanya itu salah, meski tetap tak bisa menjelaskan kenapa Serena dengan mudahnya menjual dirinya, tapi ini sudah menunjukkan bahwa Serena bukan wanita gampangan, Damian adalah lelaki pertamanya. Menyadari kesakitan yang mendera Serena, Damian mengalihkan perhatian Serena dengan cumbuannya dengan segenap keahliannya, rasa senang tak tertahankan membanjiri pikirannya ketika menyadari dirinya adalah lelaki pertama gadis itu.

A Romantic Story About Serena by Santhy AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang