Part 10

2.7K 95 0
                                    

Vanessa sedang duduk di ruang tamu rumahnya, merenung.
Ada yang mengganjal di pikirannya, terus mengganggu. Sesuatu yang diketahuinya sejakdulu tapi di lupakannya.
Sesuatu tentang Serena, dia merasa dia seharusnya mengetahui sesuatu tentang gadisitu, tapi apa?
Apa itu Vanesa ? Bukankah kau merasa sudah pernah mengenal gadis itu sebelumnya?Sebelum gadis itu bekerja di perusahaan ini ? Bukankah gadis itu terasa begitu familiar?



Dengan gelisah Vanessa berdiri, melangkah ke depan lemari putih yang terpajangrapi di ruang tamunya....
Sebenarnya dia punya firasat Serena berhubungan dengan masa lalunya, masa lalu yangingin dilupakannya, karena terlalu pedih untuk diingatnya.
Kenangan tentang almarhum suaminya, Alfian.....
Dengan gemetar Vanesa membuka laci lemari putih itu, lalu mengeluarkan sebuahkotak putih yang tidak pernah disentuhnya sejak dua tahun lalu.
Hati-hati dibukanya kotak itu dan dikeluarkannya isinya, sebuah map tebal berisiberkas-berkas.
Vanessa duduk, menarik napas panjang dan membuka map itu, isinya adalah kliping,potongan berita-berita tentang tragedi dua tahun lalu.
Tragedi kecelakaan beruntun di jalan tol yang menewaskan Alfian suaminya.
Saat itu, dalam kesedihannya, Vanessa mengumpulkan semua berita yang memuattentang tragedi itu, menjadikannya satu di dalam satu map besar, memasukkannya ke kotak, dan menyimpannya, menyimpannya bersama segenap kepedihan yang diarasakan.
Sekarang dia membuka lagi kotak kepedihan itu, hatinya terasa nyeri, tangannyagemetar ketika membuka halaman demi halaman. Potongan artikel itu.
Sampai kemudian dia menemukan apa yang dia cari.
Gambar sosok itu persis sama, meski terlihat muda, rapuh dan remuk redam, itu Serenayang sama, di gambar artikel itu, dia sedang menunduk mengenakan pakaian serbahitam di ruang tunggu sebuah rumah sakit,
SELURUH KELUARGA TEWAS MENJADI KORBAN TABRAKAN BERUNTUN


Begitu judul artikel itu,
Disitu dijelaskan bagaimana Serena kehilangan kedua orang tuanya dan ditinggalkansebatang kara sendirian. Sedangkan tunangannya, seorang pengacara bernama RafiArdyansyah terbaring koma tak sadarkan diri.
Tunangan??? Koma???



Vanesa membaca artikel itu dengan teliti, lalu mengamati background rumah sakitpada gambar artikel Serena itu.
Dia tahu rumah sakit ini karena pernah praktek lapangan disana beberapa tahun lalu.
Dengan segera dia menelephone rumah sakit itu, menggunakan berbagai koneksiprofesi dokternya untuk memperoleh info dari dokter- dokter yang dikenalnya, Vanessamencari informasi sebanyak-banyaknya,
dan pada akhirnya menemukan kebenaran.
Kebenaran yang pasti akan menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Bahkanmatanyapun berkaca-kaca karena terharu.
Tiba-tiba Vanessa teringat akan kata-kata Freddy ketika mereka makan siang bersama tadi, mengenai rencana lelaki itu untuk memberi Serena pelajaran....Malam ini.....
Oh Tuhan!!
Dengan segera, seolah tersadarkan, Vanessa segera meraih dompet dan kuncimobilnya,
Dia harus mencegah Freddy melakukan apapun rencananya untuk memberipelajaran pada Serena!!
Freddy sudah salah paham, dan apapun yang dilakukan lelaki itu, dia pasti akanmenyesal begitu mengetahui kenyataan yang sebenarnya!!
Vanessa harus mencegahnya sebelum terlambat!!
***
Tamu penting itu akhirnya pulang juga, beres sudah, semua berjalan sesuai keinginannya.
Damian mengacak rambutnya kesal,Kalau begitu kenapa dia tidak merasa lega?? Kau tahukenapaBisik suara hatinya,



Ah ya, aku tahu kenapa. Damianmengakuinya.
Serena.
Cukup satu nama yang mewakili segalanya. Satu nama yang sedari tadimenghantui pikirannya.
Dia masih marah pada Serena, marah besar. Tapi bahkan meskipun dia marah, dia takingin membuat Serena sedih dengan kemarahannya.
Sungguh ironis.
Damian tersenyum sinis, menertawakan dirinya sendiri.
Tanpa terasa , gadis itu, Serena telah menjadi harta yang begitu berharga untuknya.
Tidak pernah dia secemas itu untuk siapapun, seperti yang dia lakukan untukSerena kemarin malam,
Akuilah Damian, kau menyayangi gadis itu.
Suara hatinya menekannya lagi. Dan Damian tidak membantahnya, dia sudah terlalulelah membantahnya.
Gadis itu dengan sifat polos, jujur dan kekanak-kanakannya telah menyentuh sisi hatinya yang tidak pernah diijinkan tersentuh oleh siapapun.
Ah ya, Serena pasti sudah menunggunya di ruangannya. Tamu penting yang datang mendadak ini membuatnya terpaksa menghubungi Freddy agar menunggu diruangannya kalau-kalau Serena datang.
Membayangkan Serena sedang menunggunya membuat Damian tergesamelangkah menaiki lift, menuju lantai pribadinya.
Dengan tenang dia membuka pintu ruangannya.
Pemandangan di depannya adalah pemandangan yang tidak disangkanya sekaliguspemandangan yang paling tidak disukainya.
Freddy sedang berdiri menekan Serena ke tembok, memeluknya erat-erat danmenciumnya, tubuh Serena yang mungil tenggelam dalam pelukannya.



Ketika menyadari pintu terbuka, Freddy mengangkat kepalanya, dan menatapDamian yang terpaku di pintu, membeku seperti batu.
"Oh, hai Damian," Freddy tersenyum, mengusap bibirnya yang sedikit bengkak karenaberciuman dengan kasar, "Aku menawar gadismu ini dengan harga beberapa juta, dandia bersedia menemaniku selama beberapa jam, boleh kan?"
Serena yang masih berada dalam cengkeraman Freddy menjadi pucat pasi mendengarfitnah Freddy yang begitu kejam.
Damian tidak akan percaya kata-kata Freddy kan? Damian tidak akan percaya kan?
Tapi ekspresi Damian begitu susah dibaca, lelaki itu seperti membeku.
"Dan kau tahu Damian, kau memang benar- benar tidak rugi", Freddy menyambung,menyeringai menghina kepada Serena, "Ciumannya lumayan WOW"
"Tidak!!!", Serena akhirnya berhasil bersuara, mencoba membantah kata-kataDamian, "Tidak!!! Ya Tuhan!! Damian!!!!"
Suara Serena berubah menjadi jeritan ketika dengan secepat kilat tanpa di duga- duga,Damian menerjang Freddy.
Menarik laki-laki itu dengan kasar dari Serena, lalu menyarangkan pukulan keras dirahang Freddy, kemudian di perutnya sampai Freddy terbungkuk-bungkuk menahansakit,
Tetapi Damian masih belum puas. Dia menyarangkan lagi pukulan telak bertubi- tubi ke semua bagian tubuh Freddy, tanpa memberi Freddy kesempatan melawan,
"Damian!!! Stop!! Kumohon!! Kau bisa membunuhnya!!", Serena berteriak panik ketikaDamian menghajar Freddy seperti kesetanan.
Dan terus menghajarnya, terus tanpa henti tidak peduli Freddy sudah terkulai tanpamemberikan perlawanan. Aura membunuh memancar dari mata Damian, menakutkan.
"Damian!!!", Serena menjerit sekuat tenaga, berusaha mengembalikan akal sehatlelaki itu.


Kali ini berhasil, Damian berhenti. Matanya nyalang, napasnya terengah-engah.
Sedangkan kondisi Freddy sungguh mengenaskan, lelaki itu berbaring tak berdaya,wajahnya penuh darah, mungkin hidungnya patah. Dan sepertinya dia tidak sadarkandiri.
"Astaga."
sebuah suara tercekat yang berasal dari pintu membuat Serena dan Damian menolehbersamaan, Vanessa berdiri di sana, pucat pasi.
Seolah disadarkan, Damian langsung berdiri, menghampiri Serena dengan bara kemarahan yang membuat Serena beringsut menjauh.
Lelaki itu tidak peduli, dengan kasar dia menarik lengan Serena, setengah menyeretnyakeluar ruangan.
"Sakit Damian", Serena merintih karena perlakuan kasar Damian, tetapi lelaki itu tidakpeduli, seolah tidak mendengar apa yang diserukan Serena.
Vanessa berusaha menghentikan langkah Damian,
"Damian, kau harus mendengar penjelasanku, semua ini......"
"Diam!!!", teriakan Damian yang menggelegar membuat suara Vanessa tertelan kembali," Kau urus saja bajingan disana itu sebelum dia mati kehabisan darah!! Danbegitu dia sadar, katakan padanya bahwa dia dipecat!!"
Damian menggeram marah sambil menyeret Serena menaiki lift.meninggalkan Vanessa yang masih berdiri terpaku, bingung.***
"Damian! Semua yang Freddy katakan itu bohong!", Serena berusaha menjelaskan ketikamereka sampai di apartemen, dan lelaki itu masih menggelandangnya dengan kasar.
Tubuh Serena dihempaskan dengan sangat kasar ke tempat tidur.
"Dia bohong Damian...", Serena tersengal, putus asa mencoba meyakinkanDamian.


"Freddy tidak pernah berbohong padaku", jawab Damian datar, tangannya bergerakmembuka kancing bajunya."Dia bohong...Percayalah", air mata mulai mengalir di sudut mata Serena. "Tidakada untungnya baginya berbohong padaku.""Ada!!!", jerit Serena, "Dia membenciku, dia ingin menyingkirkanku....""Wah...Kau pikir kau seberharga itu? Kau tidak lebih dari pelacur kecil dengan tampilantanpa dosa....Berapa dia membayarmu untuk sebuah ciuman hah?! Sepuluh juta?? Duapuluh juta?? Kau pikir kau bisa mendapatkan uang keuntungan dari kami berdua ya??""Kumohon Damian, kau tahu dia berbohong....Kumohon...Kumohon...Percayalahpadaku...", Serena mulai panik ketika Damian melepas kemejanya, "Ke... Kenapa kaumelepas pakaianmu?"Dengan takut Serena beringsut di ranjang mencoba sejauh mungkin dariDamian."Yah...Aku sudah pernah bilang kan?", lelaki itu tersenyum kejam sambil mulai melepas ikat pinggangnya, tatapan matanya tak lepas dari Serena yang meringkuk ketakutanseperti sekor mangsa yang menghadapi predator kejam."Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur!", desis Damian penuh penghinaan.

A Romantic Story About Serena by Santhy AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang