01 | R h e a

1.1K 145 9
                                    

01
Rhea

Hai! Nama aku Rhea Damara Argani, biasa dipanggil Rhea atau Rhe. Umurku 16 tahun, kelas 2 SMA 79 Jakarta. Ciri-ciri? Rambutku warna cokelat tua, mataku juga warna cokelat tua, tinggiku 157 cm, ukuran kakiku-

"Rhea!!!"

Spontan aku menarik selimut yang sudah sampai di pinggangku itu ke atas untuk kembali menutupi seluruh tubuhku dan kembali bergelut dengan gulingku.

Beberapa menit kemudian, aku bisa mendengar suara langkah kaki mendekat dan pintu kamar terbuka.

"Rhea!!!"

Selimutku pun ditarik dengan paksa. Meninggalkan aku dan baju tidur bercorak panda di atas tempat tidur. Kemudian, aku mendengar suara tirai jendela dibuka dan untuk membenarkan hal itu, cahaya matahari masuk tepat ke arah wajahku.

"Rhea!"

"Iya, Mama. Udah bangun."

"Cepet mandi."

Aku berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat diriku dari tempat favoritku itu dan menyeret kedua kakiku ke kamar mandi.

Sikat gigi. Mandi. Seragam. Kuncir rambut. Tas. Kacamata.

Mengecek semua buku paket, buku tulis, tempat pensil, dan handphone-ku sudah di dalam tas, aku berlari kecil menuruni tangga.

"Mama!"

"Di meja makan!"

Rumahku sederhana. Dua tingkat. Lantai satu ada ruang tamu, ruang makan sekaligus dapur, satu kamar mandi, dan kamar tidur orang tuaku. Lantai dua ada dua kamar, satu kamarku, satunya lagi kamar tamu, dan satu kamar mandi.

"Sarapan apa, Ma?"

Aku menaruh tasku di salah satu tempat duduk dari empat kursi yang mengitari meja makan persegi empat itu, kemudian duduk di kursi kosong dekatnya.

"Masih ada kue pisang kesukaan kamu. Mau itu?"

Aku mengangguk sebagai respon. Mama memberikanku piring kosong juga garpu dan mengeluarkan seloyang kue yang sudah termakan setengahnya dari kulkas.

"Mama bakal pulang malem hari ini. Kamu nggak apa-apa kan? Nggak perlu apa-apa?"

Orang tuaku super sibuk. Ayahku wiraswasta dan hampir tidak pulang ke rumah kalau hari kerja, sedangkan Mama pegawai negri di sebuah kantor di Jakarta dan sering ada meeting sampai malam. Jadi, sendiri di rumah buatku adalah suatu hal yang sangat biasa.

Sambil menikmati rasa kue pisang di mulutku, aku menggelengkan kepala.

"Ok. Ayo Mama anter ke sekolah."

Mama memakai blazer hitamnya, mengambil kunci mobil, dan seperti biasa melupakan tas tangannya. Se-la-lu.

Aku mengambil tas kantor Mama di atas meja makan juga tasku di kursi, lalu berjalan keluar rumah. Tidak lupa, aku mengunci pintu dengan kunci milikku. Setiap anggota keluarga harus punya.

Sekarang, kita mulai hitungannya.
1, 2, 3, ...

"Rhea! Tas Mama ketinggalan!"

BINGO.

Lagi dan lagi aku hanya memutar bola mataku terhadap kelakuannya, lalu mengangkat tangan kananku untuk menunjukkan bahwa tasnya ada padaku.

"Makasih sayang."

Masuk ke dalam mobil, aku langsung spontan menyalakan radio -prambors- dan menaruh tas kami di kursi belakang yang hanya ada beberapa berkas kantor Mama. Ayah sudah berangkat pagi sekali saat aku masih tidur.
Itu juga hal biasa.

Aku memfokuskan pandanganku ke jalan di depan.

Ah. Hari pertama sekolah.

Dan yang ada di pikiranku,

Aku lupa bawa botol minumku ke sekolah.

Atlas At LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang