08
BasketSatu bulan sudah setelah hari pertama masuk sekolah. Hari ini, Jum'at, Vio mengajakku untuk menonton pertandingan basket antar SMA yang setiap tahun diadakan.
Ini akan menjadi pertandingan basket pertama sekolah kami melawan SMA lain. Sekolah kami berhasil masuk ke babak 16 besar turnamen, yaitu dimulainya babak penyisihan.
Satu hal yang membuat sekolah kami dikenal adalah tim basketnya yang brilian. Tahun lalu, sekolah ini hanya sampai semifinal dan itu membuat seluruh murid kecewa, terutama pelatih tim basket kami.
Well, bagiku, Atlas bermain sangat bagus di bawah pimpinan Kak Rian (kapten basket sebelumnya). Dia berhasil mencetak poin terbanyak dan dipilih sebagai MVP*, walau akhirnya harus menerima kekalahan dan aku tidak akan pernah bisa lupa wajah Atlas hari itu. Sedih bercampur kesal.
"Jadi, siapa lawan kita hari ini?" Tanyaku sambil memasukkan barang-barang di meja ke dalam tas. Aku dan Vio masih di dalam kelas, bersiap untuk pergi.
"SMA 17."
"Hm... mereka bagus?"
"Lumayan sih katanya. Tapi, kita pasti menang! Kan ada Mr.Perfect." Sebutan Vio untuk Atlas.
"Iya, kita pasti menang."
Harus menang.
Aku dan Vio berjalan keluar sekolah dan mencari angkot untuk berangkat ke GOR. Banyak murid yang juga sedang menunggu kendaraan di gerbang depan sekolah. Aku mengamati banyak gadis yang terlihat bersemangat ingin menonton basket dan aku tau persis alasan mereka.
Tiba-tiba mataku menangkap sesosok gadis dengan rambut hitam pendeknya berdiri di sisi kanan gerbang.
"Sarah!" Panggilku.
Perempuan itu pun menoleh dengan tangan penuh kanvas dipeluk di dadanya. Aku berjalan ke arahnya diikuti Vio.
"Hai, Rhe."
"Kamu mau nonton basket juga?"
"Nggak kok, lagi nunggu jemputan."
"Oh... Aku kira mau nonton."
"Kamu nonton?" Tanyanya.
Aku mengangguk.
"Pastilah ya. Kan ada si itu." Sarah tertawa kecil diikuti oleh Vio.
"Siapa?" Aku pura-pura tidak mengerti apa yang dimaksud olehnya.
"At-" Aku segera menutup mulut Sarah dengan tanganku.
Selain Vio, satu orang lagi yang tau aku suka Atlas adalah Sarah. Sejujurnya, aku tidak pernah memberitahunya, tapi dia tau dengan sendirinya, karena dia melihat aku sering curi-curi pandang ke Atlas saat ekskul. Aku tidak punya argumen lain selain mengakuinya.
"Eh, itu jemputanku. Duluan ya!"
"Kapan-kapan nonton basket bareng kita ya!" Teriakku pada Sarah yang dibalas dengan gestur tangan 'ok'.
Dari sudut mataku, aku bisa melihat angkot berwarna putih mendekat.
"Tuh angkotnya!"
"Yuk!"
Vio masuk terlebih dahulu ke dalam, aku setelahnya.
Sepuluh menit perjalanan, kami sampai di depan GOR basket yang sudah dipenuhi murid-murid dari sekolah kami maupun sekolah lawan.
"Yuk masuk!" Vio menarik tanganku ke arah pintu masuk.
Hall Basket sudah dipenuhi oleh penonton dan para pemain yang terlihat sedang berdiskusi dengan pelatih masing-masing di lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas At Last
Romance"Karena kamu sempurna dan aku tau kalo kamu berhak dapet seseorang yang jauh lebih baik dari aku. Tapi Rhe, aku egois." Jelas lelaki itu. "Maksud kamu?" Tanya perempuan yang sedang duduk di hadapannya. "Aku ini egois karena aku nggak mau kamu pergi...