20 | A y a h

186 10 4
                                    

20
Ayah

Pagi itu aku terbangun dengan sebuah post-it kuning berbentuk bintang milikku di dahi. Pasti Atlas. Aku tersenyum sendiri mengingatnya. Kapan dia pergi? Apa orang tuaku melihatnya? Mengabaikan semua pertanyaan itu, aku mengambil kertas itu dan membacanya.

Karnaval. Aku jemput jam 10.

Karnaval? Hari ini- Oh! Aku ingat! Vio sudah dari hari Kamis memaksaku pergi dengannya ke Karnaval. Sudah pasti aku menolaknya. Kalian tau aku tidak begitu suka keramaian.

Tapi ini Atlas. Hal ini membuatku mempertimbangkan ulang. Dan sekarang aku jadi sangat ingin pergi ke Karnaval.

Aku melirik jam di meja samping tempat tidurku. 08.17. Waktunya untuk sarapan kemudian aku bisa bersiap-siap. God! Aku sangat menantikan ini!

Apa hanya aku dan Atlas saja berdua?
Aku harus memberi tahu Vio, karena aku merasa tidak enak padanya sudah menolak dan sekarang aku akhirnya pergi. Aku juga akan memberitahunya bahwa Atlas yang mengajakku. Segera aku ambil handphone-ku dan mengirim teks padanya.

Rhea
Vioooooo, aku hari ini pergi ke Karnaval sama Atlas.

Vio
Ih! Kalo aku yang ngajak nggak mau :(

Rhea
Hehe kamu jadi pergi juga?

Vio
Iya donggg! Diajak Rafi :)

Rhea
CIEEEEE, jadi udah jalan berdua sekarang?

Vio
Kamu juga kaliiii. Jadi nanti ketemu di Karnaval?

Rhea
Siapppp

Keluar dari kamar, aku berlari menuruni tangga dan segera menuju ke dapur. Aku disambut oleh Mama yang sedang memasak sesuatu -aku harap itu waffles- dan Ayah yang sedang membaca koran dengan kopi hitam kesukaannya di atas meja.

Semua terlihat normal. Mungkin Atlas bangun lebih pagi dari yang kukira.

"Jangan lari-lari." Tegas Mama saat aku berjalan ke arah meja makan.

"Masak apa Ma?" Tanyaku antusias karena sudah lapar.

"Waffle favorit kamu." Jawab Mama membuat senyumku melebar.

"Yes! Aku mau ambil maple syrup." Sahutku menuju ke kulkas untuk mengambil sirup favoritku itu.

"Hari ini Ayah sama Mama mau ke rumah nenek, kamu mau ikut?" Tanya Ayahku.

"Um... aku udah ada janji sama temen." Kataku kembali ke meja makan menunggu waffle tersebut jadi.

"Vio?" Tanya Ayahku lagi.

"Bukan. Atlas." Tidak ada gunanya aku berbohong. Nanti juga orang tuaku akan tau.

"Atlas Abiputra?" Tanya Mamaku sambil memindahkan waffles yang dibuatnya ke piring kosong.

"Yep. Mama kenal?" Mendengar nama belakang Atlas keluar dari mulut Mama, spontan aku bertanya.

"Cowok yang rumahnya di kompleks ini juga kan? Yang besar?" Yakin Mama sambil mengingat-ingat. Aku mengangguk menjawab pertanyaan itu.

"Pacar kamu?" Goda Mama.

"Bukan." Jawabku dengan cepat.

"Tapi jalannya cuma berdua? Cieeee." Sahut Mama meledekku sambil menaruh waffle di piringku.

Atlas At LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang