07 | P u l a n g

472 125 1
                                    

07
Pulang

"Vi, udah jam 5. Aku mau pulang ya. Takut sampe rumah kemaleman. Nanti kena marah Mama." Aku berkata pada Violet setelah melirik jam tanganku.

Orang tuaku menetapkan maksimal waktu pulang untukku, yaitu jam 6, paling lambat jam 7 sudah harus sampai di rumah.

Aku, Vio, Atlas, dan juga Rafi sedang berada di dalam Toy's City. Toko mainan. Tidak ada salahnya kan mau melihat mainan? Ini merupakan toko favoritku waktu kecil membeli boneka bayi yang sampai sekarang masih setia menemaniku di tempat tidur. Aku juga pernah dibelikan tamagochi di sini. Tapi, mainan kesukaanku sekarang adalah monopoly, aku dan Mama sering main itu kalau ada waktu luang di rumah.

"Pulang sendiri?" Tanya Violet masih melihat-lihat rak boneka barbie untuk diberikan kepada adik perempuannya.

Aku pernah bertemu adik perempuan Vio satu kali saat kita mendapat tugas memasak di kelas 10. Namanya Oliv. Vio dan Oliv. Kreatif.

"Yup. Naik taksi."

"Mau bareng aku? Aku dijemput Mama, nanti nganter ke rumah kamu dulu." Saran Vio.

Walaupun, idenya sangat sangat menggoda, tapi aku tidak bisa. Aku tidak akan merepotkan siapapun.

"Nggak usah. Kita kan beda arah."

"Serius?"

"Iya. Makasih tawarannya."

"Oke. Hati-hati Rhe." Violet memelukku.

"Kamu juga. Aku cari Atlas sama Rafi dulu." Aku membalas pelukannya.

Aku berjalan menelusuri rak-rak mainan sebelum akhirnya menemukan Atlas sedang melihat rak mobil mainan. Mengambil waktuku untuk berjalan ke arahnya, aku mengamati Atlas. Ia memakai jeans hitam,
t-shirt putih, dan jaket ditambah rambut hitamnya yang berantakan. Perfect. Dia memang selalu terlihat tampan tanpa harus berusaha.

"Atlas." Aku menyentuh pundaknya untuk mendapatkan perhatian.

"Oi. Kenapa Rhe?" Ia membalikkan badannya menghadapku.

"Ah, aku cuma mau bilang kalo aku mau pulang. Udah jam 5. Rafi mana?"

Atlas melirik jam tangannya sejenak.

"Aku anter. Aku juga mau pulang."

"Hm?" Aku harus memastikannya sekali lagi, karena masih terkejut dengan kata-kata itu.

"Aku anter. Aku bawa mobil."

"Nggak usah. Aku naik taksi."

"Nggak aman, Rhea. Lagian aku juga emang mau pulang dan kita searah."

Aku dan Atlas tinggal di kompleks perumahan yang sama. Aku sering melihatnya main basket setiap hari Minggu saat aku memutuskan untuk jalan pagi. Selama ini aku kira dia tidak tau kalau kita satu kompleks dan ternyata aku salah.

"O-Oke."

"Ayo."

Atlas menuntunku ke tempat Rafi berada, juga Violet untuk menginfokan kalau dia akan mengantarku pulang. Di sudut mataku aku bisa melihat kalau Violet minta cerita penuhnya nanti malam.

Aku mengikuti Atlas keluar dari toko kemudian turun eskalator. Sesampainya di lantai 1, Atlas tiba-tiba mengambil kantong buku dari gramedia milikku dan membawanya.

"Makasih."

Dia hanya tersenyum dan terus berjalan ke arah tempat parkir. Ke mobilnya.

"Wow." Kata pertama yang keluar dari mulutku saat melihat mobil BMW hitam milik Atlas.

"Ayo masuk." Atlas menaruh bukuku di kursi belakang yang kosong, kecuali bola basket. Atlas tidak pernah bisa lepas dari basket.

"Aku aman kan?" Tanyaku sedikit bercanda dengan Atlas.

"Aku penyetir terbaik dunia." Jawabnya sambil tertawa pelan.

"Mhm." Gumamku sebelum membuka pintu kursi penumpang. Ego cowok ini terlalu tinggi.

"Nggak percaya?" Dia pun duduk di kursi penyetir dan mengunci pintu.

"Percaya kok percaya." Aku mengenakan sabuk pengaman, begitu juga dengan Atlas.

"Well, let's get you home, Princess."

Atlas pun menyetir mobilnya keluar dari tempat parkir.

Atlas At LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang