part 12

10 1 0
                                    


Dibalik kursi kemudi, anfal masih mengingat dengan jelas bagimana wajah teduh rin khawatir. bagaimana wajah itu merah menahan marah, bagaimana wajah itu tersenyum lebar hingga membuat dada anfal bergemuruh  dan tak kuasa menghentikan senyumnya sekarang.

Anfal melajukan mobilnya kembali. Ia berdecak heran. Mengikuti seorang wanita bukanlah gayanya selama ini. ia adalah seorang anfal widjaja. dan seorang anfal widjaja tidak pernah membuntuti wanita untuk tahu kediamannya.

Untuk pertama kalinya, seorang anfal widjaja kesulitan mendefinisikan mengapa ia menjadi sangat tertarik mengetahui kehidupan seseorang.

***
Setelah mempertimbangkan cukup lama, bu elsa akhirnya menyetujui permohonan rin atas perubahan jam kerjanya di French food. Rin memilih menjadi pekerja part time sekarang. jadwalnya berubah dari setiap hari menjadi senin sampai kamis saja. sekarang, ia memilih lebiih focus ke kuliah daripada mencari uang.

Setelah menemui bu elsa, rin kembali ke dapur. Menjalani pekerjaan seperti biasanya.

“ rin, yang ini di vip no 3 ya”
Rin bergegas mengambil nampan berisi pesanan pelanggan. keberadaan Pelanggan yang ramai membuat para pelayan harus cekatan. Memasuki ruang VIP, rin menuju meja tujuannya.

Ia menelan ludah.

Mendapati anfal duduk sendirian di meja yang di tujunya. Rin meletakkan nampannya hati-hati, bersyukur pria itu masih focus dengan ponselnya. Bukan apa-apa,  ia merasa canggung harus bersikap bagaimana dengan orang yang sudah mematahkan tangan kanannya.

Rin berlalu begitu saja meninggalkan anfal yang terlalu focus dengan ponsel.

Anfal menyesap kopi, lalu menghapus kembali pesan yang baru saja ia ketik.

“ aku harus gimana rin? senyummu membuat aku tidak bisa tidur semalaman. menjadikan aku penasaran semua tentangmu. Tapi kenapa informasi itu harus susah sekali aku dapatkan? Bahkan akun social mediamu tidak memberikan apa apa.”
Membiarkan orang kepercayaanku mengetahui lebih dulu tentangmu membuat aku seperti menghianati ketertarikanku padamu. Itu menghianati diriku sendiri. batinnya.

Anfal mendengus frustrasi. “ kapan kita bertemu lagi? aku benar-benar ingin tahu semuanya tentang kamu, rin. “

***
hari jum’at pertama untuk rin bebas menghabiskan waktu lebih lama di kampus tanpa memikirkakan pekerjaan. tidak membuang-buang kesempatan, ia sudah berada di kursi taman masjid fakultas. Tempat yang dijadikan muroja’ah community, salah satu komunitas penghafal al-qur’an di kampus yang diadakan setiap hari jum’at.

“ huruf ha kecilnya belum sempurna rin, ulangi lagi. bunyi suarnya kayak orang kepedasan.”
Lagi dan lagi rin menyempurnakan penyebutan beberapa makhorijul huruf hijaiyah. Mengulanginya berkali kali. Ukthy dewi begitu sabar mengajari rin dari tidak ada yang benar sama sekali sampai keseluruhan makhorijul huruf hijaiyah mendekati sempurna seperti saat ini. rin patut berterimakasih sebanyak-banyaknya dengan ukthy dewi yang ikhlas membantunya mengisi kekosongan hati yang ia rasakan selama ini.

Ia bersyukur kepada allah. Dulu hatinya seringkali berubah ubah, banyak perasaan yang dirasakannya. Tapi tidak ada yang benar-benar kuat untuk menenangkan. Tidak ada yang bertahan lama. Berganti-ganti begitu saja. berlalu tiba-tiba. Sering sekali mengambang, sering sekali kosong. hingga rin tahu kenapa.

tidak merealisasikan perintah-Nya dengan sempurna dan sering sekali melakukan larangan-Nya menyebabkan titik titik hitam mulai bermunculan, menumpuk sampai hati menjadi kotor, lalu kepayahan selalu didapatkan. Kehidupan baik tidak berminat singgah ditempat yang tidak bersih.

Rin tahu sekarang, rin tahu. Hanya cahaya ketaqwaan yang mampu membersihkan titik hitam itu.

Dan itulah yang rin lakukan sekarang. ia kini percaya, tidak ada yang lebih menyenangkan dari apapun yang mengisi hati dan pikiran kecuali kalam allah.

Karena dengan mengingat allah, hati menjadi tentram.

****
Dimas memasuki kelas. Mahasiswa yang ada di kelas menghela nafas senang, bersyukur mereka bukanlah orang yang mendapatkan paket special dimas.

tepat 6 menit dimas duduk di kursi kebesarnnya di kelas, haman muncul di depan pintu.
Penampilannya terlihat kusut sekali. Rambutnya tidak di beri gel rambut, bajunya tidak di gosok. Tali sepatuny di ikat asal-asalan. Terlihat sekali terburu buru dari rumah. Dimas hanya melirik, lalu membuka laptopnya dan menyiapkan proyektor kemudian berucap tanpa mengarahkan pandangan kearah pintu.

“ kamu terlambat 6 menit satu detik. Silahkan tutup pintu dari luar. jangan lupa nanti siang berikan resume dari tiga pembahasan materi di tiga pertemuan kedepan.”

haman menutup pintu mematuhi, Ia sempat manggut-manggut dengan bahasa derah yang hanya dia sendiri yang tahu artinya. Saat ia membalik, tali sepatunya membuat suasana di kelas berbalik 180 derajat hingga gelak tawa menguar sempurna ke udara. Rin mengabaikan keadaan sekitar dan mengambil kembali pena didalam tasnya, melanjutkan kegiatannya kembali karena tidak ada hal lucu yang patut di tertawakan.

Pelajaran kembali di lanjutkan, dimas mulai memberikan sayembara yang menjaadi ciri khasnya, menampilkan soal soal  dan menghadiahi siapa saja yang menyelesaikan dengn benar.

Membuat mahasiswanya memijit dahi berkali-kali. Tepat ketika rin selesai menulis jawaban terakhir di buku alla, krena alla yang notabennya duduk disebelahnya meminta rin mengerjakan bersama. Alih-alih bersama, ala hanya melihat jari-jari tangan rin yang mencoret sebaris demi sebaris buku alla. Setelah selesai sempurna, Alla mengambil alih bukunya.

Awalnya alla mengatakan ia butuh sedikit waktu untuk menganalisis kembali bagaimana cara penyelesaian akhir soal dari mata kuliah yang paling susah menurutnya ini. namun ketika alla mengangkat tangan dan berjalan kedepan, niat awalnya rupanya sudah berubah menjadi jawaban rin yang ia salin di papan tulis dan menjelaskan kepada teman-temnnnya mengenai apa yang barusaja ia tuliskan seolah ialah yang telah menyelesaikan jawaban dengan sempurna. Menjadikan tepuk tangan meriah ia dapatkan Karena telah menyelesaikan 10 soal yang satupun belum terjawabkan oleh teman sekelasnya. Alla tersenyum. sejatinya alla bukan mahasiswa yang bodoh, ia hanya kebingungan dengan rumus mana yang akan di gunakan.

Rin jelas terkejut di  buatnya. Namun menjatuhkan alla ke dasar bumi dengan mengatakan jawaban itu miliknya bukanlah pilihan yang tepat. Untuk menyadarkan orng lain dari kesalahannya, jelas ada cara yang lebih elegan untuk dilakukan.

Dan kenyataan hal baik itu selalu di peringkat atas benar adanya.
Karena dimas yang menjadikan rin sebagai objek utama di kelas ini jelas tahu kepada siapa ia seharusnya menjatuhkan nilai.

Dimas mengarahkan pandangan kearah rin sekali lagi. dengn tatapan yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Kagum.

****

OKSIGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang