part 10

7 1 0
                                    


Senin. Sebelumnya tidak ada yang berbeda dengan hari hari biasanya. jadwal sudah di set sempurna sejak dua bulan yang lalu. Dan sama seperti hari lainnya, tidak ada yang tidak di jalani, tidak ada keterlambatan, tidak ada yang terlewatkan. Semua sempurna di lakukan rin.

Namun entah karena peresmian French food sebagai salah satu restoran naungan WJ group yang baru selesai jam 23.00 wib semalam, sepertinya Tubuh rin terlewat lelah. hingga rin lupa mengisi bensin motornya kemarin.

ia mengusap kedua wajahnya, sekarang sudah jam 06.50 wib. Rin kelimpungan memikirkan apa yang bisa mengantarnya kekampus tanpa terlambat di pagi ini. Naik bus sudah tidak mungkin, rin berkali kali melihat jam di tangannya, bus sudah berangkat 15 menit yang lalu. Minta di jemput teman? Itu hal terkonyol yang akan terwujud di pagi senin. Namun ia tetap mencoba, tapi keempat temannya tidak mengangkat telpon berkali-kalinya. Rin tahu ia melakukan hal konyol barusan.

Hingga kedatangan ojek online yang ia pesan sejak setengah jam yang lalu membuatnya menghela nafas lega.

Namun pagi ini rin sedang tidak beruntung rupanya, harapan sampai di kelas sebelum perkuliahan di mulai karena menggunakan ojek online dibantahkan dengan macet parah. Menghirup oksigen pagi dalam-dalam, rin mengusap kedua wajahnya. Paket special dari pak dimas akan ia terima pagi ini.

***
“ kenapa?”

“ saya terlambat, pak.”

“ lalu?”

Rin menelan ludah.

dimas tidak langsung memberikan paket special seperti mutia minggu lalu. Tidak ada ekspresi di wajah dimas. Datar sekali. dimas juga tidak menyilahkan rin masuk atau menutup pintu dari luar. Rin dibiarkan begitu saja. Ia jadi kikuk. Teman-temanya sudah menahan tawa. Rin bigung harus bagaimana.

Dimas melirik jam di pergelangan tangannya. “ kamu terlambat 4 menit.”

Rin mengangguk dari luar kelas. Hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. dimas  memberi jeda yang cukup lama. Membuat rin merasa kecil. Berulangkali ia beristigfar dalam hati.

“jadi?”

rin mengernyit. “ jadi?”

“ kenapa kamu disana?” tawa sekelas pecah sempurna. Rin patut merasa malu. Namun mengingat D yang berkesempatan di kantongi membuatnya mengenyahkan malu seketika.

“ saya belum terlambat lewat dari 6 menit, pak. Saya siap menerima tugas.” Nilai D sebelum ujian adalah hal pertama yang tidak ingin rin dapatkan hari ini.
membayangkannya saja rin tidak mau.

“ kalau begitu kamu selesaikan saja semua soal latihan di pembahasan ke 8,9,dan 10. Kamu jangan coba-coba berbohong, saya ingat betul soalnya ada 150 soal. Dan berikan pada saya jawabannya setelah jam kuliah selesai.” Rin tercengang. ia terlampau syok mendapatkan paket spesialnya barusan.

Teman-teman sekalas rin menatapnya prihatin. Bagaimana tidak, hari ini saja mereka baru pertemuan ke 8. Paket dari dimas untuk mahasiswa terlambat memang terlampau special. kenyataan pahit itu harus rin telan sekarang.

“ silahkan tutup pintunya.” Rin menunduk, lalu menutup pintu kelasnya dari luar.

Mengutarakan protes percuma saja, mutia sudah melakukannya minggu kemarin. Dari apa yang mutia dapatkan, semua penghuni kelas tahu diri untuk tidak melakukan hal yang sama seperti mutia.

Teman sekelasnya masih mengarahkan pandangan pada pintu kaca tersebut, sampai banyangan rin menghilang, mereka tidak menemukan bagaimana ekspresi terakhir rin.

***
Kelas pendidikan fisika semester tiga berada di gedung ahmad dahlan lantai tiga. Sedangkan perpustakaan fakultas berjarak dua gedung dari kelas tersebut. Waktu sudah berlalu dua jam. Rin harus mempercepat jalannya.

“ pak dimas udah keluar rin, sepuluh menit yang lalu.”

“ jadi gue harus gimana nih ?”

“ tenang dulu. tarik nafas. Lo keliatan kacau banget.” Itu andriani. Ia terkejut menemukan rin yang ngos-ngosan di depan pintu kelas. Rin mengikuti ucapan andriani hingga wujudnnya layak untuk dipandang.

“ temuin aja pak dimas di ruangannya, rin.” Ana ikut mengangguk membenarkan ucapan isra barusan. Pak dimas itu orang yang tidak suka keterlambatan. Tidak pandang bulu. Dosen yang paling tidak punya rasa kasihan. Semua tahu itu.

rin membalikkan tubuh.
“ semangat, rin.” Teriak ana. “ kalau lo berhasil, gue teraktir siomay nanti.” Ana memang sepengertian itu.

Beberapa menit telah berlalu. Di ruangan ber AC, rin  menyeka keringat didahinya. Matanya sedari tadi turun ke bawah, mencoret-coret kertas. Berusaha mencari penyelesaian dari 90 soal yang belum sempat dikerjakannya. Iya, yang namanya paket special memang special.

Apalagi jika dari dimas. harus diterima seluruhnya, tidak boleh setengah-setengah. dan hari itu juga!

Beruntung setelah perkuliahan kedua dengan bu rahmi, dosen fisika matematika 1 yang sangat  sangat gercep, baik hati, dan tentu saja dengan ketentuan normal seperti dosen lainnya, tiga hari tidak hadir baru berkesempatan mengantongi nilai yang tidak diinginkan mahasiswanya.

Karena informasi dari kosma bu rahmi tidak bisa hadir hari ini, Jadi tidak masalah rin berperang lagi. di ruangan dimas tentunya.

Dimas tidak akan memberikan kesempatan paket special untuk mahsiswa terlambatnya di bagikan ke mahasiswa lain.

Rin membolak-balik buku tebalnya, mengotak-atik ponsel mencari-cari di internet jika pembahasan di buku terlalu singkat dan tidak di mengertinya. Ia mencoret-coret kembali, mengisi satu persatu jawaban yang sudah di dapatkan. tidak mempedulikan kesunyian di ruang itu, mengabaikan dimas yang sudah berkali-kali pindah posisi dari duduk di kursi kerjanya, lalu mengangkat telpon di depan jedela, kemudian fokus dengan laptop, hingga keluar selama beberapa menit, kembali membawa roti dan memakannya sendiri di kursi kerjanya, rin tidak perduli dengan apa yang dimas lakukan.

rin mengabaikan kesunyian yang tercipta. Rin melupakan waktu yang sudah terlewatkan. Dan rin tidak sadar selama dimas berada di ruangan ini, wajah seriusnya adalah objek yang tidak pernah terlewatkan di mata dimas.

“ saya sudah selesai, pak. Ini lengkap 150 jawaban soalnya.” Dimas menerimanya, lalu membolak-balik 30 kertas folio sampai di soal terakhir. Lengkap dan tidak ada salah yang berarti. dimas kemudian mendongak, kembali melihat rin.

Wajah serius itu masih sama, duduk diam  menunggu anggukan selesai dengan sorot mata yang sulit didefinisikan; lelah yang di tutup-tutupi,
dan…..

tidak ada kekesalan sama sekali disana.

***

OKSIGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang