part 14

10 1 0
                                    


Anfal terdiam. tidak bisa berkata-kata. Apa yang ia dapatkan barusan? seorang wanita mengabaikannya lagi? apa ia melakukan kesalahan kembali? Seperti vina yang memilih orang lain karena anfal terlalu cuek dan tidak pernah peka dengan vina. Hingga selanjutnya anfal merasa paling terpuruk ketika ditinggal nikah. tapi apa balasan yang ia dapatkan, yang barusan? Setelah anfal membuka hati, Ia dibaikan! Mau sampai sehancur apa hatinya nanti.

Anfal menoleh mengarahkan pandangannya pada rin yang mendekati halte. tidak ada tanda-tanda rin berniat berbalik untuk sekedar melihatnya. Pupil anfal melebar tidak percaya, ia adalah pratama anfal widjaja! semua orang tahu itu. tidak ada sejarahnya anfal mengejar-ngejar seorang wanita. Bahkan hubungannya dengan vinapun karena vina yang tidak gentar mengejarnya selama lima bulan hingga kemudian anfal merasa nyaman dengan keberadaanya.

Rin berdiri di halte. ia membaca jadwal keberangkatan bus dari stasiun awal. ini membuaut posisinya membelakangi jalan dan meghadap kearah anfal. Dari tempatnya, rin sekilas dapat melihat anfal yang masih berdiri disana. rin acuh saja, matanya menurun melihat jadwal keberangkatan bus yang cocok dengan waktu sekarang. wajah serius itu terekam jelas di otak anfal meski pandangannya sedikit kabur karena hujan.

Anfal melangkah. hatinya tidak masalah diabaikan tapi tidak dengan menyerah. Perasaanya terlalu kuat untuk melakukan itu.

Rin duduk diam di pojok kanan. Anfal duduk di pojok kiri. Berdua di halte membuat rin mernjadi canggung. Di tambah anfal tidak bicara apapun sejak kedatangannya. Tidak ada tolehan ataupun lirikan. Anfal langsung duduk lalu menyugar rambut hitamnya yang basah kuyub. Hujan mengiringi kesunyian diantara mereka.

Dua jam sudah. Bus belum datang. Hujan belum berhenti. Dan mereka juga belum berbicara.

Hujan terlihat awet sekali. Sementara waktu ashar sudah tiba sedari tadi. Anfal melirik jam anti air keluaran Negara paling metropolitan di dunia. “ kamu sholat?”

Rin terkesiap. Lumayan terkejut karena mereka sudah terlalu lama bersama, tapi tidak bersuara. Rin menoleh mendapati anfal dengan raut wajah yang biasa-biasa saja. Sepertinya anfal tidak tersinggung dengan ucapanya tadi. Syukurlah. Rin tidak bermaksud apa-apa. dia hanya mengatakan kebenarannya.

“ iya. “

Anfal berdiri sempurna menghadap kearah rin. “ ayo saya antar.”

Rin mendongak. Menatap bingung kearah anfal. “ gimana caranya? Tidak ada kendaraan disini. Dokter juga tidak bawa kendaraan kan? “ jawab rin. kalau anfal membawa mobilnya, tentu ia tidak akan menunggu sampai dua jam disini. Btin rin. Ponsel anfal juga mati. Rin sempat melihat anfal kesal karena ponselnya tak kunjung hidup. dengan ponsel yang mati tentu saja anfal tidak bisa menghubungi supirnya.

“ nama saya anfal, rin. bukan dokter.” Matanya menatap tajam kearah rin. Anfal benar benar tidak suka rin memanggilnya seperti itu. Khusus rin saja, tentunya.

“ maaf. dokter terlalu tua untuk saya panggil nama saja. Saya tidak enak. Saya panggil dokter saja ya. Panggil mas atau abang terasa aneh. Om apalagi. “ anfal tertawa. Benar-benar tertawa. Ia sampai memegang perutnya..Ia tidak menduga rin akan berucap seperti itu. itu terdengar lucu sekali di telinganya.

“ panggil saya anfal saja. kita tidak sedang berada di rumah sakit. saya rasa saya terlalu muda untuk di panggil om. Abang dan mas, saya tidak suka panggilan itu.”

Rin diam saja.

mempersingkat waktu, Anfal berucap kembali. “ ayo ikut saya. kita belum sholat"

Rin terlihat ragu. Anfal menoleh.“ kamu mau nunggu disini sampai ashar habis?” akhirnya rin ikut melangkah.

anfal melewati hujan lagi. mengingat rin yang suka hujan, artinya tidak masalah jika mereka melewati hujan kembali. Anfal menuju mobilnya yang berada di parkiran taman paling ujung.untuk kali ini, Ia memang pergi karena ingin sholat. Bukan sekedar jaim sok soleh di hadapan rin.

OKSIGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang