***
Pagi ini Marvel berjalan menuruni anak tangga dirumah nya dengan wajah yang berbinar senang. Melihat itu, Justin agak mendelik.
"Seneng banget kayaknya ? Gak sabar ketemu calon tunangan ?" Tanya Justin yang duduk di bangku sofa merapihkan isi tas nya.
Marvel berhenti. Lalu menoleh sinis pada Kokonya itu yang duduk tenang merapihkan isi tasnya.
Karena tak ada jawaban dari adiknya, Justin mengangkat wajah memandang adiknya. Justin menaikkan sebelah alis, "Lah, ngapa ?"
Marvel mendecak. Lalu berbelok kearah dapur yang terhubung langsung dengan ruang keluarga. Marvel meraih sebuah roti dan mengoleskannya dengan selai kacang.
"Adel minta jemput pagi ini, mangkanya gue seneng" jawab Marvel tenang lalu menggigit rotinya dan mengunyahnya dengan lahap.
Justin mendelik, lalu mendekat kearah Marvel dan ikut meraih roti, "masih pacaran ? Kok gak lo putusin aja ? Sebelum Adel tau tentang pertunangan lo sama Tania dari orang lain" ucap Justin sambil mengoleskan selai di rotinya lalu menggigitnya.
Marvel menghentikan kunyahannya "bukan urusan lo" ucap Marvel sinis lalu berjalan menuju keluar dari rumahnya.
Justin memandangi Marvel yang berjalan, "Vel," panggil Justin membuat Marvel menoleh sambil mendecak.
"Apasih ?"
"Koko gak bercanda. Pertunangan ini lebih penting dari hubungan lo sama Adel. Koko gak mau lo terlibat dalam kisah cinta yang rumit" ucap Justin lebih terlihat dewasa.
Marvel terkekeh sinis, "Lebay," Marvel menatap Justin tajam "kalo Koko bilang pertunangan ini lebih penting dari pada hubungan gue sama Adel, lebih baik Koko yang maju untuk tunangan. Karena bagi Marvel, hubungan Marvel dengan Adel yang lebih penting" ucap Marvel lalu berjalan keluar dari rumahnya dengan tenang sambil memainkan kunci motor di tangannya.
Justin yang mendengar ucapan pedas yang keluar langsung dari mulut adik kandungnya itu hanya bisa mengeraskan rahang mencoba untuk menahan amarah. Dia tidak bisa melawan ucapan Marvel tadi.
***
Marvel mengendarai motornya dengan fikiran yang tidak tenang. Pagi-pagi hatinya sudah terasa panas. Kokonya benar-benar membuatnya marah. Justin seharusnya tau kalo Marvel selama ini sangat menyayangi Adel, tapi mengapa saat seperti ini Justin tidak mau membantu Marvel lepas dari keputusan orang tua yang membahayakan hubungannya dengan Adel.
Hati Marvel masih terlalu lemah untuk mengatakan ini kepada Adel.
Ckiiiiitt.
Marvel mengerem motornya begitu saja, "heh ?! Lo gila ya ?!" Tanya Marvel masih menggunakan helm hitamnya. Dari rok yang dipakai orang didepannya itu Marvel tau, dia juga anak SMA Jalawiyata.
Gadis dengan jaket putih dan masker hitamnya itu hanya menoleh. Mata gadis itu terlihat sembab, seperti habis menangis semalaman.
Gadis itu tak menjawab. Lalu dengan tenang melangkah ke seberang jalan. Marvel mendelik kecil dari balik helmnya. Pemuda itu menyalakan mesin motornya, lalu mengarahkan motornya ke tepi jalan mengikuti arah dimana gadis bermasker itu berjalan lurus dipinggir trotoar.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You~ ✔
Teen FictionKetika sebuah hati yang telat memberikan kepastian tentang apakah benar yang ia rasakan dan sebuah hati yang sudah memberikan kepastian namun dijatuhkan begitu saja. - MARVEL - - TANIA -