2.3.kepikiran

55 26 1
                                    

.
Sudah seminggu sejak kejadian 'Marvel berubah', Adel jadi sering merenung. Adel selalu kepikiran sama hal itu. Chris selalu datang dan bilang kalau Marvel cuman ada masalah keluarga. Adel tau banget Marvel. Dia gak pernah gak cerita sama Adel kalau ada masalah sama keluarga nya.

Dan, Chris lagi-lagi bilang kalau mungkin Marvel lagi butuh waktu sendiri.

Adel hanya tersenyum miris. Ia tau kalau Chris sedang meyembunyikan sesuatu tentang Marvel. Karena sebesar apapun kemarahan Marvel saat itu, ia gak bisa nyembunyiin kalau Chris dan Marvel tuh kayak sayur tanpa garam. Gak bakal enak dan saling membutuhkan.

Adel berjalan merunduk di koridor sekolah pagi ini. Gadis itu berhenti sebentar untuk menarik nafas, mengehembuskannya perlahan setidaknya bebannya bisa berkurang pagi ini. Ia kembali berjalan, kini dengan pandang kedepan dan tubuh yang tegak. Ia harus bahagia hari ini.

"Ikut gue sekarang"

Adel berhenti, menoleh ke sumber suara dimana ia dapat melihat sosok yang ia rindukan selama ini.

Adel tersenyum, ingin maju namun terhenti kembali ketika ia meihat bagaimana sosok yang begitu ia rindukan itu menarik seorang gadis.

"Jangan macem-macem ya lo !" Bentak gadis itu sambil berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari pegangan pemuda itu.

Mereka berdua berjalan menuju ke daerah belakang lab fisika, di samping kamar mandi dimana tempat itu cukup sepi dan kamera CCTV tak mengarah kesana.

Jantung Adel berdetak sangat cepat. Tiba-tiba saja tubuhnya melemas, kakinya berat tapi ia paksakan berlari mengikuti dua orang itu. Ia berdiri di belakang pilar disana.

Dan tepat ketika ia mengintip, air matanya jatuh seketika.

*****

Marvel menarik paksa Tania menuju ke belakang lab Fisika. Tidak perduli dengan amukan gadis itu yang mencoba melepaskan diri dan beberapa pasang mata memperhatikan pergerakkan mereka yang memang jarang dilihat bersama.

Marvel mendorong tubuh Tania ke dinding didepannya. Membuat Tania mengaduh ketika punggungnya memang terbentur cukup keras.

Tania yang masih merunduk sambil meringis kesakitan itu lalu mendongak kaget ketika Marvel berjalan mendekatinya.

Mata Tania melebar begitu saja. Ntah mengapa pasokan oksigen di tempat itu habis seketika. Sudah tau tak ada oksigen, jantungnya tetap berdetak malah dengan ritme yang cukup cepat sekarang. Keringat rasanya keluar begitu saja di pelipisnya, mengalir turun dari pipi hingga menetes ke bawah ketika ia dapat melihat dengan sangat dekat pahatan wajah pemuda itu yang sempurna.

Marvel yang berdiri dekat dengan Tania ini lalu menoleh kanan kiri, memastikan tak ada satu pun orang disana. Marvel menatap lekat mata Tania, membuat gadis itu langsung menegak seperti tersetrum.

Tania berdehem mencoba menguasai diri meski sudah terlihat wajahnya merah padam sekarang,  "lo--lo mau ngapain ha ?! Gue bisa teriak sekarang juga kalau lo mau macem-macem sama gu--"

Marvel memajukan wajahnya, membuat Tania segera mengatupkan bibir tersentak, "Gue ? Mau macem-macem sama lo ?" Tanya Marvel lalu menatap keseluruhan wajah Tania, "gue gak nafsu sama lo" kata Marvel lalu menegakkan kembali tubuhnya, membuat Tania menghembuskan nafas merasa lega, "lagian, gue bukan cowo seperti yang lo fikirin"

Tania mendelik, "tau apa lo sama fikiran gue ha ?" Tanya Tania membuat Marvel kembali menatapnya, kini dengan dahi yang mengernyit, "asal lo tau ya, yang ada di fikiran gue tuh cowo cowo keren dan gak manja. Kalau menurut lo, lo bukan seperti yang gue fikirin berarti lo adalah cowo manja yang-"

If You~ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang