GUNUNG MAS

11 0 0
                                    

Sebentar lagi aku akan demisioner sebagai OSIS setelah satu periode menjabat sebagai Bendahara I. Jabatan itu sebagai amanah yang ku pegang. Sebenarnya aku tak ingin mendapatkan jabatan itu, itu hanya dalam keadaan terpaksa.

Jadi begini ceritanya. Setelah beberapa waktu selesai Latihan Dasar Kepimpinan Siswa (LDKS), di suatu pertemuan osis angkatan 8 mengumumkan nama-nama anggota osis angkatan 9 yang masuk dalam tujuh teras osis dan tujuh teras mpk. Yang disebutkan pertama adalah tujuh teras mpk. Nama-nama yang masuk dalam tujuh teras mpk adalah Ega Yosefani, Hadad Faisal, Tangkas Rimba Nusa Wijaya, Muhammad Kastolani, Thahara Putri Syaningtyas, Meilinda Wahdatunisa, dan Irrolia Indriani. Sedangkan yang masuk dalam daftar nama tujuh teras osis adalah Riswandi, Aldira Dwi Yunianto, Purnama Aji, Diky Heryanto, Euis Aprianti, Nurul Winda, dan Keke Nurlita.

Aldi Ariansyah sebagai osis angkatan 8 menanyakan kesediaan kami untuk menjaadi teras. Ia bertanya "Apakah ada yang tidak siap?". Keadaan seketika menjadi hening karena kami semua memikirkan hal ini. Tetapi aku langsung mengangkat tangan dan mengatakan bahwa aku tidak siap. Aku memberikan alasan bahwa jikalau menjadi teras osis maka akan menyita waktu lebih banyak daripada anggota lainnya, sedangkan aku masih memiliki kewajiban sebagai anak yang membantu orangtuanya bekerja. Dalam pikiranku apabila menjadi teras itu harus siap dipanggil kapan saja. Dan aku merasa tidak mampu untuk hal itu.

Lalu semua membujukku agar aku mau menjadi teras osis. Tapi aku tetap keukeuh dengan keputusanku hingga sampai aku mendengar perkataan dari salah seorang osis angkatan 8. "Yang tidak berani berarti pengecut" dengan nada keras dan menghentak. Mendengar perkataan itu, aku mikir ulang dan akhirnya aku mau menerima jabatan menjadi teras osis.

Tindak lanjut dari tujuh teras ini adalah ketujuh orang dari osis dan mpk ini adalah akan diseleksi untuk menjadi ketua mpk dan osis. Namun ada anggota kami yang masih memikirkan hal ini sampai ia menangis tersedu-sedu. Ia adalah Riswandi, seorang siswa yang aktif berorganisasi pramuka dari SD sampai SMA dan aktif mengikuti paskibra juga.

Ia menangis karena tidak mau menjadi teras osis. Aku tak menyangka bahwa seorang Riswandi bisa sampai seperti itu, jadi selama ini dia ikut berbagai latihan dasar kepimpinan untuk apa, apa hasilnya, jadi teras osis saja sampai nangis. Singkat cerita akhirnya posisinya ditukar dengan Ega Yosefani yang tadinya menjadi teras mpk kemudian bertukar posisi. Riswandi menjadi teras mpk dan Ega menjadi teras osis. Semoga Riswandi dapat istiqomah dengan jabatannya sekarang.

Mungkin osis angkatan 8 sudah memiliki rencana bahwa yang akan menjadi ketua osis dari angkatan 9 adalah Riswandi dan yang akan menjadi ketua mpk adalah Ega. Namun tampaknya rencana tersebut kurang berhasil setelah Riswandi enggan menjadi teras osis. Dalam seleksi ketua MPK pun ia hampir selalu mangkir. Dan akhirnya yang menjadi ketua mpk adalah Muhammad Kastolani. Sungguh diluar dugaan sebelumnya.

Selanjutnya para anggota mpk ini menyiapkan untuk pemilihan ketua osis. Kami teras osis melewati berbagai macam seleksi mulai dari wawancara dan lain-lain hingga akhirnya diumumkan yang berhak maju menjadi ketua osis hanyalah tiga orang saja. Yang terpilih adalah Ega Yosefani, Nurul Winda, dan Euis Aprianti. Formasi ini sama seperti angkatan sebelumnya, yaitu satu laki-laki dan perempuan.

Yang sangat aku sayangkan adalah ketidakterbukaan dari proses seleksi, kami tidak boleh diperlihatkan hasil seleksi kami. Aku memiliki dugaan bahwa itu sudah diatur sebelumnya, karena semua yang memegang proses seleksi ini adalah mpk. Tak apa aku tak menjadi ketua, asalkan aku di beri tahu alasannya kenapa. Karena aku merasa sudah melewati proses tersebut dengan baik dibandingkan dengan yang lain dan aku pun merasa yakin bahwa aku akan masuk dalam tiga nama itu.

Tetapi tidak apa-apa, mungkin kalau aku masuk juga belum tentu baik untuk semuanya. Tetapi yang aku sayangkan adalah tidak transparannya proses seleksi ini. Buat apa ada seleksi jika sebelum seleksi itu kita sudah tahu hasilnya. Iya kan? Empat orang yang tidak terpilih ini akhirnya berunding untuk menempati jabatan yang ada. Ada sekretaris dan 2, ada bendahara 1 dan 2. Aku lebih memilih bendahara karena aku tidak mau ribet mengetik atau menulis.

Tak terasa angkatan 9 akan demisioner, kalau tidak tahu demisioner itu anggap saja akan lengser. Tempat kami demisioner sekaligus pelantikan osis angkatan 10 adalah di Gunung Mas, Puncak, Bogor. Tempat tersebut terlalu dingin bagiku. Kami berangkat hari Jumat. Dari pagi-pagi osis laki-laki dispen untuk mempersiapkan segala keperluan yang ada. Aku langsung mengambil tasku yang ada di kelas. tak peduli dengan anggapan guru yang waktu itu bilang masih pagi sudah langsung ambil tas saja. Hehehe. Hm ♥

Aku sudah merancang untuk memberikan sesuatu padamu Elsa. Rencananya aku akan memberikan sebuah tulisan tentang kamu, lalu aku foto tulisan tersebut diantara indahnya pemandangan puncak. Lalu aku berpikir kembali, akhirnya aku mengurungkan niat tersebut dengan anggapan bahwa hal seperti itu adalah alay. Sesampainya disana, waktu sore hari ternyata banyak yang memakai ideku tersebut. Tahu gitu saja aku juga lakukan itu.

Samapai suatu ketika rombongan kami pun sudah hendak balik, namun aku belum memberikan suatu kenangan untukmu. Akhirnya dalam keadaan mendesak aku meminta tolong kepada Galih untuk membikinkan suatu tulisan di hp tentang dirimu. Aku sebenarnya tak tahu nama panjangmu yang benar itu siapa. Soalnya di instagram kamu, nama kamu "Elsa F", di akun facebook kamu "Elsa Fitriyana" dan "Elsa Fitriana". Semoga penulisan nama itu tidak berpengaruh ya. Hehehe. Hm ♥

Akhirnya kami pulang, menulusuri jalan menurun puncak. Baru mau ke jalan raya nya saja sudah macet, mau sampai kapan ini. Sampai pemberhentian pertam adalah di tempat oleh-oleh Cimory. Aku tak membeli banyak hanya tiga macam susu saja. Dua untuk dirumah dan satu untukmu.

Kemudian perjalanan lanjut, aku tak menduga bahwa kami akan berhenti kembali. Kali ini berhenti di tempat oleh-oleh yang lumayan luas. Aku membeli dua talas bogor. Lagi-lagi aku membeli dua buah. Satu untuk keluargaku, satu untuk kamu. Tetapi di dalam bus aku ditanya oleh Danti.

"Lu beli dua buat siapa aja"

"Satu buat keluarga, satu buat si Elsa. Hahaha"

"Elsa mana?"

"Elsa kelas X.MIA.4"

"Dia mah udah punya pacar. Waktu itu gua liat dia boncengan sama pacarnya."

Runtuh seluruh jiwaku Elsa. Kenapa kamu menyembunyikan itu semua. Kenapa tidak dari awal saja kamu bilang kalau kamu sudah punya pacar. Argumen itu diperkuat dengan pernyataan Sinta Rara bahwa dia sering melihat kamu boncengan dengan cowo setiap kali pulang sekolah.

Di sepanjang perjalanan aku hanya diam. Aku malu semalu-malunya. Aku hanya tertunduk di dalam bus, perjalanan ini serasa sia-sia. Untuk apa aku memikirkan rencana membuatkanmu tulisan, untuk apa aku merencanakanmu untuk membelikan oleh-oleh.

Tapi aku tak boleh berlarut-larut. Aku tak boleh percaya pada sumber yang tidak valid. Aku pun ingin meyakinkan diriku bahwa kamu itu tidak memiliki pacar. Aku langsung tanya ke kamu. Dan lagi-lagi kamu dapat meyakinkan aku. Makasih kamu telah memberikan harapan kepadaku.

"Aku minta maaf karena aku tidak membawakanmu oleh-oleh sepulangnya aku dari Gunung Mas. Dan aku minta maaf karena telah percaya dengan omongan teman-temanmu yang mengatakan bahwa kamu sudah memiliki pacar. Dan aku minta maaf talas yang seharusnya menjadi hak kamu itu sudah habis".

Jadi Pacar Aku Yuk!Where stories live. Discover now