CELANA BATIK

4 0 0
                                    

Elsa, Mawar-ku ♥

Kejadian itu bukan pertama kali niatku untuk menyatakan cinta. Jauh sebelum itu kamu tentu masih ingat kan dengan pertemuan pertama kita yang terencana? Saat aku, kamu, dan Indah bertemu bersama menikmati minuman dengan duduk santai bertiga di The Jungle.

Maafkan aku Elsa yang sedikit memaksamu untuk mengajak bertemu, aku tak habis pikir kalau kamu akan memanggil temanmu itu. Aku kira kamu akan sendirian dan aku bisa menyatakan perasaanku tanpa ada pihak ketiga yang tahu. Ya, hanya kita berdua. Aku juga tak cukup nyali apabila ada orang lain selain kita.

Mungkin cara yang aku gunakan sedikit kasar dan memaksa untuk ngotot ingin bertemu. Aku tak tahu dengan cara apalagi agar kita bisa bertemu diluar sekolah. Aku sudah habis akal apabila aku membujuk dengan cara yang halus, itu pun pasti kamu tolak, dengan cara sedikit kasar sebenarnya aku tak tega, tapi itu cara terakhirku agar kita bisa bertemu.

Aku sudah mempersiapkannya sedari rumah, aku bawa baju putih yang kubeli berkat ada acara Metamorfosta X sekolah kita, dengan celana jeans yang sebenarnya sudah tidak muat lagi, aku paksakan saja karena aku juga belum punya celana baru. Sebenarnya celana itu sudah ketat dan membatasi gerak-gerik bagian bawah tubuhku.

Aku juga memakai sepatu pemberian dari teman Ayahku. Sepatu pemberian yang kuanggap mahal dan aku pun canggung memakainya. Aku tak tahu harus tampil bagaimana, aku juga tak bisa tampil se-elegan orang-orang berduit. Maafkan aku dengan penampilanku yang sederhana ini.

Aku siap bertemu setelah kita bernegosiasi dengan cukup alot. Kita janjian pukul 14.00 WIB, aku menunggu di Indomaret bunderan belakang tebe. Aku menunggu sedikit lama tapi tidak apa-apa, lebih baik menunggu lama tetapi pasti daripada menunggu sebentar tetapi tidak pasti.

Tiba-tiba kamu muncul dari belakangku, aku tak tahu kapan kamu lewat, ternyata pakaianmu itu sangat sederhana sekali. Apa adanya, sebenarnya itu yang aku suka dari kamu. Udah cantik tapi merasa tidak cantik, tampil dengan apa adanya. Aku senang, kamu hanya memakai celana sendal jepit, celana batik panjang, baju hitam/biru polos, dan kerudung langsung.

Aku berpikir kalau ini akan berjalan lancar. Tetapi, aku kaget dengan orang yang ada di belakangmu. aku kira kamu sendirian, Els. Hehehe... Hm ♥

Temanmu itu membuat nyaliku ciut kembali. Aku takut kamu menolak dan aku juga tak malu-maluin karena aku tidak mempersiapkan apa-apa atau membawa sesuatu untukmu. Aku takut aku malu karena tidak mempersiapkan hal yang spesial.

"Elsa, Elsa, kenapa kalo ketemu itu kamu harus membawa orang lain sih, bukankah itu mengganggu kenyamanan diantara kita ya?"

Asa yang tadinya melangit akhirnya kembali membumi. Aku tak tahu harus melakukan apa, kita berdua saja aku belum tentu berani ngomong apalagi ini bertiga. Ah tidak apa-apa, setidaknya aku sudah membuat prestasi, yaitu dapat mengajakmu bertemu diluar sekolah.

Kita bertiga berangkat ke depan tebe. Mencari tempat untuk ngobrol-ngobrol bertiga. Sayangnya kamu menolak tawaranku untuk makan.

"Duh ini menawarkan makan saja langsung ditolak, apalagi menawarkan kamu untuk menjadi pacarku..."

Apabila berkumpul itu kurang pantas kalau tidak ada makanan, setidaknya ada sesuatu yang harus dimasukkan ke perut agar hati kita tidak bergumam. Aku sebenarnya kurang suka dengan kehadiran temanmu itu, tetapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur kamu ajak.

Berbicara dengan kamu saja aku masih grogi dan belum terbiasa, ditambah lagi ada orang baru diantara kita. Aku jadinya hanya bisa diam mendengarkan kalian ngobrol masa lalu, aku hanya sesekali menjawab segelintir pertanyaan dari kamu.

Aku sebenarnya bingung apakah aku harus menyatakannya atau tidak, tetapi setalh melihat karakter dari temanmu itu, nampaknya dia kurang setuju apabila kita pacaran, dan aku masih ingat jelas dia berkata:

"Kalian pantesnya jadi kakak adek deh"

Asal kamu tahu, aku sesak mendengar perkataan itu, seolah volume paru-paruku menyusut begitu saja, dan jantungku seakan akan berhenti berdetak. Aku takut perkataan itu mempengaruhi perasaanmu. Aku semakin benci dia, seharusnya kan dia itu mendukung kita akan pacaran, bukan hanya sekedar kakak adik. Karena pacaran itu lebih dari itu, kamu lebih dari adikku, kamu juga lebih dari temanku, kamu juga lebih dari sahabatku.

Aku pengen cepat-cepat pulang, aku malas berkata apa-apa lagi, rasanya sudah hancur hati ini. Ditolak oleh orang lain saja sudah begini, apalagi nanti kamu yang mengucapkan itu secara langsung di depan kedua mataku. Serasa ingin mati langsung di depanmu.

"Kalau si Indah tidak ikut dalam pertemuan kita, aku mungkin sudah menyatakan cinta kepadamu, saat itu juga, dan tanpa berpikir panjang untuk kamu terima atau tidak. Yang penting hatiku lega"

Selesai itu kita pulang, syukurlah aku harus mengakhiri pertemuan ini. Mungkin akan lebih berarti kalau tidak ada dia. Dan lebih sedihnya lagi ketika kamu menyuruhku untuk mengantarkan dia, kamu menyuruh dengan rasa tak berkeenakan hati. Kamu tidak cemburu dengan itu, padahal aku dengan wanita lain. Apakah ini indikasi bahwa kamu sependapat dengan dia bahwa kita hanya pantas sebatas kakak adik saja?

Elsa, celana batikmu itu akhirnya pergi meninggalkan ku kedua kakimu. Entah kenapa aku suka dengan celana itu. Celana itu akan menjadi saksi atas ketidakjadianku untuk menyatakan cinta. Terimakasih atas pertemuannya, akan akan mencoba lagi dilain waktu.

Jadi Pacar Aku Yuk!Where stories live. Discover now