Tiga Puluh Dua

21 6 3
                                    

"Mah, Adam berangkat."

Orang tua Adam selalu buat Adam rutin minum obat. Itu terkadang membuat Adam risih. Jika saja Mamahnya tau apa yang terjadi di kampus, pasti akan bawel, itu yang di pikiran Adam dan akhirnya Adam memutuskan untuk tidak memberitahu orang tuanya atau Bagas. Adam tau Bagas akan memperkeruh masalah.

Kadang masalah yang harusnya Adam simpan sendiri jauh lebih baik daripada memberitahu orang disekitarnya. Hanya menambah masalah pikirnya.

Melihat mamahnya memasukkan botol obat dan bekal makanan membuatnya benar-benar seperti Anak SD yang baru masuk sekolah. Apalagi kata-kata "Adam jangan lupa minum obatnya. " selalu terngiang dan itu terulang lagi pagi ini.

Mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah adalah hal yang bisa menghindari hal berlebihan yang dilakukan oleh orang tuanya.

Bagas pasti masih tidur jam segini, tidak mungkin dia akan bangun pagi mustahil. Hari ini cuaca sangat baik, Adam melihat jam tangan berwarna hitam miliknya yang menunjukkan pukul 8 pagi. Hari ini pelajaran akan dimulai pukul 9 pagi.

Menjemput Kendall adalah hal yang akan dilakukan Adam di pagi hari. Jika dulu mereka tidak seperti sepasang kekasih, kali ini mereka mencoba menjadi lebih baik.

Menunggu adalah hal yang biasa bagi Adam. Pintu rumah sudah terbuka, bahkan ibunya Kendall sudah mempersilahkan masuk. Melihat Kean yang sedang sibuk dengan roti tawar di mulutnya membuat Adam lapar dan jenuh.

"Adek gue masih tidur." Kean mencoba mengunyah roti di mulutnya.

"Tumben." kata Adam yang masih memperhatikan seorang wanita yang melahirkan 2 pasang kakak-adik ini memasak makanan.

"Abis lu apain sampe nangis?" kata Kean dengan suara pelan, mungkin dia tidak membiarkan mamamya tau soal Kendall yang menangis tadi malam.

"Gak gue apa-apain."
"Bercanda lo, gak mungkin Kevin lah gila."
"Kenapa enggak? Dia juga oernah brengsek kan?" Adam dengan nada tinggi mencoba mengingatkan bagaimana Kevin akan merebut Kendall darinya.

"Ya, dia gak akan tahan liat cewek nangis." Kean kembali membela.

"Gue juga."

Setelah mereka berdebat cukup lama di ruang tamu, wanita yang mereka bicarakan kada di hadapan mereka. Memperlihatkan kantung mata yang besar dan sembab.

"Kamu makan dulu Ken." mamanya mencoba menawarkan makanan yanh sudah dia buat seperti nasi goreng dan susu cokelat.

Kendall hanya diam dan meminum susu cokelatnya  walaupun hanya setengah. Tanpa berpamitan dengan Mamanya, Kendall langsung keluar dari rumah.

"Udah lah Mah. Lagi gak bagus kali mood nya. Mamah kayak gak tau Kendall aja." Keam membuat suasana lebih tenang.

Akibat Kean yang bicara, Mamahnya jadi melanjutkan masak dan memikirkan bahwa anaknya tidak berniat seperti itu. Adam juga berpamitan dan menunggalkan rumah berwarna putih itu.

"Gak baik kalau pergi gitu aja tanpa pamit Ken." Adam mengikuti dari belakang, langkah Kendall memang cepat.

"Naik mobil aku ya." Adam kembali berbicara walaupun perkataannya tidak dihiraukan sedari tadi.

"Kamu kesini mau jemput aku kan?" Kendall menghentikan langkahnya mengjadap ke belakang melihat Adam yang mengenakan baju polos berwarna hitam dengan celana jeans putih yang sangat cocok untuknya.

"Iyalah."

"Yaudah kenapa kenapa masih nanya sih." Kendall mengisyaratkan agar Adam membuka pintu mobilnya.

Puppy Girl [K J]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang