#WCL 6.

29 6 1
                                    

Halo semua:)

Jangan lupa kasih votenya ya:)

Happy reading baby:)
.
.

Malam sunyi.

Gue tengah tidur di sofa merah sambil memainkan ponsel.

Triingg...

Pesan masuk dari whatsApp gue.

Nomor ga dikenal.

"Woii save," ujar nomor yang ga dikenal itu.

Ga sopan banget sih ni orang, batin gue.

"Siapa?" balasan gue ke dia.

Tak lama kemudian dia membalas.

"Orang paling ganteng sedusun," balasan orang tersebut.

"Apasii," balas gue langsung.

"Lo liat deh profil gue," balasannya lagi.

Gue langsung cek profil orang tersebut dan tenyata...

Kak DYCKO.

"Lo kak Dycko?" balasan gue.

"Ga, bapak lu," balasan dia.

"Lo siapa? Gue ga kenal," balasan gue lagi.

"Masa lo ga kenal sama orang ganteng? Kualat ntar," balasan dia.

"Najiss," balas gue.

"Udah save aja, gausah pencitraan deh lo, gue yang ganteng gini ga kenal," balasannya.

Tanpa mau berdebat panjang dengan kak Dycko gue pasrah aja deh.

"Iya gue save," balasan gue.

Kak Dycko hanya membaca balasan gue, dan tidak ada lagi pembicaraan kami.

*****

Pagi.

Bel berbunyi. Hari ini upacara bendera semua siswa yang berada didalam kelas bergegas keluar.

"Dill, cepetan keluar ntar pak Ghas marah," ujar gue narik Dillya yang masih sibuk memainkan ponselnya.

"Iya bentaran Ra," ujar Dillya.

Dan benar saja tak lama kemudian Pak Ghas datang.

Druufffff...

Suara kayu kesayangan Pak Ghas yang ia lemparkan ke meja.

Sontak gue dan Dillya kaget.

"Hei kalian berdua gak dengar bel berbunyi?" ujar Pak Ghas mengeluarkan uapan emosinya.

"Ii-yaa pak," ujar gue dan Dillya terbata bata. Bagaimana tidak guru yang paling killer satu sekolah.

"Ayo, cepat keluar kalo gak saya tarik telinga kalian," ujarnya lagi.

"Baik pak," ujar gue dan Dillya segera menuju lapangan.

Upacara berlangsung dengan hikmat hingga tiba yang paling gue dan mungkin juga siswa siswa lain benci, ya apalagi kalo bukan ceramah dari Buk Wati.

Gimana gue gak suka, pidato yang bahasanya ada Indonesia, India, Arab, Inggris Hingga Brazil. Yang berlangsung sampai satu jam.

Seperti KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang