#WCL 13.

14 2 0
                                    

Halo semua:)

Jangan lupa kasih votenya ya:)

Happy reading baby:)
.
.

"Lo mau ngak jadi pacar gue?"
Ujar kak Dycko memberikan buket bunga itu.

Deg.

Gue langsung menyemburkan coklat panas yang gue minum ke meja. Untung gak kena Kak Dycko.

"Lo kenapa sih?" kak Dycko menahan tawanya.

"Segitu deg deg nya ya" ujar kak Dycko menaiki sebelah alisnya.

Iya bego. Batin gue.

Gue gak menjawab pertanyaan kak Dycko.

"Ra, ada apa di pipi lo itu?" tanya kak Dycko mulai serius.

Gue spontan memegang pipi gue. Gak ada apa apa kok.

"Pipi lo merah, lo blushing ya" ujar kak Dycko ketawa.

Gue menengelamkan wajah gue dengan tangan. Gue ingin hilang dari dunia ini sekarang juga. Malunya gak ketulangan.
"Jadi gimana" ujar kak Dycko serius kembali.

"Gue pikir pikir dulu, kasi gue waktu kak" ujar gue gak kalah serius.

"Yaudah oke, jangan serius serius banget juga Rara" ujar kak Dycko ketawa lagi. Dan mengacak² puncak rambut gue.

Ya tuhan, gue malu banget.

*******

Gue tengah berdiri diblakon rumah. Gue mikir terus apa harus menerima atau gak kak Dycko. Gue takut patah, gue belum cinta sama kak Dycko. Gue gak tau bagaimana kak Dycko. Fikiran itu terus memutar mutar di otak gue. Ahh,, cinta itu ribet banget sihh. Banyak banget masalah gue. Perjodohan, persahabatan belum lagi perkataan Nayfa kemaren ya ngancem² gue. Apa yang harus gue lakukan? Diam? Atau gimana. Gue jadi pusing sendiri.

Sebuah ide terlintas di otak gue.

Gue segera mengambil ponsel gue dan menekan nomor telepon Dillya.

"apaan lo nelfonin gue?"

"Gue mau bicara penting sama lo kita nongkrong di cafe yuk"

"Gue mager, lagi nonton drakor"

"Bentar lagi gue jemput" gue langsung mematikan ponsel dan bergegas menganti pakaian.

Gue dan Dillya tiba di sebuah cafe chief, ya kafe yang sering gue dan Renkyo kunjungin.

"Ada apasih, tumbenan lo ajakin gue nongkrong" ujar Dillya.

"Gue mau bicara sesuatu nihh"

"Yaelah bicara aja kali"

"Gue ditembak kak Dycko" ujar gue sepelan mungkin.

"What???! Seriusan lo?" ujar Dillya keras.

Gue langsung membungkam mulutnya.

"Lo kalo ngomong jangan keras keras dong" ujar gue memutar bola mata.

"Beneran lo, demi apa coba kak Dycko the most wanted sekolahan nembak lo?" ujar Dillya masih belum percaya.

"Gue gak yakin juga sih, soalnya kak Dycko tadi ketawa Ketawa aja"

"Terus dia harus gimana? Nangis gitu?"

"Ya, biasanyakan kalo cowok nembak cewek itu kek deg degan gitu lohh, ini gak ada romantisnya sama sekali, cuma ngasi bunga" ujar gue.

"Jadi lo pengen di romantisin ceritanya? Yaudah besok gue bilangin sama kak Dycko" ujar Dillya mengoda gue.

"Ihh, apaan sih Dill"

"Eh lo blushing ya" ujar Dillya.
"Ya ampun, lo beneran blushing"

"Ihhh, udah sih Dill, gue itu minta saran dari lo bukan diginiin"

"Yaudah, kalo menurut gue terima aja sih, lagian Renkyo juga udah punya pacar, Kak Dycko itu tulus sama lo kayak ntar gue selidikin oke?" ujar Dillya.

"Tapi gue gak punya perasaan sama kak Dycko"

"Yaelah Ra, perasaan, cinta, itu bisa timbul seiring berjalannya waktu, kalo udah merasa nyaman sama dia perasaan itu pasti akan tumbuh" ujar Dillya sok puitis.

Gue hanya mengangguk angguk.

"Yaudah pulang yuk, udah malam" ujar Dillya.

"Ayo"

*******

Yeeyyyy!!! Akhirnya bisa update jugaa:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeeyyyy!!!
Akhirnya bisa update jugaa:)

Gimana nihh kisahnya jadinya?
Mau happy atau sad ending?
Kira kira kak Dycko baik gak ya buat Rara?


Thanks.

Seperti KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang