#WCL 15.

10 2 0
                                    

Halo semua:)

Jangan lupa kasih votenya ya:)

Happy reading baby:)
.
.

"Terus gimana dengan kak Dycko?"

"Gue masih pikir pikir"

"Jangan kelamaan mikir ntar diambil orang loh"

Gue hanya diam.

"Gue rasa lo terima aja deh, kak Dycko kayak baik dan sayang sama lo walaupun gayanya rada rada cuek gitu. Dan lo bisa buktiin juga ke Nafya kalo lo itu cuma sahabatan sama Renkyo gak lebih, supaya tuh cewek gak nuduh nuduh lu terus" ujar Dillya memberikan saran.

Gue hanya menganguk anguk mengiyakan, ada benarnya juga kata Dillya, gak ada salahnyakan untuk mencoba? Cinta bisa tumbuh dari rasa nyaman.

******

Pagi mulai menyambut aku yang masih tengah tidur pulas, sinarnya sudah membuatku merasa tak nyaman dan mau tak mau aku harus bangun karna hari ini upacara bendera. Kalo aku terlambat bisa saja pak Ghas menyuruh gue bersihin wc sekolah. Gue segera bersiap siap dan turun kebawah menuju meja makan yang sudah ada mama, papa dan Branka.

"Pagi Ma, Pa, Branka" ujar gue.

"Tumben lo ucapin buat gue" ujar Branka.

Gue hanya memutar bola mata tak peduli dengan Branka. Ya gue lagi gak mood buat berantem sama dia.

"Ra, ntar kamu pulang sekolah, langsung pulang ya, ada yang mau mama bicarain" ujar Mama.

Apalagi ini, perjodohan?

"Iya ma, yaudah Rara berangkat dulu ya" ujar gue menyalami mama papa diikuti Branka.

Ya semenjak Branka pindah sekolah gue terus pergi bareng dia.

******

Gue dan Dillya segera ke lapangan sekolah karna bel telah berbunyi, gue segera mengambil barisan kelas gue dan melaksanakan upacaranya dengan hikmat.
Upacara akhirnya selesai dan waktunya jam pelajaran pertama dimulai, hari ini kami ulangan harian dengan pak eko, udah kemaren dia gak masuk, kan ketinggalan materi.

"Ra, nomor 3 isinya apaan?" bisik Dillya.

"Yaelah lo tanya nomor 3 nomor 2 aja gue belum" gue memutar bola mata.

Zero yang mendengar pembicaraan kami berdua, langsung melempar kertas kearah Dillya. Sontak kami terkejut.

Zero kedipan sebelah mata tanda memberi isyarat. Dillya segera membuka kertas itu dan ternyata itu isi dari semua jawaban, ya gue akui Zero memang pintar.

"Thank" ujar Dillya pelan.

Zero hanya memberikan isyarat jempol.

Ujian pun berakhir, dan waktunya istirahat. Gue dan Dillya langsung menuju kantin.

Diperjalanan gue ketemu Nayfa dengan Renkyo. Ufhh... Biarkanlah mulai saat ini gue harus jauhin Renkyo.

"Hai Rara" sapa Renkyo.

Gue hanya membahas senyum tipis cangung. Nayfa yang sudah melihatkan arwa ketidaksukaannya ke gue.

"Yaudah Ren, gue dengan Rara mau pergi kekantin dulu, SELAMAT BERSENANG SENANG" ujar Dillya penuh penekanan.

Dillya menarik tangan gue menjauh dari Renkyo dan Nayfa.

"Raraa" seseorang memanggil gue dari belakang.

Gue langsung menoleh kebelakang dan mendapatkan Kak Dycko.

"Eh kak, ada apa?" tanya gue grogi.

"Gaada gue cuma kangen aja" ujarnya santai.

"Ciee" ujar Dillya mengoda gue.

Blushing, pliss Rara lo gaboleh blushing. Batin gue.

"Jadi gimana Ra?" tanya kak Dycko tiba tiba.

"Ha? Gimana apanya?" tanya gue bingung.

"Lo juga kangen gue gak?" ujarnya menaiki alisnya.

Gue hanya tersenyum cangung.

"Kak, gue kantin dulu ya, bye" ujar gue grogi dan meninggalkan kak Dycko.

"Lo kenapa sih Ra?" tanya Dillya.

"Gue bingung, mau nerima kak Dycko atau gak, kalo menurut lo gimana?"

"Lo terima aja, tapi jangan jadi bucin"

"Maksudnya?"

"Ya lo jangan terlalu sayang, jangan terlalu cinta, jangan terlalu care, karena kalo patah bakalan terlalu sakit, yang berlebihan itu gak baik" ujar Dillya bijak.

"Yaudah deh gue coba"

******

Halloo guyss!!!

Gimana? Masih belum ada gregetnya ya?

Maaf ya aku baru belajar:)
Semoga kalian tidak bosan.

Jangan lupa vote and komennya ya.

Tunggu part lanjutnya.

Thanks.

Seperti KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang